Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Berawal dari sebuah percakapan di suatu senja, tahun 2000-an. Di sebuah rumah kost di wilayah Suryodiningratan, Jogja antara aku, Bandiz, dan Memet (eks manajer Shaggydog).

"Oke, lagunya yang buat kompilasi majalah X sudah siap."

"Oke mantap. Ini majalahnya tanya, buat credit title, nama label rekaman yang menaungi Shaggydog apa?” (kebetulan waktu itu kami tidak terikat oleh label apapun)

"Hmm... bilang aja Doggyhouse Records gitu.”

Semenjak kata "Doggyhouse Records" itu terucap, mimpi untuk memiliki sebuah perusahaan rekaman pun dimulai, dan "Doggyhouse Records" terus terucap dan tertulis setiap kami merilis lagu, baik album, single maupun ikut kompilasi.

Tawaran dari beberapa perusahaan rekaman raksasa kala itu (yang kerap disebut Big Five atau Big Three), dengan segala janji dan bonus yang menggiurkan, ternyata tidak cocok secara visi dan misi dengan Shaggydog, dan kami tolak baik-baik. Pro-kontra pun terjadi seperti biasa. Ada yang bilang kami itu sombong, enggak doyan duit, sok idealis, dan sebagainya. Sementara di satu sisi ada juga yang mengamini keputusan yang kami ambil.

Sebenarnya ini masalah hati dan pilihan saja. Ibarat mau pacaran, kalau tidak sreg, mau bagaimana lagi. Walau pada akhirnya, kami bergabung dengan label EMI di album Hot Dogz, itu pun karena EMI memberi kebebasan kepada kami dalam hal musikal, dan tidak mencampuri urusan manajemen serta image band.

Aku dan beberapa kawan di skena sebenarnya sudah cukup akrab dengan industri label independen dari awal kami berkarier, kebanyakan label luar negeri, seperti Moonska, Victory, atau Nuclear Blast Records. Selain berbelanja CD atau merchandise (yang saat itu belum mengenal online), kami mempelajari sedikit banyak bagaimana cara kerja dan 'jualan' mereka; mulai dari kurasi band, kampanye, sampai pendistribusiannya. Oiya, salah satu kisah menarik dari berbelanja di label-label mancanegara ini dulu adalah bagaimana kami 'menyelundupkan' uang dollar dalam amplop. Haha.

Satu hal yang jelas mendasari adanya label-label independen ini adalah passion.

Ya, gairah. Gairah akan musik yang mereka cintai dan band yang mereka sukai.

Sebagai catatan, kebanyakan CEO dari label-label ini sendiri adalah personel band. Epitaph Records milik Brett Gurewitz, personel Bad Religion. Lalu Moonska Records milik Robert Hingley, gitaris/vokalis band ska New York, The Toasters, dan masih ada beberapa lagi. Tentu, label yang dimiliki personel band, meski bukan jaminan mutlak, akan lebih memiliki 'taste'.

[bacajuga]

Serangkaian hal di ataslah yang semakin memicu kami di Shaggydog, untuk mewujudkan impian memiliki label rekaman sendiri.

Akhirnya, dengan berdoa dan sedikit nekat, lahirlah Doggyhouse Records pada tanggal 4 September 2014, dan diresmikan di tengah perhelatan seni dan budaya Kota Jogja, Festival Kesenian Yogyakarta yang ke-26. Sekaligus meluncurkan rilisan perdana kami yang berjudul Doggy Barks! Vol.1, sebuah kompilasi yang berisikan band-band Jogja yang menurut kami mempunyai musik dan karakter yang kuat. Kompilasi ini dicetak sebanyak 500 keping dengan format CD dan digital, dibagikan gratis.

Sebagai label yang berbasis komunitas, Doggyhouse Records menggandeng beberapa pelaku dari skena musik independen Jogja, seperti Indra Menus (LKTDOV, Kongsi Jahat Syndicate, Jogja Noise Bombing), yang sekarang menjadi General Manager di Doggyhouse Records. Sedangkan aku dan beberapa kawan di Shaggydog bertindak sebagai CEO sekaligus A&R (artist and repertoire, orang yang menemukan bakat baru dan lalu mendampingi proses rekaman sampai promosinya). Lalu kami juga merekrut beberapa kawan untuk mengisi departemen artwork, admin, social networking, accounting, dan produksi.

Kadang, kami juga berkolaborasi dengan seniman-seniman Jogja untuk artwork rilisan-rilisan kami. Kami berusaha untuk ber-simbiosis mutualisme dengan lingkungan kami di Jogja, yang notabene dikelilingi oleh atmosfer berkesenian.

Total sudah hampir 10 rilisan yang kami rilis dari Doggyhouse Records sampai saat ini. Di antaranya Sangkakala (DVD dokumenter), Summer In Vienna (kaset), single (digital) "Ora Minggir Tabrak" dari Kill The DJ x Libertaria (Soundtrack AADC 2), dan tentu saja album ke-6 Shaggydog, Putra Nusantara, yang dirilis dalam format CD, vinyl dan boxset. Selain bekerja sama dengan produsen lokal, seperti untuk rilisan kaset, kami juga menjalin kerjasama dengan perusahaan produsen vinyl di Amerika Serikat untuk rilisan-rilisan tertentu.

Doggyhouse Records saat ini sudah berdiri sendiri di luar manajemen Shaggydog, menjadi sebuah 'corong' bagi rilisan-rilisan kami, dan tentunya terbuka bagi kawan-kawan yang lain, dengan segala genre-nya.

Waktu demi waktu, kami terus berusaha mengembangkan dan menyempurnakan Doggyhouse Records, dan berharap bukan saja berguna bagi kami, tapi bagi Jogja dan Indonesia ke depannya. Semua ini butuh waktu dan energi yang tidak sedikit.

Yang penting adalah tetap optimis, dan tentu saja menikmati segala prosesnya.

Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada melakukan pekerjaan yang kamu sukai.

Salam Musikalitas!

Foto Heruwa oleh Yanuar Surya.

ARTICLE TERKINI

Tags:

#Heruwa 'Shaggydog' #Heru 'Shaggydog' #Shaggydog #Ska #Yogyakarta #jogja #Doggyhouse Records #Label Rekaman Indonesia #Heruwa

Article Category : Noize

Article Date : 14/08/2017

Supermusic
Supermusic
Admin Music
Penulis artikel dan penggila musik rock/metal yang setiap hari ngulik rilisan baru, liputan gig, dan cerita di balik panggung band legendaris. Gue percaya musik keras itu bukan cuma suara, tapi energi dan gaya hidup. Konten gue disajikan dengan detail dan semangat yang sama garangnya sama musik yang gue bahas. Superfriends yang hidupnya nggak bisa lepas dari riff gitar dan gebukan drum pasti betah nongkrong di sini. Tiap artikel gue bikin biar lo ngerasa kayak lagi ada di depan panggung.

14 Comments

Comment
adji Noor

adji Noor

21/02/2025 at 08:25 AM

ber-simbiosis mutualisme
AGUSTIN DWI CHRISTANTI

AGUSTIN DWI CHRISTANTI

11/03/2025 at 17:00 PM

HERUWA 'SHAGGYDOG': Kisah Tentang Doggyhouse Records
Garindratama Harashta

Garindratama Harashta

13/03/2025 at 10:33 AM

kereen mantaap
SEPTIAN DWI NUGROHO

SEPTIAN DWI NUGROHO

13/03/2025 at 22:54 PM

HERUWA 'SHAGGYDOG': Kisah Tentang Doggyhouse Records
Muhammad Jodi Indra

Muhammad Jodi Indra

16/03/2025 at 18:43 PM

Keren
Yanti Arifin

Yanti Arifin

18/03/2025 at 14:12 PM

bagus
GRACE JELIA PUTRI TADETE

GRACE JELIA PUTRI TADETE

19/04/2025 at 05:46 AM

Good
ALFAN EDY KURNIAWAN

ALFAN EDY KURNIAWAN

20/04/2025 at 19:22 PM

Doggyhouse Records saat ini sudah berdiri sendiri di luar manajemen Shaggydog, menjadi sebuah 'corong' bagi rilisan-rilisan kami, dan tentunya terbuka bagi kawan-kawan yang lain, dengan segala genre-nya.
EKO SUSILOWATI

EKO SUSILOWATI

20/04/2025 at 20:43 PM

HERUWA 'SHAGGYDOG': Kisah Tentang Doggyhouse Records
SAKIYONO IYOK

SAKIYONO IYOK

07/05/2025 at 22:50 PM

HERUWA 'SHAGGYDOG': Kisah Tentang Doggyhouse Records
CAECILIA SRI MURNI

CAECILIA SRI MURNI

25/06/2025 at 23:12 PM

HERUWA 'SHAGGYDOG': Kisah Tentang Doggyhouse Records
pujanadi

pujanadi

14/07/2025 at 09:11 AM

Putra Nusantara
Agus Sungkawa

Agus Sungkawa

21/07/2025 at 09:37 AM

artikel menarik
Sofi .

Sofi .

28/08/2025 at 15:52 PM

Bagus
Other Related Article
image article
Noize

Rudolf Dethu: Muda, Bali, Bernyali

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Perilaku Individu Musik Indonesia di Era ‘Baby Boomers’ dan ‘Gen X’

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Tentang Menjadi Pengkritik Musik

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Sudah Saatnyakah Indonesia Punya Rock ‘n Roll Hall of Fame?

Read to Get 5 Points
image arrow
1 /

Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive