Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Okey, mungkin sebagian besar dari kalian kenal saya sebagai vokalis/bassis Kelompok Penerbang Roket. Tapi sosok John Paul Patton sang musisi tidak akan menjadi seperti sekarang jika tidak melewati berbagai proses panjang sebelumnya.

Di dalam bermusik, pasti ada proses kreatif – proses yang terbangun oleh berbagai hal, salah satunya oleh inspirasi. Namun bukan hanya musik yang membutuhkan inspirasi, inspirasi sendiri bisa menjadi pendorong terbesar dalam terbentuknya karakter/kepribadian seorang musisi. Inspirasi yang datang dari sosok figur musisi pendahulu, berita atau suatu kejadian penting yang mengubah cara pandang seseorang.

Saya awalnya bermusik sejak kelas 4 SD. Ketertarikan yang muncul sejak mendengarkan track “Foxy Lady”-nya Jimi Hendrix. Berhubung masih kecil, jadi rada susah untuk memainkannya, hahaha. Sampai akhirnya saya melihat teman sebangku yang tiba-tiba jadi jago main gitar karena diajarin abangnya. Waktu itu dia mainin lagu Gigi yang “Hinakah”. Lebih tepatnya, mainin bassline lagu tersebut. Karena penasaran, akhirnya saya minta dia buat ngajarin, dan akhirnya bisa! Coba belajar sendiri, ngulik melodinya, dan akhirnya dari mencoba berbagai instrumen, akhirnya pilihan hati saya jatuh ke bass. Pilihan yang tidak saya sesali hingga sekarang. Singkat cerita, teman SD dan kejadian tersebut menjadi inspirasi saya saat itu.

Untuk musisi yang menginspirasi, ada banyak sekali. Melihat figur musisi jago mungkin bikin kita kebingungan mau ngikut yang mana. Tapi seperti memilih menu makanan di restoran, kita punya kemampuan buat memilah-milih mana yang bisa menjadi panutan serta menjadi penyemangat dalam bermusik. Salah satunya Paul McCartney dari band legendaris The Beatles. Mungkin cahaya Lennon bisa membutakan semua orang, tapi sebagai karakter McCartney jadi minyak buat membakar semangat saya. Mengingat dirinya memainkan bass sekaligus bernyanyi. Sudah pasti awalnya lumayan susah, membagi fokus antara senar bass dengan mengatur getaran pita suara. Tapi karena sering latihan dan enggak pernah menyerah, lama-lama terbiasa juga. Prinsipnya, ‘kalau Paul McCartney bisa, kenapa gua enggak?!’ Hahaha.

Selain sosok McCartney, tentu saja The Beatles secara keseluruhan juga menjadi faktor penting yang menginspirasi dalam bermusik. Saya rasa semua musisi harus dengerin semua materiThe Beatles - dari awal karir mereka dengan dandanan rapih hingga mereka berewokan gondrong. Setidaknya kita harus punya satu album favorit mereka yang bisa menjadi pedoman dalam mencari inspirasi. Yang saya pelajari dari The Beatles, musiknya kaya tekstur – serta condong rajin bereksperimen pada masanya. Mulai dari lagu pop sederhana dengan melodi yang super-catchy, sampai heavy psychedelic yang biasanya semakin ‘nendang’ kalau dinikmati sambil ‘terbang’. Esensi pop yang kuat serta attitude cuek inovatif yang ngebuat The Beatles menjadi band yang kaya warna, kaya karakter dan selalu ber-evolusi hingga akhir.

Kemudian ada sosok band The Who. Seperti dua kutub yang bertolak belakang, inspirasi saya yang satu ini berbeda dari The Beatles yang cool dan rapih. The Who lebih ‘slenge’an’, nyeleneh, suka-suka, liar dan panas. Melawan arus tren saat itu, di mana hampir semua band ingin menjadi the next Beatles. Salah satu kekuatan The Who ada di figur Pete Townsend, si pentolan yang sangat arogan di atas panggung. Bayangkan, dirinya sampai dicap sebagai perusak gitar dan ampli! Bahkan di awal tur di Amerika, The Who mengakui kalau mereka memiliki utang selangit dengan toko musik. Alasannya pasti sudah bisa ditebak: mereka kelewat sering menghancurkan gitar. Selain sosok Pete Townsend, figur Keith Moon yang eksentrik juga menginspirasi saya. Sama-sama gemar menghancurkan instrumen – drum untuk kasus Moon – image The Who yang arogan memberikan pelajaran kalau penonton suka dikejutkan dengan sesuatu yang unik, aksi yang mind blowing yang dijamin akan diingat para penonton aksi panggung seorang musisi.

Kembali ngomongin bass - selain McCartney, John Entwistle dari The Who bisa disandingkan dengan sosok bassis jawara mendunia lainnya. Mulai dari cara bermainnya yang progresif, suka bermain di nada tinggi, hingga suara bass yang terdengar tajam seperti gitar. Cara bermain yang menonjol jika dibandingkan bassis kebanyakan. Selain itu ada Roger Glover dari Deep Purple, lewat cara bermainnya yang simple dan dinamis. Permainan yang mengimbangi permainan Richie Blackmore dan John Lord, yang menurut saya sangat bijak dan menyempurnakan penampilan Deep Purple secara keseluruhan.

Yang tak kalah garang, figur John Paul Jones (foto atas - kiri) dari Led Zeppelin - mungkin karena itu nama saya serupa, hahaha. Lewat karakter kuat permainan bass Jones, warna blues dan soul yang dia mainkan lewat nada-nada mayor yang berani, dengan tegas memecah harmoni aransemen track-track andalan Led Zeppelin. Dari yang saya tangkap dan rasa, gaya permainan ini membuat Led Zeppelin terdengar kaya warna, suara, dan harmonisasi walau hanya diisi dengan tiga instrumen! Selain para bassis legendaris dari luar, sosok bassis band AKA yaitu Arthur Kaunang (foto atas kanan - ketiga dari kiri) juga ngebuat saya terkesima. Ngedengerin dan ngeliat caranya bermain, asik banget kayaknya.

Beberapa hal lain yang menjadi inspirasi saya ada di elemen musik Afrika. Pengaruh musik yang terkadang usil mainnya. Seperti akar bassline musik Afrika yang bisa didengar di genre musik reggae, dub, soul dan funk. Bassline-nya memberi pengaruh besar ke dunia musik. Seperti pas kita ngedengerin musik dub, hanya diisi dengan suara drum dan bass aja sudah asik bikin pingin bergoyang. Belum lagi African Rock yang kuat unsur funknya. Jelas ada banyak alasan kenapa saya suka banget sama unsur bass di musik Afrika.

Untuk masalah vokal, Eric Burdon dari The Animals langsung menjadi inspirasi buat saya karena gaya bernyanyinya yang seperti vokal African-American. Karakter kuat namun berbeda, yang ngebuat saya ingin bernyanyi sekencang-kencangnya.

Namanya juga inspirasi, bisa berubah seiring dengan perubahan waktu dan jaman. Tapi yang pasti kita jangan cepat puas diri, karena berbagai hal bisa menginspirasi kita dan ngebuat musik kita menjadi semakin kaya dan memperkuat karakter kita sebagai musisi –juga sebagai band. Nah, sejauh ini semua nama yang saya sebut dan kejadian yang diceritakan di atas bisa dianggap sebagai faktor penting yang memberi inspirasi besar. Selalu membuka telinga dan mata, apa yang kita dengar dari dulu hingga sekarang akan berpengaruh ke karya yang akan kita buat kelak. Kurang lebih ini saja yang bisa saya share di SuperMusicID, kali ini. Peace out!

ARTICLE TERKINI

Tags:

#Kelompok Penerbang Roket

Article Category : Noize

Article Date : 28/11/2016

Supermusic
Supermusic
Admin Music
Penulis artikel dan penggila musik rock/metal yang setiap hari ngulik rilisan baru, liputan gig, dan cerita di balik panggung band legendaris. Gue percaya musik keras itu bukan cuma suara, tapi energi dan gaya hidup. Konten gue disajikan dengan detail dan semangat yang sama garangnya sama musik yang gue bahas. Superfriends yang hidupnya nggak bisa lepas dari riff gitar dan gebukan drum pasti betah nongkrong di sini. Tiap artikel gue bikin biar lo ngerasa kayak lagi ada di depan panggung.

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Noize

Rudolf Dethu: Muda, Bali, Bernyali

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Perilaku Individu Musik Indonesia di Era ‘Baby Boomers’ dan ‘Gen X’

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Tentang Menjadi Pengkritik Musik

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Noize

Sudah Saatnyakah Indonesia Punya Rock ‘n Roll Hall of Fame?

Read to Get 5 Points
image arrow
1 /

Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive