Morotai terletak di kepulauan Halmahera, provinsi Maluku Utara, merupakan pulau terluar yang menjadi gerbang pasifik. Pulau Morotai dikelilingi oleh 35 pulau-pulau kecil dan dua pulau besar. Hampir semua pulau memiliki pantai pasir putih dengan warna laut tosca yang mengagumkan. Wisatawan akan menyebutnya mirip Maldives, buatku pantai-pantai di Morotai lebih natural yang membuatnya lebih indah daripada Maldives.
[readalso url=19830]
Posisi geografisnya sebagai gerbang pasifik yang sangat strategis menjadikan Morotai menjadi pulau yang sangat penting pada zaman Perang Dunia 2. Jepang dan US memperebutkan pulau ini sebagai pangkalan militer untuk membebaskan Filipina dan kemudian basis serangan ke pulau Jawa, yang terakhir kemudian batal karena Jepang keburu menyerah. Oleh karenanya banyak sekali ditemukan artefak-artefak perang dunia kedua di pulau ini. Wisatawan bisa berkunjung ke Museum Perang Dunia II yang resmi maupun swadaya masyarakat. Bahkan ada gua Nakamura yang terkenal, di mana seorang tentara Jepang bersembunyi di sana selama 15 tahun dan tidak tahu kalau perang sudah usai.
Di dasar lautan Morotai juga banyak tersimpan artefak-artefak sisa Perang Pasifik. Spot diving yang terkenal adalah Wawama WWII Wreck. Di kedalaman 40 s/d 45 meter kami disuguhkan tumpukan mesin perang yang berserakan, seperti; pesawat Bomber B-29 yang terkenal itu, beberapa jeep, dan truck-truck militer. Terbayang kengerian perang di pesisir Morotai waktu pasukan US Army pimpinan Jendral Mac Arthur menyerang Morotai yang diduduki tentara Jepang.
Wawama WWII Wreck adalah spot diving yang lebih layak disebut sebagai museum Perang Dunia Kedua bawah laut. Di dasar lautan berserakan artefak-artefak mesin perang. Tampak seorang diver sedang mengamati rongsokan pesawat Bomber B-29.
Namun dengan kedalaman seperti itu, kira-kira kita hanya punya waktu tujuh menit untuk mengambil gambar agar punya waktu aman untuk safety stop untuk menghindari dekompresi. Ditambah tekanan udara di dasar lautan Wawama sangat tinggi membuat tugas pengambilan gambar menjadi sedikit berat. Ketika sedang asyik-asyiknya mengambil gambar, tiba-tiba kepalaku kesemutan dan pandangan menjadi kabur. Mulutku juga sudah tidak bisa menggigit regulator dengan sempurna.
Foto ini adalah situasi di mana Kill the DJ baru saja terkena nitro-narcosis; yaitu keracunan (atau mabuk) nitrogen dalam tubuh yang bisa membuat halusinasi hingga menghilangkan kesadaran di bawah laut. Oleh karena itu, dalam dunia diving, peran buddy yang berpengalaman sangat penting, bahkan menurut aturan kita tidak diperbolehkan menyelam sendirian.
Dalam benak aku menduga, mungkin ini yang disebut gejala nitro-narcosis; keracunan nitrogen yang membuat kita mabuk dan kehilangan kesadaran di kedalaman lautan. 80% udara yang kita hirup dari tangki adalah nitrogen, jika kadar nitrogen terlalu banyak di dalam tubuh, ditambah tekanan udara yang tinggi, bisa membuat kita mabuk. Ini adalah kecelakaan scuba-diving yang sangat berbahaya jika buddy (tandem) menyelam kita tidak waspada. Aku berusaha keras untuk mendapatkan kesadaranku kembali namun justru kepalaku semakin kesemutan.
Akhirnya aku menghampiri Shara untuk menemaniku naik ke permukaan. Ketika inflate BCD dan menuju ke permukaan, aku sudah tidak sadar. Untungnya gejala nitro-narcosis akan otomatis hilang begitu tubuh kita sampai di permukaan, dan alhamdulillah aku masih selamat. Dalam kondisi seperti itu akan lebih baik jika kita langsung menghirup oksigen murni dan istirahat overnight untuk melihat apakah ada gejala dekompresi dalam tubuh kita. Terpaksa aku tidak diving untuk yang kedua kalinya hari itu.
Keesokan harinya aku mendapati tubuhku baik-baik saja. Segera kami bergegas menuju Pulau Gorango yang menjanjikan atraksi Blacktip Shark di Mitita Point di kedalaman hanya 18 meter. Kami pernah beberapa kali mencoba shark point sebelumnya, tapi di Mitita benar-benar sangat istimewa. Begitu menyelam, bahkan belum sampai di 18 meter, kami langsung menjumpai hiu-hiu berkeliaran. Di dasar laut dengan hamparan pasir putih lebih gila lagi. Matematikaku buruk untuk menghitung berapa jumlah Blacktip Shark yang ada waktu itu.
Di pulau Gorango, terdapat Blacktip shark point bernama Mitita yang sangat diminati oleh para penyelam. Hanya di kedalaman 18 meter kita bisa menjumpai banyak sekali hiu jenis Blacktip. Mereka menghampiri dan berenang mengelilingi kita tanpa merasa terancam. Tentu hal itu sangat memanjakan bagi penyelam yang hobby foto dan video.
Bagi pecinta foto dan video, kita akan dimanjakan oleh hiu-hiu yang seperti sengaja pose untuk kita. Biasanya kita harus mengejar atau sabar menunggu lama bahkan berhari-hari untuk menjumpai hiu, itu pun bisa gagal karena belum tentu kita bisa mengambil gambar karena cepatnya hiu bergerak atau jarak dan visibility yang buruk. Nah, di Mitita point kita akan sangat puas mengambil foto dan video dengan sangat mudah. Namun bagaimanapun, semua jenis hiu adalah top predator yang menjaga keseimbangan ekosistem laut, jadi kita tetap harus respect dan berhati-hati.
Waktu itu kami ke Morotai bulan Desember, katanya itu bukan musim yang ideal untuk kesana karena visibility laut yang buruk. Musim yang pas adalah pada bulan Juli - Agustus. Selain Wawama WWII Wreck dan shark point di Mitita, masih ada sekitar 28 spot diving yang layak dikunjungi di sana. Ada juga cave dive di Sagolo Point, selain sensasi di dalam tunnel, begitu naik kita disuguhkan oleh coral garden yang sangat indah. Tidak terbayangkan fantastisnya surga bawah laut di Morotai jika kita datang di musim yang tepat dengan visibility sempurna.
Di Sagolo point menyajikan sensasi cave dive, berbentuk tunnel yang berbelok yang sangat bagus digunakan untuk berfoto.
Cerita di Morotai seperti tidak habis-habis buatku. Kali ini aku diajak ke pulau kecil bernama Galo-Galo oleh pemandu kita di sana; GOMO Dive (Gorango Morotai). Galo-Galo adalah salah satu pulau terluar di Morotai, dihuni sekitar 400-an penduduk. Dari drone view pulau ini sangat indah dengan pasir putih yang luas dan pantai tosca yang sangat jernih. Tapi hari yang cerah itu mendadak berubah menjadi mendung gelap, tidak lama kemudian hujan turun hingga membuat kami menunda berlabuh.
Dari kejauhan kami melihat anak-anak dengan kertas-kertas melambai-lambai di dermaga, segera kami memutuskan untuk berlabuh meskipun hujan deras. Begitu merapat ternyata anak-anak itu sengaja menyambut kami dengan berbagai tulisan; Selamat Datang Om Juki, Selamat Datang Kewer-Kewer, Galo-Galo Kewer-Kewer dan lain sebagainya. Ini kejutan apa lagi?! Pikirku.
Segera kami berlari bersama mereka dari pantai menuju tengah pulau di bawah guyuran hujan, hingga kami tiba di lapangan depan kantor kepala desa. Di sana sound system sudah disiapkan, orang-orang berdatangan, dan… Tiba-tiba lagu Kewer-Kewer ciptaanku diputar, seluruh penduduk melakukan flashmob Kewer-Kewer.
Ya ampuuuuun!!! Benar-benar sebuah kejutan yang sangat luar biasa. Di pulau kecil dan terluar di Indonesia, tidak disangka aku akan disajikan pertunjukkan semacam ini. Di mana lagu dan koreografi yang aku ciptakan dinyanyikan dan hidup di sini. Masyarakat bahkan menggunakannya di berbagai acara baik resmi maupun tradisi. Aku sudah beberapa kali menjumpai masyarakat di sebuah desa di pelosok Jawa menggelar flashmob Kewer-Kewer, tapi tidak pernah terbayangkan akan terjadi di Galo-Galo. Menurut cerita dulu mahasiswa dari UGM yang melakukan KKN yang pertama kali mengenalkan flashmob Kewer-Kewer di sini.
[readalso url=19828]
Semua kenangan dan cerita di Morotai membuatku berencana untuk kembali ke Morotai di musim yang tepat. Sekaligus membuat aku sangat bangga dan bersyukur bahwa aku sudah diberi kesempatan untuk melakukan hal-hal yang luar biasa.
Marzuki Mohamad a.k.a Kill the DJ
Super Adventure Diving Team
ARTICLE TERKINI
Author :
Article Date : 30/07/2019
Article Category : I Dare Explore Indonesia
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :