Kelompok Penerbang Roket (KPR) kembali hadir memberikan karya baru di 2020. Meski di tengah situasi sulit akibat pandemi COVID-19, Kelompok Penerbang Roket tetap konsisten menyapa para pendengar setianya melalui single-single anyar di tahun ini.
Pada Februari lalu, misalnya, Kelompok Penerbang Roket merilis single berjudul Dikejar Setan. Tidak jauh berbeda dengan sejumlah lagu yang sudah mereka rilis, inspirasi di balik penggarapan lagu ini berasal dari keseharian yang sederhana.
Jika lagu-lagu sebelumnya dari Kelompok Penerbang Roket seperti Mati Muda bercerita tentang tawuran antar pelajar, dan "Anjing Jalanan" yang berkisah tentang kehidupan keras di daerah urban, maka "Dikejar Setan" adalah sebuah kisah tentang memori masa kecil yang cukup umum dirasakan banyak orang di Indonesia.
Masih hadir dengan musik rock yang ketat dan padat, Kelompok Penerbang Roket melantangkan gaharnya musik mereka melalui single Dikejar Setan yang bercerita tentang teguran orang tua yang terkesan menakuti anak-anak untuk pulang sebelum matahari terbenam--bahwa terdapat banyak "setan" di luar jika hari sudah mulai gelap.
“Kalau kita nggak pulang, orang tua menakuti bakal ada setan-setan yang menculik dan mengganggu anak-anak nakal. Kelihatannya sepele, tapi akhirnya sangat membekas di ingatan kalau malam hari itu waktu yang menyeramkan,” ujar sang bass dan vokal Kelompok Penerbang Roket, John Paul Patton, tentang lagu Dikejar Setan.
“Dan lucunya, setelah kami mengalami itu puluhan tahun lalu, beberapa orang tua era sekarang ternyata masih menakuti anak-anak mereka dengan cara itu," sambung sang gitaris Kelompok Penerbang Roket, Rey Marshall.
Seperti sudah ciri khas, rasanya; lagu-lagu dari Kelompok Penerbang Roket selalu mengambil latar dari hal-hal yang umum terjadi dan mudah di-relate. Semua itu dijadikan modal untuk diolah menjadi nomor rock Sabbath-ian yang kencang dan catchy, yang mampu mengajak semua orang berjingkrak hingga crowd surf.
Untuk artwork dari sambul lagu Dikejar Setan, Kelompok Penerbang Roket bekerja sama dengan seniman fotografi Yogi Kusuma, sementara model untuk sampulnya diisi oleh Tanya Ditaputri. Selain itu, lagu ini direkam secara live oleh Kelompok Penerbang Roket di Studio Salihara, Jakarta, dengan bantuan penata rekaman Bontelism, eks-gitaris Float.
Beberapa bulan selepas merilis single Dikejar Setan, Kelompok Penerbang Roket merilis lagu baru berjudul Roda Gila pada awal November 2020. Di lagu ini, Kelompok Penerbang Roket melakukan mastering di Studio Musik Abbey Road, Inggris.
Lagu yang digarap oleh John masih mengambil tema kehidupan sehari-hari yaitu tentang kisah kehidupan selalu berjalan layaknya roda yang sedang berputar.
Bagaimana Kelompok Penerbang Roket Bisa Meluncur ke Industri Musik Indonesia?
Kelompok Penerbang Roket tercatat berdiri pada akhir 2011 di Jakarta dengan beranggotakan John Paul Patton 'Coki' (Bass/Lead Vocal), Rey Marshall (Guitar/Back Vocal) dan I Gusti Vikranta (Drum/Backing Vocal) yang formasinya tetap bertahan hingga sekarang.
Dari genre musik, Kelompok Penerbang Roket mengusung aliran rock yang dipengaruhi musik-musik era 60-an dan 70-an semacam Black Sabbath, Duo Kribo, Aka, Motorhead, hingga Led Zeppelin. Bahkan, nama mereka disebut-sebut terinspirasi dari lagu Duo Kribo berjudul Mencarter Roket.
Karier mereka melesat tinggi layaknya roket setelah merilis album perdana pada 2014 dengan tajuk Teriakan Bocah. Album ini bahkan masuk ke dalam daftar 20 album terbaik Indonesia 2015 oleh Rollingstone Indonesia.
Lagu-lagu dalam album perdana Kelompok Penerbang Roket seperti Anjing Jalanan, Di Mana Merdeka, hingga TO menjadi hits dan repertoar yang kerap mereka bawakan ketika tampil hingga saat ini.
Sukses dengan album perdananya, Kelompok Penerbang Roket langsung merilis album kedua pada Agustus 2015 dengan tajuk Haai. Album ini merupakan dari Kelompok Penerbang Roket kepada band rock legendaris Indonesia, Panbers.
Berisikan delapan trek, album Haai memuat cover-cover lagu dari Panbers oleh Kelompok Penerbang Roket. Tajuk album Haai sendiri diambil dari salah satu lagu Panbers dari album Those Shocking Shaking Days.
Alih-alih memilih lagu-lagu yang lebih populer dari Panbers seperti Gereja Tua dan Akhir Cinta, Kelompok Penerbang Roket memilih lagu-lagu “Bimbang dan Ragu”, “Mr. Bloon”, “Rock and the Sea”, “Bye Bye”, “Djakarta City Sound”, “Let Us Dance Together”, “Hujan Badai”, dan “Haai”. Lagu ini dianggap sesuai dengan keinginan Kelompok Penerbang Roket, catchy, nyentrik, dan liar.
"Rekaman dimulai di pertengahan tahun 2015 (gue lupa tepatnya). Ada delapan lagu Panbers yang kami pilih. Lagu-lagu itu adalah lagu yang menurut kami pas, sangat catchy, nyentrik,dan liar," ujar Coki dalam tulisannya di Supermusic 2017 lalu.
"Kami merekam dua lagu dulu sebagai contoh/dummy yang akan ditunjukkan ke Om Asido (drummer Panbers). Ketika Om Asido datang untuk bertemu dan mengecek hasil cover lagunya. Gue dan Viki deg-degan banget, pas dia datang, datangnya bersama beberapa orang yang di antaranya ada Om Ruslan sebagai manajer Panbers," kenang Coki.
Setelah cukup lama absen merilis karya baru, Kelompok Penerbang Roket lantas melepas mini album baru bertajuk Galaksi Palapa pada akhir 2018. Dalam penggarapan mini album ini, Kelompok Penerbang Roket banyak bereksplorasi dengan bantuan dari eks gitaris Roxx, Jaya.
Lima lagu dimuat dalam mini album ini, masing-masing adalah 'Ekspedisi 69', 'Dusta', 'Berita Angkasa', 'Alfa Omega' dan 'Ironi'. Title yang terakhir juga terpilih menjadi single pertama. Melalui karya ini pula, Kelompok Penerbang Roket meraih penghargaan sebagai Album Rock Terbaik di Anugerah Musik Indonesia (AMI) 2019.
ARTICLE TERKINI
Author :
Article Date : 28/11/2020
Article Category : Super Buzz
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :