Medio tahun 1970-an merupakan awal dari tonggak penyebaran musik punk rock secara global. Di masa itu ledakan arus dari gelombang unit-unit ‘pemberontak’ seolah memberi sinyal kuat kepada publik, bahwa revolusi punk tengah bergemuruh siap mengibarkan bendera perang ke industri musik konvensional. Di antara para pesohor itu, tentu mayoritas bakal tunduk setia kepada trinitas murni para inisiator punk rock yang berisikan tiga raksasa: Ramones, The Clash dan Sex Pistols.
Di penggalan nama terakhir tentu para penggila musik sudah tak asing dengan gerombolan bengal nan urakan tersebut. Mereka beranggotakan Johnny Rotten (vokal), Steve Jones (gitar), Paul Cook (drum) dan Sid Vicious (bass). Sebenarnya sang personel orisinal, Glen Matlock, sempat mengisi posisi pembetot elektrik, tapi selang itu tak lama diambil alih oleh sosok ikonis Sid Vicious.
Sex Pistols merilis debut albumnya di penghujung tahun 1977 melalui label Virgin Records. Dengan arogannya mereka menyelipkan frasa nyeleneh dengan titel Never Mind the Bollocks. Here’s the Sex Pistols di album. Secara konteks keseluruhan musikal, opus milik Rotten dkk ini terdengar seperti luapan amarah yang terpendam dari kaum marjinal kepada rezim, yang diwujudkan ke dalam bentuk pemberontakan lewat musik. Tak dapat dipungkiri, mengingat terdapat jejak relevansi yang terjadi kala itu, ketika kondisi dataran Inggris sedang mengalami masa keterpurukannya oleh dampak krisis di hampir segala sektor terutama sosial dan ekonomi.
Never Mind the Bollocks, Here’s the Sex Pistols berisikan dua belas muatan mumpuni yang menghiasi sepanjang repertoar. Nomor pertama dibuka dengan agresif lewat track “Holidays In The Sun.” Hantaman tanpa basa-basi dari kord sederhana milik gitar Jones seakan jadi warisan mutlak punk rock klasik kepada generasi selanjutnya di beberapa dekade kemudian.
Ya, semua sepakat jika “Anarchy In The UK” dan “God Save The Queen” merupakan single yang paling mudah diidentifikasi oleh mayoritas pecinta rock. Dua lagu ini sempat menggemparkan publik Inggris lantaran tak hanya amukan sound yang menggelegar, namun konten lirik yang cenderung frontal dan eksplisit. Rotten berteriak kencang ke audiens sembari menyerapah: “I am an anti christ...”, di lagu “Anarchy In The UK.”
Kebengalan Sex Pistols berlanjut ke single kedua “God Save The Queen” yang berisi ungkapan sarkas bernada tajam kepada pihak monarki Inggris, Lagu ini tentu saja segera dikecam untuk mengudara di seantero tanah Britania Raya, tapi ironisnya mampu berdiri kokoh di jajaran teratas tangga lagu Inggris kala itu. Tak heran jika track ini ditasbihkan menjadi salah satu anthem lagu wajib bagi kalangan punk rocker di seluruh dunia.
Dibuntuti nomor-nomor underrated penting lainnya seperti “Pretty Vacant,” “Liar,” “No Feelings.” Semua penggalan lirik dalam Never Mind the Bollocks, Here’s the Sex Pistols ditulis bersama oleh kuartet kebanggaan asal London tersebut. Materi konten tak jauh-jauh dari tema kesenjangan sosial yang cukup timpang di saat itu.
Di luar kesuksesan komersial, walau diklaim sebagai one-album wonder, prasasti agung bernama Never Mind the Bollocks, Here’s the Sex Pistols ini jadi salah satu album vital dan berpengaruh dalam khazanah musik. Media sepopuler NME pun sepakat untuk menempatkan album kontroversial ini bertengger di posisi ketiga sebagai album terbaik sepanjang masa. Sex Pistols mampu membentuk citra punk rock itu sendiri. Suatu keistimewaan yang tak dimiliki oleh band-band punk lain di era mereka berkibar. ‘The Bollocks’ merupakan representasi punk yang murni dan otentik. Agresif, anarkis serta angkuh adalah tiga hal yang pantas disematkan kepada kelompok Sex Pistols.
ARTICLE TERKINI
Author :
Article Date : 05/02/2017
Article Category : Super Buzz
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :