Di Filipina, ada satu suku unik bernama Suku Kalinga yang bermukim di wilayah Pegunungan Cordillera di Provinsi Kalinga, Luzon. Terdapat tradisi yang nggak biasa di kehidupan masyarakat Suku Kalinga. Tato menjadi salah satu simbol kecantikan dan kejantanan di suku tersebut.
Masyarakat di sana diwajibkan untuk menato hampir sekujur tubuhnya. Mereka biasanya menato tubuhnya ketika sudah beranjak dewasa sebagai tanda kematangan.
[readalso url=21278]
Sudah Ada Sejak 1000 Tahun Lalu

Image source: imkimsantiago.com
Tato sudah menjadi tradisi yang melekat dengan kebudayaan Filipina. Faktanya, tradisi menato yang dilakukan Suku Kalinga sudah ada sejak 1000 tahun silam, bro. Jadi jangan heran, kalau lagi traveling ke sana lo melihat banyak pria dan wanita tua dengan tato yang memenuhi sekujur tubuhnya. Mereka masih menjaga tradisi tersebut, yang mana mulai dilupakan oleh para anak mudanya.
Konon, hanya ada satu orang anggota suku aja yang boleh menato warganya. Kini orang tersebut adalah Apo Whang-Od, seorang wanita tua yang sudah berusia 101 tahun. Nantinya, keponakan bernama Grace Palicas akan meneruskan menjadi penato selanjutnya.
Setiap tato yang dibuat selalu memiliki arti tersendiri. Bagi para wanita, tato merupakan perhiasan. Biasanya para wanita menato bagian lengannya dengan motif garis-garis dan juga di lehernya dengan bentuk kalung.
Simbol Kecantikan dan Kejantanan

Image source: insights.looloo.com
Wanita Suku Kalinga yang sudah ditato, artinya sudah siap untuk menikah. Tato yang ada di tubuh mereka menambah kecantikan dan membuat para pria jatuh hati. Bahkan, jika ada wanita dewasa yang nggak mau menato tubuhnya, maka nggak ada pria yang mau menikahinya, loh.
Sementara untuk para pria, tato merupakan simbol kejantanan dan kebanggaan. Biasanya para pria menato bagian perut hingga dada, lengan, dan punggung mereka. Semakin banyak tato yang ada di tubuh mereka, maka semakin tinggi pula status pria di Suku Kalinga.
[readalso url=21342]
Teknik yang Masih Tradisional

Image source: Jorge Fernandez Alamy
Teknik yang dipakai Apo Whang-Od dalam menato memang masih tradisional. Ia menggunakan peralatan sederhana, nggak memakai jarum suntik melainkan berupa kayu dan duri yang berasal dari pohon. Prosesnya, bagian ujung kayu berbentuk L dijepitkan duri dan ditusukkan ke tubuh yang hendak ditato dengan cara dipukul/ditetak menggunakan kayu pemukul. Dan tintanya, terbuat dari gula dan jelaga.
Motif tato Suku Kalinga didominasi dengan garis dan nggak ada simbol hewan. Dengan alat yang tradisional itu pun tentu bakal menimbulkan rasa sakit. Setelah ditato, biasanya tubuh mereka akan membengkak hingga dua minggu.
Masyarakat setempat sangat menjaga tradisi itu hingga saat ini. Bahkan hal itu sekarang sudah menjadi daya tarik para pelancong untuk datang. Ada juga yang sengaja datang ke sana untuk ditato oleh Apo Whang-Od, bro.
Bagaimana menurut lo, bro? Tato nggak melulu dianggap jadi hal yang negatif, bahkan di beberapa tempat ini sudah menjadi tradisi turun-temurun. Tertarik ditato oleh Apo Whang-Od di Filipina, bro?
Source: kumparan.com
ARTICLE TERKINI
Article Category : Urban Action
Article Date : 25/07/2020
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :