Jika berbicara soal gitar, tentu berbagai merek kawakan seperti Gibson atau Fender langsung terbesit di benak. Merek dan produsen gitar lokal berkelas dunia dari Indonesia justru jarang dikenal di luar kancah musisi atau penikmat instrumen musik. Padahal kualitas produsen gitar lokal sudah diakui di berbagai pasar alat musik terpanas di dunia, seperti Amerika Serikat dan Eropa. Berikut adalah beberapa merek dan produsen gitar lokal yang kualitasnya sudah dikenal di mata dunia.
Genta Guitar
Genta merupakan salah satu merek gitar tertua di Indonesia. Didirikan oleh Mochamad Husni Nasution, Saryadi, dan Ki Anong Naeni pada 1959. Genta berangkat dari usaha kecil dan menengah rumahan, sekaligus bengkel reparasi gitar. Barulah pada tahun 1990, Genta mendirikan pabrik seluas 0,5 hektare di kawasan Bandung Timur.
Salah satu pendiri Genta, Ki Anong Naeni merupakan luthier kenamaan tanah air. Ki Anong tadinya bekerja di pabrik mesin milik Belanda. Ki Anong sendiri menjadi guru untuk luthier lain seperti Yosefat Wenardi Wigono, pendiri Secco Guitar & String Instruments.
Menurut Husni, nama Genta terinspirasi dari pidato Bung Karno yang berjudul “Genta Revolusi” pada era Demokrasi Terpimpin, 1963.
Berbagai model gitar Genta dikenal memiliki bahan baku kayu berkualitas tinggi. Soundboard/Top wood Genta dibentuk dari pohon pinus Sitka, Engelmann dan Eropa, aras merah (Western Red Cedar), mahoni, mangga dan akasia Jawa. Sementara punggung dan sisi gitar dibentuk dari mahoni, sonokeling India dan eboni Makassar.
Distribusi gitar produksi Genta sudah merambah pasar Eropa, tepatnya Belanda. Genta, atas nama PT. Genta Trikarya juga pernah dianugrahi NAMM Milestone Award pada 2009 atas dedikasinya sepanjang setengah abad sebagai produsen instrumen musik.
Website: gentaguitar.com
Radix Guitar
Radix (sebelumnya bernama Marlique) didirikan oleh Toien Bernadhie Radix Akassa. Pria lulusan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada ini bertekad membuat gitar sendiri lantaran belum mampu membeli gitar berkualitas dengan harga terjangkau.
Toein mulai membuat gitar di sela-sela bisnis jam dinding kayu yang ia rintis bersama seorang rekan. Bermodalkan informasi dari internet, ia mulai bereksperimen membuat gitar listrik pada 2002.
Eksperimentasi Toein membutuhkan waktu setahun hingga ia dikenalkan dengan Mohammad Ridwan ‘Ridho’ Hafiedz, gitaris Slank. Ridho kemudian menyarankan beberapa modifikasi di gitar Marlique.
Toein dan Ridho pun menggagas situs resmi berbahasa Inggris untuk melayani pemesan mancanegara. Sebagai bagian dari strategi pemasaran, nama Radix akhirnya menggantikan Marlique pada medio 2008. Sejak berganti nama, Radix berhasil memasuki pasar Eropa lebih dalam lagi menuju Finlandia, Swedia, dan Belanda juga pasar Amerika Serikat.
Beberapa gitaris yang menjalin kerjasama dengan Radix adalah Jean-Paul 'Bluey' Maunick (Incognito), Iwan Hoediarto (Saint Loco), Edwin Marshal Syarif (Coklat), Farri Icksan (The Sigit), Andre Tiranda (Siksakubur), Iga Massardi (Barasuara), dan Eet Sjahranie (Edane).
Website: radixguitars.com
Stranough Guitar
Stranough dirintis oleh Muhammad Satria ‘Hanung’ Nugraha di tahun 2002. Berniat ingin jadi gitaris profesional, Hanung justru ingin membuat gitar sendiri karena mahalnya harga gitar di pasaran. Bermodalkan Rp 2 juta, ia membeli bahan baku untuk membuat gitar pertamanya.
Pesanan untuk gitar travel berukuran kecil buatan Hanung dating dari Lapstik, Belanda setelah ia memajang produk ini sebuah website. Pada 2005 akhirnya Hanung mendirikan Stranough dan membangun gitar travel dengan teknologi yang sudah disempurnakan, yaitu The Tripper.
Selain The Tripper, Stranough Guitar Technology juga melayani produksi gitar custom. Lewat kerjasamanya dengan luthier internasional Buddy Blaze, Stranough diundang ke pameran musik NAMM 2011 di Anaheim, AS.
Melalui Stranough, Hanung juga membuka sekolah pembuatan gitar, kursus dan konsultasi perbaikan gitar.
Gitar produk Stranough dibanderol seharga mulai dari Rp 1,5 juta rupiah hingga US$3.500. Pembuatan gitar custom Stranough umumnya membutuhkan waktu satu hingga dua bulan.
Website: stranough.com
Rick Hanes Guitar
Walau terdengar seperti merek Eropa atau AS, Rick Hanes adalah gitar produksi PT Buana Cadas Perkasa, Tambaksawah, Sidoarjo, Jawa Timur. Nama Rick Hanes diambil dari putra Doddy Hernanto, pendiri pabrik gitar ini. Berawal dari hobi bermain gitar, Doddy merintis usaha ini dari tahun 2009.
Bertenagakan 20 orang karyawan, semua gitar produksi Rick Hanes dibuat dengan tangan. Selama satu bulan, Rick Hanes hanya memproduksi enam buah gitar. Menurut Doddy, semua produk Rick Hanes eksklusif dibuat berdasarkan pesanan.
Reputasi gitar Rick Hanes melejit di tahun 2012 setelah berhasil menyisihkan 362 gitar elektrik dari 52 negara lain dalam anugrah “Guitar of the Year,” “Artist Signature,” dan “Hall of Fame” majalah Planet Guitar, Inggris. Sejak itu Rick Hanes berhasil menembus pasar gitar Amerika Serikat.
Hingga kini, ada 14 seri gitar yang diproduksi Rick Hanes yaitu seperti Artist Signature Series, DR X Series, Shred Guy Series, Essel Series, dan Tore SE Series. Gitaris kenamaan asal Bali, I Wayan Balawan menggunakan seri Mini Double Neck.
Pada pertengahan 2015, seri tersebut juga didapuk sebagai ikon Hard Rock Café Bali dengan kontrak selama sepuluh tahun. Mini Double Neck ini mencapai tinggi 6 meter dan lebar 2,5 meter, menggantikan Gibson yang selama ini menjadi ikon Hard Rock Café Bali.
Gitar Rick Hanes dibanderol antara Rp 19 juta-Rp 26 juta per unit.
Website: rickhanesguitars.com
Secco Guitar & String Instruments
Secco digagas oleh Yosefat Wenardi Wigono, alumnus Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional yang tadinya berbisnis di sektor mobil dan bengkel. Pada tahun 1999, Yosefat menjual dua mobilnya sebagai modal mendirikan Secco. Ia dan kru bengkelnya pun berguru pada luthier pendiri Genta Guitar, Ki Anong Naeni.
Walau awalnya memproduksi gitar secara massal, spesialis gitar akustik ini akhirnya banting setir dengan melepas segelintir produk saja. Menurut Yosefat, produk Secco memang menyasar kelas menengah ke atas dengan harga gitar termurah dipatok di angka Rp 3,5 juta. Secco hanya memproduksi 20 gitar per bulan.
Baca Juga: Boss GE7
Gitar Secco kini tidak hanya ditaksir Iwan Fals dan Sawung Jabo, tapi merambah ke pasar internasional. Pada 2011, berkat pameran di Singapura dan Malaysia, pesanan dari Turki dan Selandia Baru pun berdatangan. Setelah itu, nama Secco mulai merambah pasa gitar Jepang, Malaysia, Australia, Singapura dan AS.
Website: seccoguitar.com
ARTICLE TERKINI
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :