Progressive rock, atau disebut juga sebagai prog rock, adalah subgenre musik rock yang menekankan komposisi ambisius, eksperimen, dan lirik yang digerakkan oleh konsep serta keahlian bermusik. Band progressive rock pertama menunjukkan kemunculannya pada akhir dekade 1960-an. Tradisi progressive rock pun masih berlanjut hingga hari ini. Kalau begitu, simak dulu sejarah dan perkembangan subgenre progressive rock yang masih eksis hingga kini.
Sejarah Progressive Rock
Sama seperti band-band yang mengusung rock n' roll tradisional, grup progressive rock cenderung mendasarkan instrumentasi mereka pada gitar, bass, drum, dan keyboard, bersama dengan vokalis utama. Banyak aksi prog rock juga memasukkan unsur-unsur jazz dan musik klasik. Sementara karakteristik lainnya seperti lirik lagu yang umumnya diambil dari karya sastra, puisi, dan sejarah. Alhasil, progressive rock dapat menghasilkan genre yang disebut "symphonic rock" dan "art rock".
Progressive rock berawal dari eksperimentasi musisi rock saat itu yang inspirasinya berasal dari The Beatles dan The Beach Boys, serta yang dipopulerkan oleh Chuck Berry dan The Rolling Stones. Band-band progressive rock di awal kemunculannya mulai menggabungkan musik tradisional, musik klasik, dan jazz ke dalam komposisi mereka. Musik progressive rock pertama mungkin dimulai dari lagu Strawberry Fields Forever dari The Beatles. Lagu ini menggunakan teknik rekaman yang unik yaitu ngegabungin dua track yang berbeda tempo dan nada dasar yang berbeda menjadi satu.
Beberapa band progressive rock terkemuka di antaranya adalah Yes, King Crimson, UK, Pink Floyd, dan Genesis dari sekitar tahun 1969. Sementara tahun 1970-an, muncul pula band lain seperti Rush dan di dekade 1980-an muncul nama Marillion dan Dream Theater. Bahkan, Queen juga bisa dikategorikan sebagai band prog rock paling besar di dunia.
Seperti halnya genre-genre musik lain, progressive rock sangat sulit untuk didefinisikan secara tepat. Oleh karena itu, ada banyak perdebatan mengenai apakah satu kelompok musik mengusung progressive rock atau tidak.
Di balik itu, ada beberapa karakteristik musik progressive rock yang biasanya dapat ditemui dalam karya-karyanya. Prog rock bisa dikenali dari ritme yang tidak konvensional (bukan 4/4 atau sinkopasi), penguasaan alat musik yang mahir dengan permainan solo yang rumit, dan lagu-lagu yang panjangnya melebihi lagu normal; bisa lebih dari 5 menit, biasanya sekitar 12-20 menit atau bahkan lebih panjang.
Beberapa grup prog rock bahkan menerbitkan satu album dengan lagu-lagu yang bertemakan sama atau sambung-menyambung menceritakan satu cerita. Hal ini dikenal dengan istilah concept album atau album konsep. Selain itu, ada pula grup musik progressive rock yang kini mulai keluar dari stigma musik progressive sebagai genre dan kembali ke pemikiran inti musik progressive sebagai pandangan yang amat sangat kuat dipengaruhi oleh jazz.
Karakteristik Pogressive Rock
Dari asal-usulnya di dekade 1960-an hingga iterasinya saat ini, progressive rock telah mempertahankan beberapa karakteristik utama, beberapa di antaranya:
1. Ambisi musik
Progressive rock ditandari dengan harmoni yang canggih, tanda waktu campuran, dan penulisan lagu multi-bagian. Karakteristik ini dapat ditemukan di album Close to the Edge milik Yes hingga The Astonishing milik Dream Theater.
2. Instrumentasi diperluas
Band progressive rock sering melampaui instrumentasi rock tradisional seperti gitar, bass, dan drum. Genre ini bisa menggunakan beberapa instrumen musik yang diperluas dalam sebuah lagu seperti menggunakan mellotron (sebuah synthesizer awal berdasarkan gulungan pita), Minimoog (keyboard elektronik awal), atau instrumen orkestra yang sebenarnya.
- Mellotron berfungsi untuk membuat suara instrumen orkestra. Mellotron digunakan karena banyak band prog rock yang tak mampu membayar orkestra untuk rekamannya. Akhirnya band seperti Moody Blues kerjasama dengan perusahaan Mellotron untuk bikin suara seperti biola, cello, flute, dan yang lainnya.
- Minimoog digunakan oleh hampir semua band progressive rock di era itu. Instrumen seperti gitar, bass, dan drum dirasa tidak cukup untuk melakukan eksplorasi suara. Maka tak heran bila lagu Welcome to The Machine milik Pink Floyd terasa sangat berbeda.
3. Merangkul teknologi
Banyak grup musik progressive rock telah menunjukkan keinginan untuk menggabungkan teknologi era masing-masing. Grup progresif awal asal Jerman, Tangerine Dream, misalnya, menggunakan synthesizer dan membantu meluncurkan gerakan Krautrock dalam karya-karya musiknya.
4. Hubungan erat dengan musik klasik
Prog band seperti Emerson, Lake, dan Palmer memasukkan bagian-bagian dari komposer klasik seperti Tchaikovsky ke dalam musik mereka sendiri. Secara luas, band-band ini terinspirasi oleh teknik komposisi klasik. Musisi rock lain seperti Frank Zappa menulis musik kamar untuk dibawakan oleh ansambel klasik.
5. Album konsep
Dari Pink Floyd, Yes, dan Rush, band-band era progressive rock melihat album konsep sebagai cara untuk mencocokkan ambisi filosofis dengan kecakapan musik mereka. Contoh-contoh album konsep di antaranya adalah Metropolis 2: Scenes from a Memory dari Dream Theater dan The Lamb Lies Down on Broadway dari Genesis.
6. Lirik sastrawi
Banyak lirik progressive rock menarik inspirasi dari karya sastra, puisi, dan film. Beberapa penulis lirik prog rock, seperti Jon Anderson dari Dream Theater dan Dennis DeYoung dari Styx, menciptakan skenario fiksi ilmiah dalam lirik untuk beberapa rekaman mereka.
Band Progressive Rock
Seperti yang sudah diungkap sebelumnya, beberapa kelompok musik progressive rock Barat antara lain Yes, King Crimson, UK, Queen, Pink Floyd, Genesis, Rush, Marillion, hingga Dream Theatre. Sementara band prog rock asal Indonesia antara lain God Bless, Abbhama, Gipsi, Voodoo, Discus, Kekal, The Tritorium.
Image source: Shutterstock
ARTICLE TERKINI
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :