Oleh Yulio Piston
Setelah melalui berbagai proses persiapan yang menguras waktu dan tenaga sejak pertama kali mendapat tawaran untuk tampil di Dunk!fest pada bulan Agustus tahun 2022 lalu, kami berlima akhirnya sampai di Bandara Soekarno Hatta tepat di tanggal 15 Mei lalu. Gue selaku road manager bersama Benarivo dan John, gitaris Morgensoll; Bagas, drummer Morgensoll; dan Dimas, salah seorang kawan yang juga akan merangkap sebagai merch guy, sudah duduk rapi menunggu jam terbang yang hanya tinggal dua jam lagi.
Semua dimulai dengan perjalanan selama delapan jam dari Jakarta ke Dubai. Panjang dan melelahkan memang, terlebih bagi sebagian besar rombongan yang baru pertama kali pergi ke Eropa. Pun sebelum melanjutkan tujuh jam ke Belanda dari Dubai, kami juga harus menghabiskan waktu sembilan jam transit. Tapi lelah tidak begitu terasa, karena kami, Morgensoll, band post metal asal Jakarta, sudah kadung tidak sabar untuk menggelar rangkaian Eternal - European Tour 2023 ke lima kota di Belanda, Belgia, dan Prancis.
Agenda utamanya adalah main di Dunk!fest di Ghent, Belgia, festival terbesar bagi musik non-vokal yang atmosferik, Superfriends.
Tapi sayangnya, kami tidak bisa berangkat full team dalam kesempatan ini, Superfriends. Faiz, pemain bass Morgensoll, harus terkendala urusan visa bersama Denisa, yang seharusnya menjadi kolaborator di special set yang memang sudah kami siapkan sebelumnya. Sedangkan Sesa, gitaris ketiga Morgensoll, karena alasan kesehatan harus tetap tinggal di Jakarta. But yeah, one thing lead to another, we have to keep on playing with three members. grind on!
Setibanya di Amsterdam, kami langsung bergegas keluar bandara Schipol setelah urusan imigrasi lancara jaya. Angin yang begitu menusuk kami terjang, semua kalah dengan rasa senang yang begitu besar. Agenda hari ini memang sengaja dikosongkan, bersantai-santai sejenak menikmati banyak hal yang memang menjadi surganya anak muda, haha!
Setelah cukup beristirahat, pagi harinya kami mengemas semua barang menuju panggung pertama. Oefenbunker adalah sebuah gedung pementasan berskala kecil, mungkin kapasitasnya hanya 50-70 pengunjung, di Kota Landgraaf, daerah perbatasan Belanda dengan Jerman, yang kami tempuh dengan kereta selama tiga jam dari Amsterdam. Dibantu oleh Zoe, organizer setempat, dan Rob, salah satu sahabat lama gue, show berjalan mulus.
Kata Zoe, karena acara ini berada di tengah pekan, makanya tidak banyak yang hadir. Tak apa, yang penting satu tugas terselesaikan dan hati puas karena soundsystem dan lighting di sana sungguh mumpuni.
Rob menjemput kami di penginapan pagi-pagi sekali dengan membawa kabar bahwa sistem kereta dari Landgraaf ke Utrecht, jadwal panggung kami berikutnya, sedang bermasalah. Ia menawarkan untuk mengantar kami ke Maastricht, kota di dekat Landgraaf, untuk naik kereta darisana menuju Utrecht, yang juga masih berada di Belanda.
Tentunya tanpa pikir panjang kami iya kan. Perjalanan ke Utrecht memakan waktu 3,5 jam dengan kereta. Sampai stasiun Utrecht Centraal, kami memutuskan untuk langsung datang ke ACU, venue yang dijalankan oleh komunitas punk dan vegan setempat.
Malam nanti, kami dijadwalkan berbagi panggung dengan Ontaard, unit sludge metal terbesar di sana. Tak diduga, malam itu tiket yang dicetak sebanyak 300 lembar ludes terjual. Dima, sahabat gue yang sudah enam tahun pindah ke Utrecht dari Donetsk, menjadi organizer acara yang diberi tajuk Post Nite tersebut.
Sambutan penonton Utrecht terasa begitu hangat pun luar biasa bagi kami, band antah berantah, yang dengan nekat oleh Dima ditaruh terakhir di rundown. Selepas acara kami pun hangout di depan venue sampai pukul 2 pagi. Tak apa telat sekali kembali ke hotel, karena malam itu memang patut untuk dirayakan.
Hari yang dinanti pun datang. Meski kurang tidur, kami dengan disiplin bangun cukup pagi. Mata yang masih panas dan tubuh yang masih gontai karena terlalu mabuk semalam, harus segera dipaksakan guna mengejar bus menuju Ghent, kota tempat gelaran dunk!festival akan berlangsung. Setelah perjalanan yang tidak terlalu lama, sekitar 1,5 jam dari Utrecht ke Ghent, Belgia, kami pun sampai di gedung raksasa Kunstencentrum Viernulvier.
Setelah melakukan artist check-in, kami memindahkan semua peralatan dan barang bawaan ke green room sambil menunggu giliran waktu soundcheck. Kami yang norak pun terkagum-kagum dan bergidik ketika melihat langsung di depan mata ada A.A Williams, para personel Amenra, Caspian, And So I Watch You From A Far, sampai A Burial At Sea mondar-mandir di sekeliling. Starstruck. Mereka ini yang sebetulnya membuat kami memainkan musik seperti ini dan menaruh mimpi suatu hari bisa tampil di Dunk!fest, yang ternyata menjadi kenyataan jauh lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Seluruh kru panggung amat sigap membantu segala macam persiapan saat soundcheck agar memastikan kami dapat tampil senyaman mungkin di panggung Domzal. Tepat pukul 7 malam kami pun naik panggung. Kaget bukan main karena sekitar 2000 penonton sudah memenuhi ruangan untuk menyaksikan kami. Grogi dan mual langsung datang seketika. Meski demikian, kami harus bermain lepas dan memberikan penampilan terbaik. Total set berdurasi 45 menit pun kemudian dihadiahi tepuk tangan keras-keras saat lagu terakhir kami tuntaskan. Begitu haru suasananya. Terima kasih Dunk!fest.
Tiga pentas selesai, dua lagi sisanya. Dengan energi yang mulai terkuras habis, kami melanjutkan perjalanan ke kota Lille di Prancis. Kami tampil di La Bulle Cafe bersama Queen Ares, grup post metal di sana. Seperti sebelum-sebelumnya, dari segala persiapan hingga pertujukan berakhir, semua berjalan amat lancar dan tanpa hambatan berarti. Mungkin yang membuat hari di Lille tidak berjalan begitu mulus adalah ketika kami harus menunggu kereta lokal beroperasi lagi sekitar satu jam karena jadwalnya banyak yang tertunda akibat hari itu para penggemar sepak bola tumpah memadati seisi kota menuju Stadium Stade Pierre Mauroy untuk menyaksikan laga hidup mati antara Lille melawan Marseille, penentuan jatah satu tempat ke Champions League musim depan, Superfriends.
Superfriends, tur kali ini dapat dikatakan beruntung, karena kami mendapatkan tawaran bermain di festival tidak hanya satu, melainkan dua. Setelah dunk!fest di Ghent kemarin, dari Prancis kami melanjutkan perjalanan kembali Belgia, tepatnya ke kota Leuven, karena kami dijadwalkan menjadi pengisi acara Praimfaya Fest. Tidak sebesar dunk!fest memang, tapi boutique-festival satu ini punya energinya sendiri.
Rani, si organizer yang bercerita bahwa ia pindah ke Belgia dari Thailand sejak tahun 2010, mengatakan bahwa kami akan main di urutan kedua dari total tujuh band yang tampil. Karena ia ingin Morgensoll memiliki banyak waktu untuk bercakap-cakap dengan para penonton setelah turun panggung, ada juga beberapa perwakilan label dan booking agent yang memang rencananya hadir.
Seru sekali pikir kami dan tak apa juga main awal, Superfriends. Toh, ini ternyata juga adalah kesempatan yang wajib dimanfaatkan selicin mungkin. Terlebih, menurut kami, Belgia punya bir dengan citarasa terbaik dari sekian kota yang telah dikunjungi. Setelah kadar alkohol pas, kami bisa dengan lebih percaya diri untuk berkeliling bertemu banyak orang, haha!
Praimfaya Fest memiliki rasa yang lebih intim, namun cukup chaos, in a good way tentunya. Tidak ada batasan antara penonton dan penampil, semua dijamin bersenang-senang, Superfriends. Selesainya, kami mulai sadar bahwa semua keseruan ini harus berakhir. Beberapa ada yang harus langsung pulang ke Indonesia, sisanya memutuskan menghabiskan sekian waktu tambahan untuk berlibur, gue salah satunya yang tidak langsung pulang.
Eternal – European Tour 2023 berjalan jauh di luar ekspektasi kami. Meski harus menghadapi banyak hambatan di awal, semua terasa sungguh menyenangkan dan haru ketika berakhir. Yang jelas, kami sedang mempersiapkan jadwal tur berikutnya dengan rute yang lebih panjang. Eropa kami akan datang lagi!
Image souorce: Shutterstock
ARTICLE TERKINI
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :