Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Tradisi Idul Fitri di Indonesia yang Bakal Absen Tahun Ini

Hari Raya Idul Fitri bisa dibilang menjadi salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Muslim di seluruh dunia. Semua orang bergembira menyambut hari kemenangan yang sangat istimewa ini. Termasuk di Indonesia, negeri yang kaya akan budaya dan tradisinya, di mana sebagian besar masyarakatnya beragama Islam.

Tradisi menyambut lebaran pun biasanya rutin dilakukan berbagai daerah di Nusantara untuk mengekspresikan kebahagiaan menyambut hari kemenangan. Namun, situasi dunia yang tengah dilanda wabah pandemi membuat beberapa tradisi ini diperkirakan terpaksa absen pada hari raya Idul Fitri kali ini. Berikut ini beberapa tradisi khas menyambut lebaran di berbagai daerah Nusantara yang diperkirakan bakal absen di lebaran tahun ini.

[readalso url=21652]

Tradisi Tumbilotohe di Gorontalo

Warga dan anak rantau dari Gorontalo pasti kangen banget sama tradisi yang satu ini. Menjelang Lebaran, tepatnya tiga atau empat malam terakhir bulan suci Ramadan, masyarakat Gorontalo punya sebuah tradisi unik bernama Tumbilotohe. Pada tradisi ini, biasanya masyarakat Gorontalo akan menyalakan lampu yang biasa disebut "tohe". Lampu ini nantinya bakal menerangi sepanjang jalan di kota Gorontalo, bro.

Awalnya, tradisi ini dilakukan dengan tujuan untuk menerangi jalan agar warga desa bisa melaluinya saat membagi-bagikan zakat fitrah pada malam hari. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini tambah semarak dengan festival beduk dan meriam bambu.

Namun, lebaran tahun ini nampaknya tradisi ini akan berjalan lebih sepi dari biasanya. Warga Gorontalo sepertinya masih bisa menyalakan lampu "tohe" di depan rumahnya masing-masing, tapi tanpa festival beduk dan meriam bambu.

Grebeg Syawal di Yogyakarta

Image source: ezeepoints.id

Kota pendidikan ternyata juga punya tradisi yang nggak kalah unik untuk merayakan hari kemenangan, bro. Grebeg Syawal merupakan salah satu tradisi keraton Yogyakarta untuk menyambut 1 Syawal. Tradisi ini biasanya akan dimeriahkan pawai gunungan.

Gunungan adalah berbagai macam hasil bumi yang disusun rapi berbentuk kerucut dengan ukuran besar, bro. Gunungan ini dilepas melalui prosesi iring-iringan prajurit keraton yang tentu saja menjadi daya tarik tersendiri pada tradisi ini.

Biasanya, iring-iringan ini berlangsung dari Pagelaran Keraton Yogyakarta menuju Masjid Agung Kauman yang berjarak sekitar satu kilometer, bro. Setelah itu, gunungan dibagikan pada masyarakat yang hadir meramaikan tradisi Grebeg Syawal.

[readalso url=21646]

Festival Meriam Karbit

Image source: sitimustiani.com

Satu lagi, tradisi unik menyambut lebaran yang nggak kalah menarik, bro. Festival meriam karbit, yaitu acara yang dimeriahkan puluhan meriam berukuran sangat besar berjajar dan dibunyikan secara bergantian di pinggir Sungai Kapuas, Pontianak. Dentuman suara meriam raksasa yang sangat extreme ini pastinya selalu mengundang rasa antusias dan membuat warga Pontianak. Nggak heran, kalau festival ini selalu dipadati warga, bro.

Pada lebaran tahun ini nampaknya warga Pontianak akan dibuat sedikit terasa sepi. Pasalnya, Festival meriam karbit yang biasanya digelar rutin untuk menyambut hari raya Idul Fitri bakal ditiadakan. Dilansir laman kompas, Wali Kota Pontianak, Edi Rusdiono terpaksa melakukan hal tersebut sebagai upaya mencegah kerumunan masyarakat di tengah kondisi pandemi virus corona. Kabar gembiranya, festival meriam karbit ini akan hadir kembali pada hari jadi Pontianak bulan Oktober 2020. Dengan catatan, situasi sudah pulih kembali dan situasi pandemi virus corona sudah berakhir.

Hilangnya tradisi-tradisi tersebut pada tahun ini jangan sampai membuat lo patah semangat dan putus asa, bro. Semoga langkah-langkah yang dilakukan untuk memerangi pandemi corona ini segera membuahkan hasil yang baik dan semua bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala. Tetap semangat dan pantang menyerah, bro!

 

Referensi : kumparan.com menpan.go.id kompas.com

ARTICLE TERKINI

Author :

Article Date : 23/05/2020

Article Category : Trending

Tags:

#Beginner #Extreme #solo-traveling

0 Comments

Comment
Other Related Article
1 / 10

Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive