Superfriends, kita lanjutkan pembicaraan tentang musik, ketika musik berada di tengah-tengah masyarakat dan terus berkembang seiring dengan peradaban manusia maka musik mempunyai fungsi yang sangat berpengaruh kepada kehidupan masyarakatnya. Kita coba tarik sesuatu dari sisi pengetahuan tentang apa saja fungsi musik buat kita.
Fungsi musik memiliki tujuan yang berbeda-beda, tergantung dari alasan pemakaian musik itu sendiri. Berikut 10 fungsi musik menurut Allan P. Meriam dalam buku The Anthropology of Music:
- Fungsi seni musik sebagai mekanisme emosional bagi sebuah kelompok besar dengan tindakan yang sama. Sebagai contoh, kasus Suku Indian Flathead dan mungkin banyak juga suku Indian Amerika lainnya yang masih melestarikan lagu dan tarian tertentu, meskipun kejadian asli dari penampilan mereka tersebut sudah lama punah.
- Fungsi seni musik sebagai pemuas estetika. Masalah estetika yang berkenaan dengan musik bukanlah hal yang mudah. Termasuk di dalamnya estetika dari sudut pandang pencipta ataupun penikmatnya dan jika dipertimbangkan dengan salah satu fungsi utamanya, musik harus dapat didemonstrasikan bagi budaya selain budaya kita sendiri.
- Fungsi seni musik sebagai hiburan dalam semua lapisan sosial. Hanya perlu diperjelas di sana perbedaan hiburan murni yang tampaknya merupakan fitur musik masyarakat barat, dengan hiburan yang telah dikombinasikan dengan fungsi lainnya yang mungkin merupakan ciri masyarakat non-literasi yang bersifat lebih umum.
- Fungsi seni musik sebagai alat berkomunikasi. Selagi kita mengetahui bahwa masalah utama adalah musik menyampaikan sesuatu, kita tidak mengetahui seberapa jelas apa, bagaimana, dan untuk siapakah pesan tersebut. Musik bukan merupakan bahasa universal, melainkan bentuk dari segi budaya sebagaimana musik adalah satu bagiannya.
- Fungsi seni musik sebagai representasi simbolis. Terdapat sedikit keraguan bahwa fungsi musik didalam semua lapisan masyarakat merupakan representasi simbolis dari hal, ide dan perilaku lain.
- Fungsi seni musik sebagai respons fisik. Masih diragukan fungsi musik ini untuk diperkenalkan karena masih dipertanyakan apakah respon fisik dapat atau harus dicantumkan dalam apa yang pada dasarnya ada didalam sebuah grup dan fungsi sosial. Bagaimanapun, fakta bahwa musik dapat memancing respons fisik dapat diperhitungkan fungsinya di dalam sosialisasi manusia, walaupun respons fisik yang lahir akan berbentuk melalui adat istiadat itu sendiri.
- Fungsi seni musik sebagai penguat kesesuaian dalam norma sosial. Lagu-lagu yang dapat mengatur kontrol sosial memainkan peran penting dalam beberapa budaya, lewat peringatan secara langsung atau tidak langsung kepada perilaku yang dianggap seharusnya diterapkan.
- Fungsi seni musik sebagai validasi institusi sosial dan ritual keagaman. Ketika musik digunakan dalam situasi sosial dan keagamaan, terdapat beberapa informasi untuk mengindikasikan sejauh mana musik cenderung memvalidasi institusi dan ritual tersebut.
- Fungsi seni musik sebagai kontribusi terhadap stabilitas budaya. Musik memungkinkan pengekspresian emosional, memberikan kenikmatan estetika, menghibur, mengkomunikasikan, memancing respons fisik, menguatkan keselerasan norma, dan memvalidasi instuisi sosial dan ritual keagamaan.
Dari hal-hal di atas tentang fungsi musik, kita akan menarik kembali bahasan ini ke ranah bagaimana musik berkembang di sekitar kita dengan fungsi-fungsinya. Ketika musik bisa meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif maka ada hal-hal positif yang pernah tersampaikan seperti yang terkutip berikut:
“Musik menumbuhkan orang-orang yang memiliki apresiasi tinggi dan mampu berpikir kritis. Proses kreatif, proses memahami orang, nalar kritis, semuanya bisa dikembangkan oleh musik,” ungkap Najelaa Shihab.
Sementara Erwin Gutawa mengatakan musik mendidik manusia bersikap kritis dan analitis, serta terlatih mendengarkan untuk memahami. Musik juga dapat mengajarkan nilai-nilai kehidupan seperti keseimbangan, berproses bersama, dan kolektivisme.
Andien menambahkan, musik juga membuat manusia dapat menghargai keberagaman. Musik dinilainya sebagai medium yang bagus untuk memahami perbedaan cara berpikir masyarakat. Ia percaya musik bukanlah semata urusan membuat lagu yang laku di pasar, tetapi perihal menyampaikan pesan kepada sesama manusia. Pendapat ini dikutip dari sebuah percakapan di sebuah momen konferensi musik.
Sebagaimana kompleksitas musik yang menghubungkan antara seniman dan penikmatnya menjadi suatu tatanan yang dinamis, ada masa dan fase ketika musik harus terbentur dengan tatanan yang lebih luas di dalam masyarakat. Tatanan yang dibuat oleh pemerintah itu dianggap sebagai sebuah standar estetika dan ditetapkan sebagai peraturan dan kebijakan-kebijakan atas nama keamanan kestabilan sosial politik dan semacamnya.
Hal ini yang menimbulkan konflik ketika “musik“ secara fungsi berjalan dengan arahnya berbenturan dengan kebijakan-kebijakan penguasa di eranya.
Bukan menjadi tema yang “eksplisit” ketika musik tampil menjadi oposisi, menjadi arus yang melawan, saat hal ini menjadi lumrah terjadi karena dinamika musik dan kehidupan bermayarakat dan bernegara menjadi satu warna yang nantinya mempunyai nilai historis bagaimana musik berperan dalam kehidupan. Bahkan lagu kebangsaan “Indonesia Raya“ pun juga mengalami proses pencekalan di arus perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa pada era kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.
Di luar konteks politik kita akan menyikapi apa saja yang pernah terjadi di musik indonesia berkaitan dengan arus yang sepertinya melawan padahal mereka sedang menjalankan fungsi musik seperti adanya. Maka munculah istilah larangan-larangan, pencekalan, dan sebagainya di sepanjang perjalanan kehidupan musik di Indonesia dengan konteks yang beragam.
Kasus-kasus Pencekalan Musisi di Luar Negeri
Kita coba untuk menilik apa yang terjadi di dunia luar sepanjang perjalan pencekalan musik dan beragam sebabnya sebagai sebuah fenomena musik secara global. Berikut band dan musisi luar negeri yang mengalami pencekalan di masanya:
-
Led Zeppelin di Singapura
Karena rambut gondrong Pada era 1970-an, pemerintah Singapura meluncurkan kampanye “Operasi Snip Snip”. Operasi ini pada dasarnya memaksa setiap pria yang berambut gondrong untuk memotongnya sebelum diizinkan masuk ke negara tersebut. Pemerintah Singapura malah menyediakan tempat pangkas rambut di salah satu pos pemeriksaan di perbatasan antara Malaysia dan Singapura.
Alasan pemerintah Singapura melarang pria berambut panjang karena dianggap identik dengan gerakan hippie di Barat yang berkembang pada era 1960-an dan 1970-an. Saat itu pemerintah Singapura menganggap gerakan tersebut mengampanyekan gaya hidup malas yang berkaitan erat dengan penyalahgunaan narkoba.
Pada 1972, kelompok musik rock asal Inggris, Led Zeppelin yang digawangi Jimmy Page, Robert Plant, John Paul Jones, dan John Bonham direncanakan bakal manggung di Singapura. Keempat anggota grup musik ini dikenal sebagai musisi berambut panjang. Nah, gara-gara “Operasi Snip Snip” itu, akhirnya Led Zeppelin membatalkan jadwal tur di Singapura karena mereka enggan memotong rambut.
-
Frank Sinatra di Meksiko
Gara-gara main film, nama musisi Frank Sinatra sudah nggak asing di kancah musik dunia di era 1960-an. Musisi Amerika Serikat itu terkenal lewat lagu-lagu hits di zamannya. Ia kerap melakukan serangkaian konser musik di Meksiko. Namun pada 1966 pemerintah Meksiko justru melarang Frank Sinatra konser di negara itu. Pelarangan ini muncul gara-gara Sinatra membintangi film Marriage on the Rocks (1965) ketika dirinya beradu peran dengan Deborah Kerr. Film ini menceritakan tentang kisah pasangan yang menikah dan bercerai di Meksiko.
Pemerintah Meksiko menganggap film ini menggambarkan negara itu sebagai tempat yang cocok bagi pasangan untuk mendapatkan perkawinan dan perceraian secara gampang. Film ini juga dinilai menyindir kehidupan pejabat Meksiko saat itu. Film ini dianggap merusak martabat nasional Meksiko. Karena itu film ini dilarang diputar Meksiko. Nggak cuma itu, lagu-lagu Frank Sinatra juga ditarik dari peredaran di negara itu. Malah pemerintah Meksiko saat itu mengeluarkan kebijakan melarang Sinatra memasuki negara itu.
-
Dusty Springfield di Afrika Selatan
Tur Dusty Springfield pada 1964 di Afrika Selatan berakhir dengan cepat. Ia dilarang konser di sisa turnya. Pemerintah Afrika Selatan era apartheid saat itu mempersoalkan pelanggaran hukum terkait penolakan Springfield terhadap kebijakan perbedaan warna kulit (apartheid) yang diterapkan pemerintah. Ia pun dideportasi dari negara itu.
Springfield adalah artis Inggris pertama yang memasukkan klausul “no apartheid” dalam kontraknya untuk tur musik di Afrika Selatan. Setelah melakukan dua pertunjukan di Johannesburg, ia ditahan aparat keamanan karena dianggap tindakannya dalam konser sebagai sebuah pemberontakan. Padahal saat itu Springfield akan menggelar konser terakhirnya di Cape Town. Tapi pihak keamanan setempat melarangnya dan ia dikawal polisi kembali ke hotel dan dideportasi setelah tiga hari. Springfield dilarang konser di negara itu karena dianggap secara terang-terangan melanggar hukum apartheid.
-
Tyler, The Creator di Inggris
Pada 2015 Tyler yang dijuluki The Creator siap tampil di sirkuit festival Inggris. Tetapi ketika mencoba masuk ke negara itu, ia ditolak. Pemerintah Inggris menganggap rapper asal Amerika Serikat itu memiliki alter ego, sejenis kepribadian ganda. Pemerintah Inggris melarang kehadiran Tyler karena dianggap bisa membawa dampak buruk bagi masyarakat.
Malah saat itu pemerintah Inggris menyodorkan daftar dokumen yang memberikan alasan pelarangan tersebut dengan mengutip lagu-lagu yang telah ia rilis pada 2009 dari album Bastard and Goblin. Lagu-lagu itu dianggap glamorisasi pemerkosaan dan kekerasan. Anehnya, pedoman yang digunakan untuk melarang Tyler masuk ke Inggris sama dengan yang digunakan untuk mencegah tersangka teroris. Tyler dilarang tiga hingga lima tahun konser di Inggris. Saat itu ia pun dikirim kembali ke Amerika Serikat.
-
Alice Cooper di Australia
Pada 1975, legenda grup rock Alice Cooper dianggap sebagai momok yang menakutkan di Australia. Pemerintah Negeri Kanguru itu sampai-sampai mengeluarkan larangan konser bagi Alice Cooper yang saat itu ingin bermain di Australia dalam konser tur Nightmare. Pemerintah Australia langsung menolak masuknya grup musik ini ke negara itu, sehingga konser dibatalkan.
Alasan pelarangan konser karena Alice Cooper dianggap sebagai grup band yang sering mempertunjukan aksi panggung yang mengerikan seperti menampilkan hal-hal seperti guillotine (alat pemenggal kepala), tiang gantungan, dan banyak darah. Sontak para penggemar Alice Cooper menganggap pelarangan itu berlebihan.Alice Cooper dinilai sebagai orang yang bisa memengaruhi kaum muda dan orang yang berpikiran lemah dengan pameran properti panggung yang mengerikan itu. Namun Alice Cooper bisa tur ke Australia pada tahun-tahun berikutnya.
-
Chris Brown di Inggris
Akibat melakukan tindakan kekerasan pada Rihanna. Penyanyi pop RnB Chris Brown mendapat larangan konser di Inggris karena ia pernah melakukan serangan pada mantan pacar dan penyanyi pop Rihanna pada 2009 silam. Atas tindakan itu ia ditangkap dan dijatuhi hukuman pelayanan masyarakat.
Setahun kemudian ia berencana melakukan tur di seluruh Inggris. Tapi pemerintah Inggris menolak karena ia dianggap bersalah atas tindak pidana serius. Penangkapan karena penyerangan terhadap Rihanna langsung menyebabkan pelarangan di Inggris. Konsernya pun batal. Chris telah melakukan tur pada tahun 2018, tetapi ia tak pernah bisa melakukan konser di luar Amerika.
-
Pete Doherty di Amerika Serikat
Pete Doherty sejak lama diberitakan media Inggris sebagai musisi yang terkait penyalahgunaan narkoba. Rupanya, hal ini membuat karier musiknya terhambat. Ia dilarang masuk Amerika Serikat pada 2010. Padahal saat itu Doherty dijadwalkan bakal bermain satu panggung dengan putra John Lennon, Sean Lennon, untuk peluncuran majalah Corduroy. Namun ia tidak berhasil melewati bandara JFK di New York karena dicegah petugas imigrasi setempat.
Mantan front man grup Libertines ini tidak pernah benar-benar lepas dari reputasinya sebagai pengguna narkoba sepanjang kariernya yang cukup sukses. Jadi, dengan beberapa tuduhan narkoba yang terlarang sepanjang masa lalunya, para petugas imigrasi AS mengirimnya kembali ke London.
-
Lamb Of God di Malaysia
Band heavy metal Lamb Of God mendapat larangan keras bermain di Malaysia pada 2013 silam. Grup band yang awalnya dikenal dengan nama Burn the Priest ini dianggap memiliki sederet lagu yang bernuansa “menghujat”. Bahkan tak jarang lagu-lagu grup musik ini menggunakan kutipan Al-Quran dalam musik mereka. Pemerintah Malaysia khawatir metal Lamb of God akan menebarkan dampak buruk pada warganya, khususnya pada anak-anak muda.
Grup musik ini keberatan dengan larangan itu. Mereka menilai pemerintah Malaysia salah tafsir tentang makna yang dimaksud di balik lagu-lagu mereka. Tapi tetap saja pemerintah Malaysia menolak mereka manggung lantaran dianggap telah melecehkan kitab suci, meski saat itu tiket pertunjukan telah dijual.
-
Bjork di China
Penyanyi eksentrik asal Islandia, Bjork, dilarang tampil di China setelah penampilannya pada 2008 di Shanghai. Saat itu Bjork menyinggung soal pendudukan kontroversial Tiongkok atas Tibet pada era 1950-an. Bjork tak pernah letih meneriakan “Tibet! Tibet!” selama melantunkan lagunya Declare Independence.
Aksi Bjork itu sontak dianggap mengancam persatuan nasional China. Sekarang, siapa pun yang ingin tampil di China harus mendapat pemeriksaan secara ketat. Pemerintah China pun tak ingin peristiwa Bjork terulang. Akhirnya, pemerintah China melarang pernyataan politik dalam setiap konser musik. Sejak itulah Bjork dilarang tampil di China.
-
The Kinks di Amerika Serikat
Grup musik The Kinks asal Inggris memulai tur pertama mereka di Amerika Serikat pada 1965. Namun para anggota band yang konon kerap mengonsumsi alkohol dalam setiap konsernya itu segera mengakhiri hak istimewa tur AS mereka setelah datang terlambat ke acara variety show Dick Clark, Action Is.
Sebelumnya para anggota band berselisih paham dengan sejumlah anggota tim produksi acara televisi itu. Dalam pertengkaran itu, sempat terucap kalimat “Seberapa kuat Amerika!” yang dilontarkan anggota The Kinks. Pada akhir tur, Federasi Musisi Amerika akhirnya menolak izin The Kinks untuk tampil di AS selama empat tahun untuk menunjukkan kekuatan negara adidaya itu.
Kasus-kasus Pencekalan Musisi di Indonesia
Tidak saja di luar negeri, hal serupa juga terjadi di setiap negara. Berikut adalah kisah 10 musisi Indonesia yang pernah dicekal oleh pemerintah di eranya:
-
Koes Bersaudara
Presiden Soekarno pernah melarang peredaran musik yang bernuansa Barat sekitar 1959-1967. Pada 1965, Bung Karno bahkan memenjarakan Koes Bersaudara karena menyanyikan lagu-lagu barat milik The Beatles dan Elvis Presley, yang dianggap menodai kebudayaan Indonesia.
-
D’Lloyd
Tak jauh berbeda dengan era Soekarno, Presiden Soeharto juga memangkas kebebasan musisi dalam berkreasi. Lagu mereka yang berjudul Hidup Di Bui dianggap tidak sesuai dengan keadaan lembaga pemasyarakatan yang sebenarnya. Saat itu D’Lloyd terus dipantau polisi dan bahkan nama Bartje Van Houten, sebagai komposer dan gitaris, sampai tidak dicantumkan demi keselamatannya.
-
Micky Jaguar
Bukan hanya lirik, namun aksi musisi di atas panggung juga dicekal. Salah satunya adalah Micky Jaguar, vokalis band Bentoel, yang tampil di atas panggung dengan menyembelih kelinci dan meminum darahnya. Akibat aksinya itu, ia ditangkap dan diinterogasi oleh polisi.
-
Bimbo
Dari sekian banyak karya Bimbo yang manis dan tanpa kritik, ada satu lagu yang dicekal pemerintah di era 1970-an. Lagu yang berjudul Tante Sun dianggap sebagai sindiran terhadap istri pejabat.
-
Elpamas
Terbentuk pada tahun 1983, Elpamas harus berurusan dengan pemerintah lantaran liriknya mengandung kritik sosial. Lagu Pak Tua menceritakan seorang pengusaha yang sudah tua tetapi tidak mau pensiun. Klip lagu tersebut juga dilarang tayang di televisi. Banyak yang menduga, kalau lagu itu ditujukan kepada Soeharto, yang menjabat sebagai Presiden Indonesia dalam periode yang cukup lama.
-
Iwan Fals
Hampir semua lagu Iwan Fals memang berbau kritik sosial yang ditujukan pada pemerintahan Indonesia. Ia tidak pernah takut menyuarakan pendapatnya lewat musik. Hingga pada tahun 1984 ia pernah dicekal karena lagu yang berjudul Mbak Tini.
-
Betharia Sonata
Lagu Gelas-gelas Kaca milik Nia Daniaty dan Hati yang Luka milik Betharia Sonata sempat dilarang diputar di stasiun televisi TVRI dan radio RRI oleh Harmoko, Menteri Penerangan Indonesia saat itu. Lagu tersebut dianggap sebagai lagu cengeng yang dapat mematahkan semangat orang Indonesia untuk bekerja keras.
-
Slank
Tahun 2008 Slank sempat digugat oleh DPR yang tersinggung lewat lagu Gosip Jalanan. Lagu tersebut terdapat dalam album PLUR dan Slank menyatakan dukungannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Walau masalah ini selesai dengan sendirinya, izin manggung Slank sering dipersulit polisi lantaran dukungannya terhadap KPK.
-
Beside
Acara perilisan album band hardcore asal Bandung, Beside, pada 2008 menjadi malapetaka bagi musisi underground lainnya. Pasalnya, acara tersebut merenggut 11 nyawa yang tewas setelah berdesak-desakan di lokasi acara. Saat itu acara musik underground sempat mati suri, terutama di Bandung, karena polisi tidak memberikan izin acara.
-
Melinda
Lagu Melinda berjudul Cinta Satu Malam sempat hits pada tahun 2012. Komisi Penyiaran Indonesia menegur keras lagu ini, karena liriknya yang terlalu vulgar. Lirik lagu tersebut seakan menggambarkan bahwa hubungan seks sah-sah saja jika dilakukan hanya satu malam.
Dari beragam fenomena di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa fungsi musik akan terbatasi dengan berbagai kondisi-kondisi tertentu. Sehingga, dalam perkembanganya, pencekalan musik masih dianggap menjadi sebuah kebijakan yang efektif ketika musik tidak sesuai dengan situasi sosial politik di sebuah teritorial tertentu. Musik pun dianggap disfungsional dalam kehidupan bernegara. Baik buruk yang ditimbulkan, musik tetaplah musik yang selalu ada di tengah-tengah masyarakat dengan berbagai fungsinya yang membentuk sebuah karakter masyarakat itu sendiri.
Image source: Shutterstock
ARTICLE TERKINI
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :