Dari perjalanannya berkarier di dunia hiburan, terutama dari dunia akting dan dunia tarik suara, Samo Rafael telah menghasilkan satu single solo perdana yang diberi judul Calon Suami. Single ini sebenarnya telah dirilis tahun 2019 lalu. Namun baru-baru ini, Samo Rafael pun mengabarkan tengah mengatur kembali arah bermusiknya demi menghasilkan karya lebih banyak lagi. Membuktikan, bahwa musik akan tetap menjadi pilihan terakhirnya.
“Sekarang baru mulai lagi dengan lagu-lagu yang sudah digodok semasa pandemi,” ungkap Samo Rafael.
Sementara nama-nama yang cukup mempengaruhi karakter bermusik Samo Rafael selama ini antara lain Jeff Buckley, Tim Buckley, Queen, Peter Gabriel, Rufus Wainwright, Gary Jules, Sarah McLachlan, Joni Mitchell, Johann Sebastian Bach, Leonard Cohen, Thom Yorke, St. Vincent, dan masih banyak lagi. Beberapa nama musisi terkenal Indonesia juga menjadi pengaruhnya seperti Guruh Soekarnoputra, Ubiet (Nyak Ina Raseuki), Ahmad Jais, Sam Saimun.
“Juga sosok musikal seperti Judy Garland dan Édith Piaf yang dikenalkan sama Ibuku sejak kecil. Ibu juga suka nyanyi. Kayaknya karena nyokap suaraku jadi agak musical dan ada femininnya,” tutup Samo.
Samo Rafael di dunia tarik suara memang bukan nama yang benar-benar baru. Namanya sendiri sebelumnya tercatat sebagai vokalis band bernama Gemalara. Ia sendiri lebih banyak dikenal lewat kemampuannya di dunia akting ketimbang di dunia musik, tetapi hal ini tak menyurutkan langkahnya untuk tetap membuat sesuatu yang menarik.
Aktor dan penyanyi yang bernama lengkap Samodra Angkasa Putro ini telah memulai perjalanan musiknya sejak ia masih kecil. Ia telah mengikuti sejumlah panggung teater musikal. Ketika usianya 15 tahun, Samo—panggilan akrabnya, Samo sempat didapuk menjadi vokalis band jazz fusion bernama Macadamia Nutcrackers, meskipun tak berjalan lama.
Dari band Macadamia Nutcrackers itu, Samo cabut dan bergabung dengan band Gemalara yang dibentuk tahun 2013 silam. Gemalara menjadi band kedua Samo yang sama-sama mengisi posisi vokalis.
Bersama Gemalara, Samo menghasilkan total tiga single. Di antaranya adalah Di Wajahmu Kulihat Bulan, Gemuruh, dan Sepi. Dalam single Di Wajahmu Kulihat Bulan, Samo mengatakan bahwa lagu ini pernah travel ke film festival di luar negeri sebagai soundtrack sebuah film. Sayangnya, Gemalara juga tak berusia panjang karena band ini pun bubar.
Lagu Di Wajahmu Kulihat Bulan sejatinya adalah lagu yang diciptakan oleh Mochtar Embut pada tahun 1960 silam. Selama lebih dari lima dekade kemudian, lagu tersebut kembali diperdengarkan ke masyarakat Indonesia lewat aransemen yang mengawang absurd versi Gemalara. Single ini diproduseri oleh Windra Benaymin, produser Float untuk album Music For 3 Hari Untuk Selamanya dan 10.
“Ide (untuk menggunakan) lagu ini datang dari sutradara film pendek, Vera Lestafa. Lagu ini buat film pendeknya berjudul Everything in Between. Setelah gue denger, terus gue bilang ke Vera kalau lagu ini harus gue bongkar dan dia mempersilakan dengan acuan sudah mendapat ijin dari sang ahli waris pencipta lagu tersebut,” ujar pria yang biasa disapa Bontel itu.
“Gue tau aransemennya akan gue bikin yang gampang tapi gak murahan, dan cocok buat dibawain Gemalara juga,” lanjutnya.
Bontel mengatakan, lagu Di Wajahmu Kuhat Bulan sangat bagus dan sarat element of surprise. Ia mengaku tak perlu waktu lama untuk ‘membongkar’ lagu legendaris tersebut. Namun, Bontel melanjutkan, yang membuat lagu ini memiliki nilai lebih adalah saat dinyanyikan oleh vokalis Gemalara, Samo Rafael.
Sementara itu, Gemalara yang beranggotakan Samo Rafael (vokal), R.A Syukur (gitar), dan Dylan Utomo (bass) sepakat menganggap bahwa lagu tersebut merepresentasikan karakter gemalara dari perspektif aransemen. Mereka juga mengakui bahwa lagu yang telah beberapa kali di-cover itu memang sangat bagus.
“Secara aransemen, ya. Feel-nya sama, tapi taste-nya beda. Bunyi itu kan media, tapi nyawanya beda-beda,” ujar Samo Rafael kala itu.
Ketika disinggung soal pemilihan nama Gemalara, Samo Rafael saat itu mengaku bahwa nama itu bahwa intinya adalah lara. Kesedihan. Menurut pengakuannya, banyak pihak yang menganggap bahwa nama tersebut cukup dark bagi sebuah nama band. Namun ia memberikan alasan pemilhan nama Gemalara yang berkaitan erat dengan musiknya.
“Basic-nya itu memang dari lara, ‘Gapapa kan sebenarnya orang itu sedih?’ Cuma outcome-nya yang bisa kita kontrol. Sebenarnya poin pentingnya itu gema, tapi kita harus jujur buat menyampaikan lara itu,” tuturnya.
Ia melanjutkan, “Kita tuh ngebayanginnya kaya jiwa. Misalnya dalam jiwa itu ada lara atau kesedihan, outcome dari lara itu kan bisa banyak. Gemanya itu bisa banyak. Bisa penerimaan, bisa kesedihan bisa kesenangan, atau apapun. Kita sih ngebayangin kita ini kaya matahari warna abu-abu, terus pinggirannya wana-warni. Semua berasal dari lara yang sama.
Di samping bermusik, Samo yang juga dikenal sebagai aktor ini pernah membintangi sederet film Indonesia. Di antaranya adalah The Players (2015), Sebelum Iblis Menjemput (2018), Edge of the World (2021), dan Puisi Cinta Yang Membunuh (2022).
Superfriends, kita nantikan saja rilisan terbaru dari Samo Rafael yang sudah memutuskan untuk serius bermusik di tahun ini.
Image source: https://www.instagram.com/samorafael/
ARTICLE TERKINI
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :