Bicara Bali, semerbak namanya ke seantero jagat dan menjadi salah satu daerah tujuan turis paling favorit sedunia karena eksotika budayanya, keindahan alamnya, serta biayanya yang terjangkau. Namun, pernah tidak terpikirkan mengarahkan Bali ke sebuah entitas baru: destinasi wisata konser?
Perhatikan saja pada Agustus 2022 ini, ada banyak pertunjukan musik (bercampur kuliner dan/atau aktivitas budaya lainnya) dalam skala gigantik seperti Prost Fest di Pantai Mertasari; Univlox di Peninsula Island, Nusa Dua; Sanur Village Festival di Pantai Matahari Terbit; Bali Beach Fest di Pantai Berawa; serta acara rutin dalam ukuran lebih kecil seperti pesta dansa dengan menampilkan deretan DJ internasional peringkat atas seperti di acara K Club Grand Opening di Ubud, atau yang versi lebih mini lagi semisal konser frekuentif di The Lawn namun kelasnya tetap global, Live Sunset Show, yang minggu lalu mengundang Skeggs, band asal Australia yang sedang melambung pamornya di skena rock Australiasia.
Saya perhatikan, seperti acara Prost Fest misalnya, lumayan melimpah orang-orang dari luar daerah yang sengaja datang ke Bali. Sambil berlibur seraya menonton pertunjukan musik hidup. Kebetulan memang para penampilnya adalah figur-figur yang reputasinya sedang moncer dengan legiun fans bejibun. Terjadi juga dengan festival-festival lainnya. Festival musik yang dibarengi parade kuliner lokal macam begini pelan-pelan menjadi daya tarik ekstra, kebiasaan berwisata baru bagi, utamanya, anak-anak muda. Mengunjungi Bali sambil menonton konser menarik dan kolosal.
Sejatinya hal semacam begini bukanlah hal yang baru maupun aneh. Saya pribadi sering menjalankan aktivitas “wisata konser”. Pergi ke luar daerah—paling kerap ke Jakarta—atau ke manca negara—seringnya ke Singapura dan Australia—untuk hadir di pertunjukan musik, sekalian berpelesir. Dan, patut diketahui, yang melakukan “wisata konser” ini bukan cuma saya. Banyak jemaahnya. Selalu saja di pesawat menuju—paling sering—Singapura, pasti bertaburan orang-orang Indonesia lainnya yang juga bertujuan sama dengan saya. Di hampir setiap kunjungan saya bakal tinggal sedikit lebih lama, tak cuma menonton lalu pulang, saya sempatkan juga tamasya ke sudut-sudut kota atau lokasi-lokasi yang sedang banyak dibahas di media sosial.
Nah, bagaimana dengan Bali? Pulau Dewata ini punya kemiripan dengan Singapura, Melbourne, dan kota-kota indah lainnya. Mungkin kalau itu Jakarta, sedikit orang yang memilih tinggal lebih lama mengingat tingkat polusi yang berbahaya, penduduknya berjejal, serta problematika macet nan parah. Sementara Bali pasti berbeda. Hampir bisa dipastikan para turis akan menyempatkan diri melakukan aktivitas selain “wisata konser”. Banyak opsi atraktif yang bisa dilakoni: ke laut, ke gunung, atraksi budaya, kuliner, hingga clubbing. Tentu ini berujung pada naiknya pendapatan daerah dan dalam jangka panjang menyejahterakan penduduk Pulau Bali.
Bagaimana menurut kalian, Superfriends, bukankah sudah saatnya pemerintah giat mendorong Bali sebagai Destinasi Wisata Konser, format kepariwisataan baru yang niscaya menarik banyak anak muda?
ARTICLE TERKINI
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :