Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Musisi Bertopeng dan Budaya Asalnya

Oleh Arief Blingsatan

Superfriends, siapa sih yang nggak kenal nama-nama seperti Kiss, Slipknot, atau Marsmellow? Mereka adalah deretan nama musisi ternama dunia. Tetapi tidak semua orang tahu siapa sebenernya mereka karena kita lebih akrab dengan penampilannya yang menggunakan penutup wajahnya. Justru penutup wajahnya yang lebih mudah dikenali. Kenapa bisa begitu? 

Kali ini gue akan membahas perkembangan musisi bertopeng sebagai bagian dari penampilan yang memperkuat image-nya dalam industri musik dunia. Tapi sebelumnya, kita akan sedikit mengenal sejarah topeng itu sendiri hingga era make up atau dikenal dengan sebutan corpse paint.

Topeng merupakan warisan budaya ribuan tahun silam, yang digunakan nenek moyang untuk tujuan seremonial, ritual, hiburan, hingga menjadi gaya hidup yang terus berkembang hingga kini. Topeng adalah benda yang biasanya dikenakan di wajah, biasanya digunakan untuk perlindungan, penyamaran, penampilan, atau hiburan.

Topeng pada awalnya berasal dari bahasa Spanyol “más que la cara“ yang berevolusi menjadi kata “máscara”. Topeng tertua yang telah ditemukan berusia 9.000 tahun, dan saat ini berada di Museum Bible et Terre Sainte Paris dan Museum Israel. 

Umur seni pembuatan topeng bisa dibilang lebih tua lagi, tetapi karena bahan yang digunakan untuk membuatnya terbuat dari kulit dan kayu, topeng tersebut sangat sulit bertahan lama. Kemungkinan besar praktik penggunaan topeng jauh lebih tua, karena topeng termasuk karya seni antropomorfik paling awal yang diketahui berusia sekitar 30.000-40.000 tahun, Superfriends.

Dalam sejarah perkembanganya, seni topeng ini mencakup penggunaan cat wajah, seperti penggunann cat wajah sebelum berperang. Sama keberadaannya dengan topeng kulit atau topeng kayu pada zaman itu. Penggunaan topeng saat itu mungkin belum dilestarikan secara umum, bukti-buktinya hanya terlihat dalam gambar gua paleolitik, yang lusinan di antaranya telah dilestarikan.

Topeng pada jaman dahulu kala bisa dibilang digunakan untuk tujuan ritual dan dapat ditemukan di banyak tempat di dunia. Secara umum, topeng memiliki bentuk dan penampilan keseluruhan yang serupa, tetapi sangat berbeda dalam hal gaya dan cara mereka dibuat dan/atau digunakan.

Topeng dalam bentuk sakral, praktikal, atau hiasan telah memainkan peran historis yang penting dalam pengembangan tentang pemahaman “apa artinya menjadi manusia”, karena sang pengguna akan merasakan pengalaman imajinatif “seperti apa rasanya” untuk diubah menjadi identitas yang berbeda.

Dari sejarah topeng di atas, sedikit banyak para musisi modern masih memelihara esensi-esensi dasarnya. Penggunaan topeng oleh sejumlah musisi untuk tampil di hadapan publik secara tidak langsung ikut melestarikan topeng sebagai warisan seni pendahulunya.

Seperti yang penjabaran di atas, cat rias wajah adalah bagian dari perkembangan topeng itu sendiri. Dalam konteks seni modern, khususnya di bidang musik, setiap musisi pun memiliki ciri khas tersendiri dalam aksi panggungnya. Mulai dari gaya pakaian, rambut, dan atribut-atribut khas lainnya. Namun, ada pula yang menunjukkan eksistensinya dengan cat atau riasan wajah. 

Mayoritas musisi yang menggunakan make up atau cat wajah memang datang dari aliran musik rock. Hingga kini, belum dapat dipastikan siapa yang pertama kali memulai gaya dengan riasan wajah tersebut. Tren cat wajah sendiri berkembang pada dekade 1960-an silam. Kala itu, Arthur Brown menjadi salah satu musisi yang diklaim paling awal dikenal menggunakan cat wajah.

Cat wajah yang dipopulerkan Arthur Brown saat itu ternyata membuat sebagian musisi black metal juga tertarik untuk menggunakannya saat beraksi di atas panggung. Kemudian, muncullah istilah cat atau riasan wajah tersebut dengan nama “corpse paint” yang memiliki gaya riasan hitam dan putih. Bahkan, lebih menyeramkan mengadopsi visual dari mimik mayat.

Memasuki dekade 1970-an, riasan wajah Arthur Brown diadopsi oleh Alice Cooper ke dalam penampilanya di atas panggung. Tujuannya tentu untuk menambah kesan dramatis saat beraksi di atas panggung. Tak hanya Alice Cooper, band Kiss pun juga menggunakan riasan wajah sebagai identitas dan penampilan mereka di atas panggung.

Kiss dibentuk di New York, Amerika Serikat pada 1973. Para pendirinya adalah Gene Simmons (vokal, bass), Ace Frehley (gitar), Paul Stanley (gitar), dan Peter Criss (drum). Mereka berempat menggebrak industri musik lewat riasan make up di wajah yang terkesan unik. Di samping itu, band ini juga dikenal berkat aksi panggung eksentriknya.

Jenis dan gaya make up wajah pada musisi pun semakin berkembang. Misalnya riasan wajah yang diaplikasikan oleh Mercyful Fate, band heavy metal asal Denmark yang mengadopsi corpse paint lebih gelap dan mengusung tema satanis. King Diamond, pentolan band tersebut, telah mengaplikasikan berbagai jenis cat dan gaya bermacam-macam. 

Kemudian pada dekade 1990-an, band metal paling ikonik dengan ciri khas corpse paint-nya adalah Mayhem. Tren ini berkembang hingga bermunculan unit lain dengan penampilan serupa seperti Behemoth, Fleshgod Apocalypse, dan Ghost.

Kini, dominasi musisi menggunakan corpse paint pun tak melulu band-band metal. Memasuki era 2000-an, My Chemical Romance pun pernah memakai riasan wajah tersebut dalam aksi panggungnya. 

Sementara kelompok musik bertopeng pertama adalah The Resident, unit art rock asal Amerika Serikat yang berjaya di akhir 1960-an sampai awal 1970-an. Pada zamannya, band ini yang mengandalkan teknologi dan visual art sebagai media ekspresinya. Seiring berjalanya waktu, makin banyak bermunculan band-band bertopeng dengan berbagai karakternya. Beberapa di antaranya bahkan telah menjadikan topeng-topeng tersebut sebagai identitas unik mereka. 

The Resident adalah pelopor di genre art rock yang disebut-sebut sebagai unit pertama yang menggunakan topeng. Selanjutnya ada nama Slipknot yang semua personelnya tampil bertopeng dan mampu menghidupkan musik heavy metal dengan lirik-lirik kejamnya. Ada juga The Aquabats dengan pesan kocaknya berdandan ala superhero. 

Dari Jepang ada band punk Beat Crusaders yang mempunyai basis massa sangat besar, bahkan hingga band ini bubar masih membuat penasaran penggemarnya siapa wajah-wajah di balik topeng para personelnya. Peraih lima piala Grammy Award di tahun 2014, Daft Punk, juga menggunakan topeng futuristik sesuai dengan suguhan musik elektronikanya yang khas. Duo ini bahkan tidak pernah berbicara di depan publik untuk membuat penggemarnya lebih penasaran. Selain itu, ada juga Bathuska sebagai ikon dari musik black metal. Mereka pun menggunakan topeng yang menjadi bagian dari kesan sebuah ritual seperti fungsi topeng di masa lampau.

Dari pembahasan ini, seni topeng secara kultural masih berada di esensinya sebagai salah satu aspek yang masih dibutuhkan seni pertunjukan modern. Hal ini terbukti dari keberadaan topeng bisa berkembang menyesuaikan zaman. Gimana dengan band lo, Superfriends?

Image source: Shutterstock

ARTICLE TERKINI

Author : Admin Music

Article Date : 12/06/2023

Article Category : Noize

Tags:

#Topeng #Musisi #Slipknot #daft punk #arief blingsatan #Supernoize

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Noize

Rudolf Dethu: Muda, Bali, Bernyali

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Perilaku Individu Musik Indonesia di Era ‘Baby Boomers’ dan ‘Gen X’

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Tentang Menjadi Pengkritik Musik

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Sudah Saatnyakah Indonesia Punya Rock ‘n Roll Hall of Fame?

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Acum Bangkutaman: Mencari Band Buruk yang Berpengaruh

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Berkeliling Eropa Bersama Morgensoll dalam Eternal Tour 2023

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Pentingnya Paham Soal Hukum dalam Industri Musik

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Menebak-nebak Masa Depan Vinyl Indonesia

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Catatan Perjalanan: EHG Forever, Forever EHG!

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Akhirnya Bertemu Legions of the Black Light

Read to Get 5 Points
image arrow
1 /

Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive