Bahkan di dalam satu pulau saja terdapat beragam kekayaan alam yang sangat cantik hingga keragaman suku, bahasa dan kebudayaan. Gunung Lawu salah satunya.
Dianugerahi alam yang mempesona, gunung ini juga diberkahi dengan kekayaan kebudayaan tradisional di sekitar lerengnya yang tentu saja bisa memajukan sektor pariwisata. Salah satunya upacara tradisional Mondosiyo, tepatnya di Dusun Pancot, Kelurahan Blumbang dan Desa Tengklik Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.
[readalso url=21284]
Ekspresi Rasa Bahagia Warga

Image source: Stefanus Ajie / Jakarta Post
Upacara adat ini bertujuan untuk meminta restu agar diberikan berkah dan yang paling penting juga untuk mengekspresikan rasa syukur warga setempat. Tradisi upacara Mondosiyo merupakan salah satu upacara adat Kejawen.
Kejawen sendiri pada umumnya merupakan kepercayaan asli masyarakat Jawa, yang mengandung nilai-nilai yang luhur diikuti dengan suatu perilaku saling menghormati sesama manusia yang memang sudah sejak lama ada dan tetap lestari hingga kini.
Upacara Mondosiyo diadakan pada hari Minggu Pon hingga puncak acara pada hari Selasa Kliwon Wuku Mondosiyo, di mana acara tersebut rutin digelar setiap tujuh bulan sekali.
Persiapan Upacara Mondosiyo

Image source: harianmerapi.com
Hari Minggu Pon, masing-masing warga mulai bergotong royong mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk sesajen, seperti beras, kambing, ayam, dan lainnya. Hari berikutnya, Senin Wage, warga setempat telah mempersiapkan sesajen dan mengumpulkannya di rumah sesepuh adat.
Hari Selasa Kliwon, sebelum dimulai acara pamungkas, yaitu upacara Mondosiyo, terdapat rangkaian kegiatan sakral yang harus dilakukan terlebih dahulu. Pukul tujuh pagi, para sesepuh adat dan tokoh masyarakat membawa kambing kendit dan ayam ke punden Bakpatokan atau teras utama untuk dijadikan sesajen. Lewat tengah hari atau sekitar pukul satu siang, di dengungkan gendhing Manyar Sewu dan alunan musik tradisional lainnya.
[readalso url=21281]
Pelaksanaan Upacara Mondosiyo

Image source: disparpora.karanganyarkab.go.id
Hingga pada pukul empat sore, Upacara Mondosiyo segera dimulai, upacara dipandu langsung oleh para sesepuh adat. Di lokasi utama puncak acara, terdapat sebuah bangunan kecil bernama ‘cungkup watu gilang’ yang digunakan untuk menyimpan air badeg atau air tape yang telah disimpan dan didiamkan selama tujuh bulan.
Sebelum acara puncak digelar, air badeg ini disiramkan secara acak kepada warga yang berkumpul. Kebanyakan warga menghindar, karena air badeg beraroma kurang sedap dan sangat lengket atau bahasa jawanya 'peliket' bila terkena tubuh.
Ayam-ayam mulai dilepaskan, pertanda acara puncak sudah tiba. Ayam-ayam ini adalah milik warga yang sebelumnya memiliki nazar. Dilansir dari goodnewsfromindonesia.com, mereka biasanya bernazar kalau sudah tercapai keinginannya akan melepaskan ayam pada upacara Mondosiyo.
Satu persatu warga yang memiliki nazar melepaskan ayamnya ke atap bangunan atau genting yang disebut badegan. Bangunan ini memiliki tiga pintu masuk dan beratap seng. Kemudian masyarakat setempat berebut ayam hidup dengan cara mengejar dan menangkapnya.
Mereka percaya bahwa siapapun yang mendapatkan ayam tersebut akan mendapat limpahan keberkahan dan keberuntungan. Satu-satunya pantangan dalam acara ini adalah warga tidak boleh menangkap ayam dengan naik ke atas genting.
Jadi bagaimana bro dengan informasi Upacara Mondosiyo? Semoga bisa menjadi salah satu referensi lo ketika berkunjung ke Karanganyar. Yang paling penting untuk selalu menjaga kerukunan antar suku dan kebudayaan di Indonesia, jaga selalu utamakan toleransi!
ARTICLE TERKINI
Article Category : In Depth
Article Date : 12/03/2020
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :