Author :
Article Date : 24/04/2021
Article Category : Super Buzz
Menjual kaos atau t-shirt sebagai salah satu jenis merchandise adalah hal lumrah dilakukan oleh sebuah band, termasuk unit indie rock asal New York, Big Thief. Namun, jika hal ini tidak dilakukan dengan teliti akan berpotensi menghadirkan masalah di kemudian hari.
Hal ini yang menimpa Big Thief beberapa waktu ke belakang. Band yang digawangi oleh Adrianne Lenker, Buck Meek, Max Oleartchik, dan James Krivchenia tersebut merilis kaos dengan desain abstrak yang menuai kontroversi dari berbagai pihak, termasuk penggemarnya.
Kaos lengan panjang tersebut memuat berbagai desain gambar, salah satu ilustrasi di sebelah lengan kaos itu menunjukkan gambar tangan berwarna ungu yang memegang jeruji sel penjara. Gambar tersebut yang akhirnya membuat Big Thief menyampaikan permintaan maaf secara terbuka melalui akun Instagram resmi mereka.
Big Thief menjelaskan bahwa gambar sel penjara sendiri memiliki arti sebagai pemenjaraan pemikiran di masa sekarang. Sementara tangan yang diberi warna ungu punya tujuan untuk menghindarkan dari hal berbau rasisme, namun Bigg Thief mengakui bahwa pemikiran mereka salah dalam hal ini.
View this post on Instagram
"Sel penjara dimaksudkan sebagai metafora yang melambangkan pemenjaraan pikiran dan jiwa karena birokrasi, dll. Lengan yang dimaksudkan menjadi warna ungu untuk menghindari realisme dan ras secara bersamaan tetapi kami merasa bahwa pemikiran itu salah arah," jelas Big Thief.
"Kurangnya perhatian yang kami berikan pada hal ini, bagi kami, adalah alasan untuk mengangkat isu tersebut. Mencetak gambar ini di kaos hanyalah contoh lain dari budaya supremasi kulit putih yang dinormalisasi dan kami mohon maaf kepada siapa pun yang mungkin merasa sakit hati atau tidak nyaman dengan gambar tersebut," kata mereka.
Lebih jauh, Big Thief membahas masalah yang lebih luas seputar hak istimewa orang kulit putih di industri musik dan hal-hal lainnya.
"Kaos kami bukan poin utama di sini, sebaliknya ini adalah bagian dari hal yang lebih besar dan lebih penting. Budaya kapitalis supremasi kulit putih, tentang bagaimana industri musik memberi kemudahan bagi sekelompok orang yang berkulit putih dari sistem yang dibangun tidak adil," ujar Big Thief.
Lebih jauh, Big Thief berjanji untuk membantu organisasi keadilan sosial melalui sumbangan royalti yang didapatkan oleh mereka di masa depan. Band tersebut kemudian menambahkan bahwa mereka berjanji untuk menyumbangkan sebagian dari pendapatan tur mereka ke organisasi yang bekerja untuk menangani "keadilan lingkungan dan darurat iklim."
"Ke depan, kami akan mengalokasikan sebagian dari uang yang kami hasilkan dari semua rekaman kami dan menerbitkannya untuk tujuan yang kami rasa akan membantu untuk mulai mengatasi ketidakadilan ini, dimulai dengan awalnya memberikan kepada Equal Justice Initiative," tulis mereka.
"Di sisi tur, kami akan menyumbangkan sebagian dari pendapatan kami untuk keadilan lingkungan dan darurat iklim."
View this post on Instagram
Di luar kontroversi yang melanda mereka, Big Thief yang terbentuk sejak 2015 lalu ini sebetulnya sedang sibuk mempersiapkan album kelima mereka. Terakhir kali Big Thief merilis album hadir pada 2019 lalu dengan tajuk Two Hands.
“Lockdown adalah waktu istirahat yang sangat dibutuhkan, saya perlu istirahat, dan kemudian Big Thief akhirnya membuat musik baru selama hampir enam bulan, yang sangat menyenangkan karena kami telah melakukan tur begitu keras sehingga kami hanya memiliki sedikit kesempatan untuk merekam di beberapa tahun terakhir," kata sang gitaris Big Thief, Buck Meek.
“Ini adalah rilis ketujuh atau kedelapan saya dalam delapan tahun dan pertama kalinya saya tidak bisa keluar dan berbagi lagu. Saya mencoba melihatnya sebagai kesempatan, mungkin hanya untuk saat ini, untuk membuat rekaman lalu segera mulai mengerjakan yang lain," ujarnya.
Image source: Michael Buishas.
Please choose one of our links :