The SIGIT, unit rock asal Bandung, belum lama ini melepas lagu terbaru berjudul Hateful Mind. Namun ada yang beda dari perilisan lagu pada 22 Februari 2022 ini. Yap, versi lengkap untuk lagu Hateful Mind ini dirilis The SIGIT sebagai non-fungible token atau NFT. Karena itu, lagu ini nggak bisa langsung didengarkan secara lengkap.
Buat para penggemar The SIGIT setidaknya mesti mengantongi mata uang kripto dulu sebelum mendengarkan lagu komplitnya.
Gitaris dan vokalis The SIGIT, Rekti Yoewono, mengumumkan perilisan NFT pertama The SIGIT via media sosial. Rekti menjelaskan para pembeli NFT The SIGIT akan mendapat akses untuk lagu Hateful Mind beserta artwork yang menyerupai rotasi piringan hitam ciptaan Riandy Kurniawan dan Herzven.
Pembeli bisa mengakses NFT single Hateful Mind via situs Foundation. Penawaran untuk NFT lagu The SIGIT Hateful Mind ini dibuka dengan harga 0,22 ETH dan langsung menarik perhatian banyak penggemarnya. Namun, di tanggal 23 Februari 2022, lagu ini telah terjual dengan harga 1,87 ETH, setara dengan US$5,625.86, yang setara pula dengan hampir Rp81 juta. Pemiliknya kini adalah akun @Koko_herru.
Dalam deskripsi NFT-nya, The SIGIT menjelaskan NFT kini seolah-olah telah menjadi sarana baru untuk band ini meluapkan ide-ide yang selama ini tidak terwujudkan.
"Mungkin akibat sering menonton animasi lewat The Beatles Yellow Submarine, atau Pink Floyd The Wall, atau sederet film anime Jepang sejak kecil, pemahaman kami untuk pembuatan sebuah karya musik tidak pernah dibatasi oleh rentang frekuensi suara," tulis The SIGIT.
"Upaya pertama kami kali ini berawal dari sebuah ide untuk menirukan sebuah piringan hitam bergambar, di mana saat piringannya diputar dengan kecepatan tertentu akan menimbulkan ilusi optik yang bergerak. Sesuatu yang diam bisa bergerak. Pergerakan adalah kehidupan."
Bukan hanya dalam wujud non-fungible token, The SIGIT mengatakan lagu Hateful Mind juga akan dirilis dalam format digital streaming platform, kaset pita maupun piringan hitam.
Saat ini tidak jelas apakah lagu Hateful Mind tersebut akan ditampilkan di proyek yang lebih besar. Band rock ini akan tampil di festival Joyland di Bali pada Maret 2022 ini. Festival ini juga akan menampilkan penampilan dari sejumlah musisi seperti Pamungkas, Kunto Aji, Senyawa, Raisa, Maliq & D’Essentials, Gabber Modus Operandi, dan banyak lagi.
The SIGIT bukanlah artis Indonesia pertama yang mencoba-coba NFT untuk lagunya. Tahun lalu, rapper Matter Mos merilis beberapa lagu dari albumnya Pronoia, memuji "komunitas yang mendukung" dalam sebuah wawancara dengan NME dan mengatakan "semuanya membuat saya optimis tentang masa depan".
The SIGIT terakhir merilis musik pada Juli 2020 lewat single Another Day. Single ini menjadi angin segar bagi fansnya, Insurgent Army, mengingat telah tujuh tahun lamanya The SIGIT nggak menelurkan karya musik baru. Meskipun masih sedikit banyak terpaut dengan sound hard rock gloomy ala album mereka sebelumnya Detourn, patut diakui jika single Another Day ini tetap menawarkan sejumlah elemen baru dalam musiknya.
Rekti Yoewono, vokalis dan gitaris The SIGIT, menjelaskan ragam inspirasi yang membangun lagu Another Day. Menurutnya, inspirasi tersebut diperoleh dari berbagai album yang Rekti dengarkan selama pengerjaan Another Day, yang mencakup album band punk veteran asal AS, The Stooges, hingga band rock Indonesia era 1970-an, Shark Move.
"Yang pertama, The Stooges. Album pertama The Stooges ini sound gitarnya sangat primitif dan unik. False tapi enggak yang false yang biasa gitu deh, susah banget ngerekamnya," kata Rekti.
Selain raungan distorsi gitar yang cukup berbeda, hal yang juga berkesan dari Another Day adalah nuansa ala delta blues yang hadir lewat instrumen piano dan terompet. Untuk urusan piano, Rekti mengakui kalo bandnya mengambil inspirasi dari lagu Cindy Tells Me milik musisi Inggris, Brian Eno. Rekti mengatakan, "Yang kedua, album perdananya Brian Eno khususnya lagu Cindy Tells Me. Di sini saya suka banget sound pianonya," ucap Rekti.
"Yang ketiga band legendaris Indonesia tahun 70-an, Shark Move dengan albumnya Gede Chokra'$s dan lagunya Harga," lanjut Rekti.
The S.I.G.I.T. (The Super Insurgent Group of Intemperance Talent, sering disebut The SIGIT) adalah sebuah band rock Indonesia yang berbasis di Bandung, Indonesia. Band ini beranggotakan Rektivianto "Rekti" Yoewono (vokal, gitar), Farri Icksan Wibisana (gitar), Aditya "Adit" Bagja Mulyana (bass), dan Donar "Acil" Armando Ekana (drum). Mereka memiliki tiga album studio dan dua EP: Visible Idea of Perfection (2007) dan Detourn (2014); S.I.G.I.T. (2004) dan Hertz Dyslexia dua bagian yang dirilis secara terpisah pada tahun 2009 dan 2011.
Band ini kemudian mengakui bahwa ide untuk menyingkat nama tersebut berasal dari Black Rebel Motorcycle Club, salah satu pengaruh mereka. Mereka menggambarkan diri mereka sebagai band hard rock dan sering dibandingkan dengan Wolfmother dan The Datsuns. Mereka bahkan dijuluki sebagai "The Indonesians answer to Wolfmother" oleh media Australia.
Image source: NME
ARTICLE TERKINI
1
Carlos Ulberg Bikin Heboh UFC Fight Night Perth: KO Gila Dominick Reyes di Ronde Pertama!
2
Galatasaray vs Liverpool: Nama Chiesa Hilang dari Skuat, Arne Slot Ungkap Alasannya
3
The Brandals Rilis Single "Jari Kasar" Bareng Sukatani
4
Mike Tyson Blueprint System: Hack Pukulan yang Bikin Lawan KO dalam Detik!
5
Pemain AC Milan Terkejut Sama Luka Modric: Kok Dia Bisa Lari Kayak Gitu di Umur 40 Tahun?
Article Category : Super Buzz
Article Date : 12/03/2022
6 Comments
Other Related Article
1
/
10
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
SUROSO R
12/03/2025 at 15:37 PM
Shella Monica
30/04/2025 at 23:17 PM
EKO SUSILOWATI
28/05/2025 at 22:07 PM
Sofi .
30/06/2025 at 20:16 PM
Nicolas Filbert Tandun
15/08/2025 at 23:44 PM
Asrofi A. Munandar
16/08/2025 at 22:36 PM