Author :
Article Date : 15/03/2020
Article Category : Super Buzz
Rating: 7/10
Duo yang berganti personil pasti mengalami perubahan bermusik signifikan, Stars and Rabbit adalah contoh primernya. Tak mendadak jelek atau brilian, melainkan jelas terdengar masih mencari "tempat" baru.
Semenjak gitaris Adi Wibowo mengundurkan diri karena disibukkan profesi, posisinya di Stars and Rabbit diisi oleh musisi dengan jam terbang tinggi, Didit Saad. Gitaris-produser serba bisa ini sebetulnya sudah mengisi porsi belakang layar di Constellation (2015), tapi baru sekarang perannya di Stars and Rabbit benar-benar nyaring.
Semenjak duo ini rajin mengisi berbagai panggung lokal dan “Man Upon the Hill” meledak tujuh tahun lalu, Stars and Rabbit dikenal sebagai band folk. Di arus yang sempat kencang lima tahun belakangan itu, mereka berdiri hampir sendiri dengan kombinasi vokal enerjik Elda Suryani dan petikan halus Adi. Inilah duo yang mengkristal di ingatan banyak telinga.
Mendengarkan kenyamanan berisi lirik quirky, musik halus mengawang dan amplifikasi vokal Elda membesitkan bahwa formula inilah bentuk akhir Stars and Rabbit. Namun, life happens, dan tak butuh waktu lama duo ini (hampir) berganti total.
Menempatkan mereka di satu spektrum, jika dulu Elda dan Adi ada di lembah dan gunung, maka Elda dan Didit kini tengah hidup di kota. Tetap bermotor emosi intens dan delivery quirky, Rainbow Aisle terdengar lebih happy-go-lucky, dan mungkin, optimis.
Mode Stars and Rabbit yang tadinya melenturkan struktur pop ke arah kontemplatif, berkelok menuju hingar bingar eksplosif. Arah ini digambarkan dengan tepat di klip “Little Mischievous” yang disambung “Any Day in the Park”. Penuh warna, cerah, upbeat, enerjik, seperti band lain.
Paket audio-visual tersebut tentu jauh berbeda dari klip “The House” dan “Man Upon the Hill”, kesamaannya hanya keberadaan Elda di sana. Sebagai band yang cukup artikulatif di sisi visual, klip single pembuka Rainbow Aisle menjadi penanda pergantian Stars and Rabbit.
Menjadi tak mengagetkan jika seluruh materi album ini lebih tajam, tepat, pop rock tepat sasaran yang tak lagi wara-wiri. Kemalasan mendengarkan adalah menyimpulkan bahwa Stars and Rabbit sudah jadi EVO 2.0. Namun ada beberapa marka dan elemen sound yang membedakan duo ini dengan band bentukan kompetisi tersebut.
Eksplorasi segala arah di Constellation, berbuah menjadi pendekatan tepat di Rainbow Aisle, terutama di sektor penulisan materi dan produksi. Produksi clean dan terkoridor secara baik jadi poin plus keseluruhan album ini. Tak ketinggalan juga tema kisah lirik tuturan Elda yang kini semakin variatif walaupun tetap mempertahankan persepektif innocence saat melihat dunia.
Tepat menyebut Rainbow Aisle sebagai titik tertinggi penulisan lirik Elda. Berganti dari kisah-kisah intim dan universe tertutup Constellation ke dongeng sehari-hari mengenai dunia bukanlah usaha mudah. Membosankan? Tak imajinatif? Untuk siapa? Bagi warga kota dan pinggirannya yang kerap butuh rekan telinga di hari-hari melelahkan, cerita-cerita ini adalah soda kalengan dingin.
Dua lagu centerpiece Rainbow Aisle, “Naked King” dan “Blue Boat Lovers” adalah ekspresi tepat sebagai perwakilan keseluruhan mood dan sound baru Stars and Rabbit. Pendekatan pop rock apa adanya, mudah ditangkap telinga dan kepala going full-force di “Naked King”. Sementara di “Blue Bot Lovers”, cellist Alvin Witarsa bertamu di jejak petikan gitar Didit. Patut dicurigai bahwa energi penuh presisi keduanya adalah jejak eksekusi mantan gitaris Plastik tersebut.
Sementara, “Attic No. 7” dan “St. Ann” adalah dua lagu lain yang menguatkan rute pop rock Stars and Rabbit. Nomor downtempo penuh bebunyian ethereal, “Attic No. 7” jadi pembuktian kecil bahwa duo ini sanggup menyerap berbagai mode dan identitas sound pop kurun 2000-an. Bagi pemamah lirik, Elda mengisahkan suatu pertemuan magis antara dua perempuan di, “St. Ann”, ini sulit temui di Constellation.
Jika keadaannya always hard to make a change, just like how to stay the same, maka agaknya Elda dan Didit memilih yang pertama di album ini. Kesempatan baru ini mereka manfaatkan dengan baik, karena berpura-pura tak berubah bukanlah pilihan. Di kesederhanaan album ini, mereka justru bisa menghidupi moto Stars and Rabbit di laman Bancamp: “Two people who desperately need a partner to interprets each other's minds into music.”
Please choose one of our links :