Nama Michel Platini pasti nggak asing lagi kalo kita mau ngomongin soal legenda di dunia sepak bola. Dia tuh tipikal pemain bola yang bukan cuma jago bikin gol, tapi juga ngatur tempo main dengan elegan. Dari awal di klub kecil sampe jadi ikon besar Eropa, perjalanan kariernya bener-bener kaya roller coaster! Platini punya banyak prestasi, tapi juga nggak lepas dari kontroversi.
Nah, artikel ini bakal ngajak lo ngulik dari awal banget, mulai dari masa mudanya di AS Nancy, lanjut ke era emas bareng Saint-Étienne, sampe akhirnya masuk bab paling legendaris Michel Platini di Juventus. Bukan cuma angkat trofi, kiprah Platini di Juventus juga nyetak rekor gokil yang masih sering kebawa-bawa kalau ngomongin soal statistik Michel Platini.
Tapi cerita Platini nggak berhenti di lapangan doang. Abis gantung sepatu, dia naik level ke kursi Presiden UEFA, bikin sejarah jadi mantan pemain terbaik yang jadi bos besar sepak bola Eropa. Jadi, siap buat ikutin perjalanan panjang Platini, dari gol-gol indah sampe drama panas di balik layar, semua bakal dibahas tuntas di sini.
Perjalanan Karir Michel Platini
1. AS Nancy
Awal mula perjalanan profesional Michel Platini dimulai di AS Nancy, klub kecil di mana ayahnya, Aldo Platini, pernah jadi direktur. Dari sinilah bakatnya mulai keliatan jelas. Walaupun posturnya nggak tinggi-tinggi amat, teknik, visi main, sama fleksibilitasnya bikin dia langsung jadi pusat permainan tim.
Ditambah lagi, naluri golnya tajam banget untuk ukuran gelandang, bikin nama Platini cepat dikenal di Ligue 1. Bisa dibilang, statistik Michel Platini di Nancy nunjukin gimana dia langsung jadi pembeda sejak awal karier.
2. Saint-Étienne
Seiring performanya makin moncer, Michel Platini tanggal bergabung ke Saint-Étienne jatuh terjadi di 1979. Klub ini lagi jadi salah satu raksasa di Prancis, dan Platini langsung dipercaya jadi kapten plus motor permainan.
Bareng Les Verts, dia sukses nganterin tim angkat trofi Ligue 1 tahun 1981, plus bawa mereka ke final Piala Prancis dua kali. Walau gagal berprestasi besar di Eropa, masa baktinya di Saint-Étienne tetep dianggep sukses. Laga terakhirnya di klub ini jadi jembatan menuju petualangan besar di Italia.
3. Juventus
Nah, babak paling ikonik kariernya tentu bareng Juventus. Tahun 1982 dia resmi gabung Si Nyonya Tua, meski awalnya sempet kesusahan adaptasi di Serie A yang terkenal keras.
Tapi begitu udah nyatu, Platini langsung jadi bintang utama, pake nomor punggung 10 yang legendaris. Bersama Juve, dia ngangkat banyak gelar, mulai dari Serie A 1984 & 1986, Piala Champions 1985, Piala Interkontinental 1985, sampe Piala Super Eropa 1984.
Nggak cuma itu, dia juga jadi top skor Serie A tiga musim berturut-turut 1983 sampe 1985 dan meraih Ballon d’Or tiga kali beruntun 1983, 1984 dan 1985. Wajar kalo statistik Michel Platini di Juve sampe sekarang masih sering disebut-sebut, karena dia salah satu permainan terbaik Juventus.
4. Timnas Prancis
Beralih ke level internasional, Michel Platini punya andil gede banget buat Timnas Prancis. Puncaknya tentu Euro 1984, di mana dia nyetak 9 gol cuma dalam 5 pertandingan, sekaligus nganterin Les Bleus juara turnamen besar pertama mereka.
Total, dia ngoleksi 41 gol untuk negaranya, angka yang bikin namanya lama jadi top skor Prancis. Setelah pensiun, Platini sempat duduk di kursi pelatih Timnas (1988–1992) sebelum akhirnya masuk ke dunia manajemen sepak bola.
5. Presiden UEFA
Kariernya nggak berhenti di lapangan hijau. Tahun 2007, Platini bikin sejarah dengan terpilih jadi Presiden UEFA setelah ngalahin Lennart Johansson. Dia tercatat sebagai mantan pemain bola pertama yang duduk di kursi tertinggi organisasi sepak bola Eropa.
Dari situ, pengaruh Michel Platini di dunia sepak bola makin luas, bukan cuma lewat tendangan bebasnya, tapi juga lewat keputusan-keputusan besar di level administrasi.
Kontroversi Michel Platini Saat Jadi Presiden UEFA
Kasus Michel Platini waktu jadi Presiden UEFA sebenernya udah lama bergulir, mulai dari isu korupsi Piala Dunia 2022. Nama Platini mulai kebawa setelah penyelidikan yang dipimpin Michael J. Garcia tahun 2012. Dari situ kebongkar kalo dia sempe sering ketemu sama Mohamed bin Hammam, pejabat AFC, sampe sarapan bareng petinggi Qatar dan bahkan duduk bareng Presiden Prancis Nicolas Sarkozy sama Pangeran Qatar di Istana Elysee.
Setelah voting 2 Desember 2010, hasilnya bikin geger Rusia resmi jadi tuan rumah 2018 dan Qatar dapat hak 2022. Situasi makin panas waktu Qatar Sports Investment beli PSG, klub favorit Sarkozy, sementara anak Platini juga ikut keorbit jadi CEO perusahaan olahraga asal Qatar. Dari sana, isu konflik kepentingan makin kenceng.
Belom selesai soal itu, nama Michel Platini makin dalam nyeret bareng Sepp Blatter. Ada pembayaran misterius senilai US$2 juta ke Platini tahun 2011 pas dia masih Presiden UEFA. Blatter bilang itu bayaran konsultan, tapi Komite Etik FIFA nyebutnya korupsi.
Akhirnya Oktober 2015 Platini kena larangan aktif di sepak bola selama 90 hari, sebelum akhirnya hukumannya makin panjang. Efeknya fatal, Platini gagal maju jadi calon Presiden FIFA di tahun 2016 dan kariernya di level elite sepak bola hancur total. Ironis, warisan emas di lapangan malah ketutup sama skandal di meja politik bola.
Jadi, Michel Platini tuh punya dua sisi. Di lapangan, dia maestro bola, sukses bareng Nancy, Saint-Étienne, puncaknya sama Juventus, plus jadi pahlawan Prancis di Euro 1984. Masuk dunia politik bola, malah kejebak skandal suap dan konflik kepentingan sampe kena larangan aktif. Jadi menurut lo, warisan Platini bakal lebih lama dikenang karena magisnya di lapangan, atau justru noda hitam di dunia politik sepak bola?
ARTICLE TERKINI
Article Category : News
Article Date : 07/09/2025
1 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Garindratama Harashta
12/09/2025 at 06:56 AM