Seiring dengan perkembangan teknologi yang luar biasa, sejumlah hal dapat dikejar dalam kurun waktu yang singkat, terlebih dengan dukungan media sosial yang kian mencengangkan. Dalam konteks musik, selain menjadi musisi, sound engineer, dan organizer, menjadi pengkritik musik, secara spesifik, atau mungkin yang hanya sebatas ingin menyampaikan kritik tentang musik, juga rasanya sangat mudah dilakukan hari ini.
Setiap orang memang bebas saja menyampaikan apa yang dirasakan tentang daftar putar mereka, entah itu format single, EP, video musik, atau album. Kalau banyak yang masih menganggap bahwa menjadi pengkritik musik itu harus melulu valid lewat pendidikan formal, dalam hal ini lulusan sekolah jurnalistik, atau minimal bekerja di media musik besar yang memiliki pengaruh signifikan, mari kita singkirkan sebentar. Soalnya, konteksnya kita akan membahas kemampuan siapa pun itu dalam mengemukakan penilaian mereka terhadap sebuah karya.
Kritik musik sendiri adalah proses atau upaya analisis serta evaluasi yang tujuannya meningkatkan pemahaman tentang musik itu sendiri. Bahkan sederhananya bisa juga sekadar memberikan apresiasi, atau dalam beberapa level tertentu, bisa sampai membantu memperbaiki beberapa kecacatan dalam sebuah karya yang dihasilkan.
Meski hal tersebut dapat dilakukan oleh semua orang, baiknya analisis atau kritik yang disampaikan dilakukan secara mendalam dan penuh rincian. Plus bijaknya lagi disampaikan dengan pendapat atau pesan yang sifatnya tidak menjatuhkan pihak-pihak tertentu, karena apabila kritik yang disampaikan itu bertujuan agar sebuah karya bisa berkembang menjadi lebih baik lagi.
Begitu pula dalam penyampaiannya, kritiknya harus berlandaskan dasar-dasar pemahaman yang ajeg, tegas, dan objektif, tanpa ada tendesi untuk menjadi subjektif sedikit pun.
Yang pasti, proses pengkritikan tidak sesederhana terlihat seperti debat kusir yang banyak kita jumpai sehari-harinya. Meskipun musik sifatnya sangat subyektif dan sensitif, pengamatan atau riset yang dilakukan wajib bisa ditelaah secara empiris dan sistematik. Kembali lagi, pengkritik tidak boleh terbatasi oleh preferensi pribadinya saja, mungkin bisa mengambil sampel data dan sejumlah fakta lewat rangkaian wawancara dengan pihak-pihak yang dianggap relevan.
Kalau membahas secara lebih teknikal, baiknya kritik atau argumen, dalam apapun formatnya, disampaikan secara rapi serta informatif, agar yang menerima tetap mengerti konteksnya. Bobot dari analisa dan evaluasi juga sudah seharusnya berimbang, tanpa menggunakan kata-kata kasar yang cenderung menjatuhkan.
Pengkritik juga sebisa mungkin memposisikan dirinya sebagai seorang one-way interpreter yang menjadi penengah antara seniman dan karyanya kepada para pendengar. Dangdut, pop, rock, punk, instrumental, atau apa pun jenisnya, pengkritik juga harus tahu secara mendalam dan paham betul akan apa yang ditulisnya, termasuk pemahaman tentang kebudayaan, sejarah, aspek psikologi, antropologi, juga penguasaan terhadap struktur penampilan dari karya-karya yang diulas.
Lahirnya seorang pengkritik yang valid biasanya berasal dari pendalaman dan pengamatan yang terlatih.
Image source: Shutterstock
ARTICLE TERKINI
1 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Oen Heni
21/09/2024 at 09:22 AM