Beberapa tahun belakangan, di skena musik nasional, Bali dianggap sebagai kuda hitam. Setelah Jakarta dan Bandung yang tadinya disebut sebagai wilayah penentu arah, menyusul kemudian Yogyakarta yang membawa warnanya sendiri. Surabaya dan juga Medan yang tadinya sempat menyandang gelar prestisius "rock city" sejak era 2000-an, kini namanya cenderung kurang terdengar. Hingga akhirnya muncullah Bali menyeruak menantang, dengan predikat yang gagah disandang: kecil, kuat, dan berbahaya.
Ketika berbicara soal daerah yang gairah bermusiknya dinamis seperti yang terjadi di Bali maka artinya ekosistem musik di daerah tersebut juga terbangun baik. Selain terdapat banyak faktor seperti musisi berbakat, riuh bersliweran karya-karya baru, dan tentu saja wahana unjuk aksi macam arena konser, gedung pertunjukan, klub, bar dan restoran yang menyuguhkan live bands, menjadi elemen utama yang meneguhkan kedigdayaan ekosistem musik di Pulau Dewata.
Memang, di Bali relatif berlimpah ruang berekspresi dengan frekuensi pertunjukan cukup tinggi. Paling tidak, di setiap akhir pekan biasanya bakal ada saja pertunjukan. Dari ujung Uluwatu di Selatan hingga pucuk Utara Denpasar. Nama-nama yang saya sebutkan di sini lebih diutamakan kepada tempat pertunjukan musik hidup yang tidak melulu menampilkan musisi Top 40 alias menyanyikan tembang-tembang cover (milik orang), namun menghadirkan juga deretan artis dengan karya orisinal.
Wishing Well
Bertempat di ujung Selatan pulau Bali, wahana yang mampu menampung paling tidak 200an orang (berdiri, lantai bawah) serta 100an orang di lantai atas ini merupakan tempat konser yang terhitung paling baru di Bali. Dimiliki—saham utama—oleh peselancar legendaris Rizal Tandjung, Wishing Well belum genap berumur dua tahun. Pertunjukan musik hidup digelar tiap akhir pekan di sini, Jumat dan Sabtu malam. Jumat bertemakan open mic, sementara Sabtu bermacam-macam, tiap pekan berganti tema. Mulai dari alternative rock, Brit Pop, reggae, hingga R&B. Selain dijamin rasanya memuaskan, harga makanan dan minuman pun masih relatif terjangkau di Wishing Well. Pengunjung di tempat ini sebagian adalah para surfers dari berbagai belahan dunia.
https://www.instagram.com/wishingwelluluwatu/
Made’s Warung
Berkapasitas hingga lebih dari 300 orang (berdiri), Made’s Warung merupakan satu dari ultra sedikit kedai makan-minum dan hiburan berusia banyak dasawarsa yang mampu bertahan hingga sekarang. Berlokasi di sentra swanky Seminyak, sebelumnya resto dan bar yang dimiliki keluarga antar bangsa ini, Belanda x Bali, sempat menyuguhkan program hiburan dari modern hingga tradisional nyaris tiap malam ini, namun sejak pandemi menerjang lalu berkurang menjadi hingga hanya tiga kali dalam seminggu, dan karena situasi kian memburuk kini hanya sekali sepekan. Tapi bisa diyakini bahwa tak lama lagi, paling tidak acara musik, bakal segera bergeliat menjadi lebih sering. Di Warung Made—demikian khalayak lokal biasa menyebutnya—belakangan ini rutin tiap Jumat digelar konser intim. Jika menyukai feel good music, cenderung pop-y dan dance-y, baik karya orang mau pun materi sendiri, serta lokasi yang mudah dijangkau, kafe lapang terbuka dengan harga menengah ini cocok dijadikan pilihan. Oh, hidangannya pun lezat di lidah.
https://www.instagram.com/madeswarung/
The Orchard
Memang tempat yang berlokasi di perbatasan Legian-Seminyak ini yang paling tepat menyandang gelar music bar mengingat sebegitu berdedikasinya mereka pada musik serta tetap menantang walau memar berat dihajar pagebluk. Sejak awal buka hingga sekarang di Orchard digelar konser tiap malam. Memang, sempat jeda sebentar ketika PPKM sedang amat ketat, saat peraturan lebih longgar, Orchard menggeber lagi dengan kekuatan penuh. Bukan hal aneh jika kemudian para musisi pun secara alami menjadikan Orchard semacam ajang kongkow. Selain pasti ada hiburan musik bermacam genre—dan musisi bisa sekalian nge-jam—pun harga makanan dan minuman di sini amat terjangkau. Belum lagi salah satu pemilik, Graeme, ramah dan rajin menyapa pengunjung, membuat orang yang datang dan merasa nyaman bak di rumah sendiri. Soal kapasitas, sepertinya bisa hingga 100 orang (berdiri, berdesakan).
https://www.instagram.com/the_orchard_bali/
Loco By Nature
Berlokasi di skena para hipsters, Canggu, Loco By Nature menyuguhkan atmosfer hijau dan sejuk karena lokasinya yang relatif menyatu dengan alam. Dengan kapasitas bisa jadi mampu menampung hingga 500 orang atau bahkan lebih, tempat ini rutin menyelenggarakan pertunjukan musik (live band dan/atau DJ) utamanya di akhir pekan. Sesekali di awal minggu untuk pertunjukan bertema khusus. Selain musik, Loco By Nature juga sering dipakai sebagai ajang pameran seni. Dimiliki oleh beberapa pegiat skena asal Jakarta, di sini terdapat fasiitas olahraga ekstrem, di bagian belakang bangunan terdapat skate park yang lumayan luas. Bicara harga, menu di sini cenderung ramah pada kantong.
https://www.instagram.com/loco.by.nature/
Sejatinya masih ada lagi beberapa tempat lain lagi yang bisa disambangi seperti Twice Bar dan Hard Rock Cafe di Kuta, serta The Balkan di Seminyak dan Rumah Sanur di Sanur, namun sayangnya belum tentu ada pertunjukan musik tiap minggu, cenderung insidental. Atau tempatnya tutup karena sedang proses renovasi. Semoga saja di bulan April 2022 kancah musikal di Bali sudah berdenyut normal kembali.
RUDOLF DETHU
Image courtesy: Semua dipinjam pakai dari masing-masing wahana.
Please choose one of our links :