Author :
Article Date : 04/10/2020
Article Category : Super Buzz
Belakangan ini dunia permusikan Indonesia tengah diramaikan dengan munculnya musisi-musisi atau band indie. Begitu ramainya diperbincangkan, istilah indie bahkan dikait-kaitkan sebagai salah satu aliran musik.
Indie juga kerap dikaitkan dengan musik yang minimalis, sederhana, yang syahdu didengarkan dalam suasana sore hari sembari ditemani kopi. Nah, apakah betul musik indie memiliki penjabaran seperti itu?
Apa, sih, Indie Itu?
Keliru jika mengartikan indie sebagai sebuah genre musik karena istilah indie diambil dari kata independent. Artinya merdeka, bebas, mandiri, dan tidak bergantung.
Jadi, anggapan bahwa band indie merupakan aliran musik sama seperti pop, jazz, rock, metal, hip hop atau sebagainya adalah salah besar.
Band indie dikatakan mandiri karena musisi-musisi atau band yang mengambil jalan ini tidak bergantung kepada sebuah label rekaman atau perusahaan. Dengan kondisi ini, band indie biasanya lebih bebas menciptakan lagu yang mereka sukai atau sesuai dengan ciri khas mereka.
Meski tidak bergabung dengan perusahaan label rekaman (recording company), tak lantas membuat band indie kesulitan dalam proses membuat lagu, rekaman, pemasaran lagu, hingga mendapat panggilan manggung atau konser.
Band-band Indie Indonesia
Ada cukup banyak band atau musisi Indonesia yang kini memilih jalan mandiri atau independent. Meski mereka tak bernaung di bawah label perusahaan musik besar, band indie ini mampu memperkenalkan karya-karya mereka dan diterima dengan positif oleh para penikmat musik Indonesia.
Berikut empat band indie Indonesia yang sudah cukup lama berkarir di belantika musik Tanah Air dan namanya masih terdengar dan banyak dinantikan oleh para penggemar.
Rocket Rockers
Band indie Indonesia yang gaungnya terdengar cukup lantang dan konsisten adalah Rocket Rockers. Band asal Bandung yang terbentuk pada 17 Agustus 1999 ini awalnya beranggotakan lima orang, namun kini hanya tiga personel yang masih aktif yaitu Aska (vokal/gitar), Bisma (Bass), dan Ozom (drum).
Pada perjalanannya, Rocket Rockers beberapa kali kehilangan personelnya. Pada 2003 misalnya, drummer mereka keluar dan digantikan oleh Ozom. Kemudian pada 2013 vokalis mereka, Ucay, memutuskan keluar.
Terbaru, gitaris mereka yaitu Lowpe juga memutuskan berpisah jalan pada 2018. Sejak saat itu, Rocket Rockers terus bertahan dengan formasi tiga personel saja.
Meski menyisakan tiga anggota, Rocket Rockers tetap konsisten menelurkan karya lewat lagu-lagunya hingga pada Agustus 2020 lalu merayakan 21 tahun eksis di dunia permusikan Tanah Air.
Nah, meski kini mereka dikenal sebagai band indie, Rocket Rockers sempat merasakan berada di bawah naungan label rekaman. Namun, pada 2007 mereka memutuskan keluar dan membentuk manajemen sendiri bernama Reach & Rich Records.
Selama berkarier baik di label rekaman hingga menjadi band indie, Rocket Rockers telah mengeluarkan enam album yaitu Soundtrack For Your Life (2002), Ras Bebas (2004), Better Season (2008), Tons Of Friends (2011), Merekam Jejak (2014), dan Cheers From Rocket Rockers (2017).
Lagu-lagu milik Rocket Rockers juga tak lekang dimakan zaman. Hits-hits mereka dari era 2000-an masih banyak didengarkan hingga saat ini seperti Ingin Hilang Ingatan, Dia, hingga Jangan Dulu Tenggelam.
Fourtwnty
Band indie selanjutnya yang tak kalah tenar adalah Fourtwnty. Band indie ini terbentuk pada 2010 dan memiliki genre pop folk. Digawangi oleh Ari Lesmana, Nuwi, dan Roots, Fourtwnty banyak dikenal oleh penikmat musik Indonesia.
Nama Fourtwnty kian dikenal luas setelah mengisi salah satu soundtrack dari film Filosofi Kopi 2. Dari sana, lagu mereka berjudul Zona Nyaman semakin banyak didengarkan.
Selama berkarier sebagai band indie dari 2010, Fourtwnty telah mengeluarkan empat album yang terdiri dari Setengah Dulu (2014), Lelaku (2015), Jangan Minta Nambah (2017), dan Ego & Fungsi Otak (2018).
Nama yang kian dikenal membuat Fourtwnty juga beberapa kali masuk ke dalam nominasi penghargaan musik Tanah Air. Mereka memenangi kategori Breakthrough Artist of the Year pada Indonesian Choice Awards 2018.
Efek Rumah Kaca
Satu lagi band indie Indonesia yang namanya sangat dikenal oleh para penikmat musik Tanah Air, Efek Rumah Kaca (ERK). Band bergenre pop dan rock alternative ini terbentuk pada 2001 yang beranggotakan Cholil Mahmud (vokal), gitar), Adrian Yunan Faisal (bass, gitar), Airil "Poppie" Nir Abadiansyah (bass), dan Akbar Bagus Sudibyo (drum).
Sebagai band indie, Efek Rumah Kaca memiliki ciri khas lewat lagu-lagu yang kerap mengkritik dan bernuansa satir terhadap kebijakan politik dan kehidupan sosial.
Pada awal kemunculannya, Efek Rumah Kaca awalnya bernama Hush kemudian Superego. Namun, setelah mengeluarkan album pertama pada 2007, mereka berganti nama menjadi Efek Rumah Kaca.
Pada 2008, Efek Rumah Kaca menuai berbagai kesuksesan hingga masuk ke dalam tiga kategori nominasi untuk tiga ajang penghargaan berbeda. Di Anugerah Musik Indonesia sebagai Best Alternative Production Work, di MTV Indonesia Music Awards sebagai The Best Cutting Edge, dan Editors Choice Awards: Rookie of the Year di Rolling Stone Indonesia.
Efek Rumah Kaca telah merilis tiga album yaitu bertajuk Efek Rumah Kaca pada 2007, Kamar Gelap (2008), dan Sinestesia (2015). Dari sekian album itu, lagu-lagu Efek Rumah Kaca banyak didengarkan di antaranya Seperti Rahim Ibu, Sebelah Mata, dan Mosi Tidak Percaya.
Mocca
Band indie Indonesia selanjutnya yang juga melegenda di jagat permusikan Tanah Air adalah Mocca. Terbentuk pada 1997, band asal Bandung ini beranggotakan Arina Ephipania Simangunsong, Riko Prayitno, Achmad "Toma" Pratama, dan Indra Massad.
Sebagai band indie, Mocca langsung menggebrak dunia musik Indonesia saat mengeluarkan album pertama pada 2002 bertajuk My Diary. Lagu-lagu seperti Secret Admirer dan Me and My Boyfriend menjadi hits di mana-mana.
Pada 2003, Mocca menandatangani kontrak dengan salah satu indie records di Jepang, Excellent Records, untuk mengisi satu lagu dalam album yang format rilisannya adalah kompilasi book set (3 Set) yang berjudul "Pop Renaisance".
Ada 3 disc yang diedarkan di Jepang dan Mocca berada di disc no. 2 dengan lagu "Twist Me Around". Lagu-lagu Mocca sendiri menggunakan bahasa Inggris dengan alasan memudahkan penulisan syair serta kesesuaian dengan warna lagu pop dengan sentuhan swing jazz, twee pop, dan suasana ala 60-an.
Baca Juga: Randall Thrasher
Kesuksesan Mocca sebagai band indie terus diraih dengan menjadi salah satu pengisi soundtrack dari film catatan akhir sekolah pada 2005. Selama berkarier lebih dari dua dekade sebagai band indie, Mocca telah merilis lima album yakni My Diary (2002), Friends (2004), Colours (2007), Home (2014), dan Lima (2018).
Please choose one of our links :