Mesir menjadi negara yang menyimpan banyak peninggalan bersejarah dari masa lampau. Hal itu pun terlihat dari banyaknya monumen serta patung-patung peninggalan zaman dulu. Berkunjung ke museum nasional atau berkunjung ke piramida Mesir, patung-patung bersejarah baik besar maupun kecil, kerap dijumpai dalam kondisi hidung yang patah. Bahkan, ornamen di dinding pun kerap terlihat rusak pada hidungnya. Kok bisa ya, bro?
[readalso url=21887]
Kerusakan yang Nggak Terhindarkan
Image source: allthatsinteresting.com
Seorang Kurator, Edward Bleiberg, ternyata sering mendapat pertanyaan serupa dari para pengunjung galeri seni Mesir di Museum Brooklyn. Dilansir dari CNN Style, Bleiberg, yang bertugas mengawasi koleksi khusus seni Mesir, Klasik dan Timur Dekat untuk Museum Brooklyn, mulanya juga terkejut dengan pertanyaan itu. Pasalnya, selama ini ia menerima begitu aja patung-patung rusak yang datang.
Pengetahuannya di bidang Egyptology mendorongnya untuk memvisualisasikan patung-patung itu dalam keadaan yang utuh. Tapi, ia berpendapat kerusakan itu nggak terhindarkan. Patung berusia ribuan tahun selalu menunjukkan keausan.
Namun, belakangan Bleiberg mengungkap pola kehancuran yang disengaja secara luas. Ia pun menunjuk pada serangkaian alasan, mengapa kompleks bersejarah di Mesir saat penemuannya selalu dikotori.
Penelitian Bleiberg menjadi dasar dari pameran “Striking Power: Iconoclasm in Ancient Egypt”. Sejumlah benda pilihan dari koleksi Museum Brooklyn dikirimkan ke Pulitzer Arts Foundation pada akhir Juni, yang dikuratori Stephanie Weissberg.
Weissberg akan menyandingkan patung-patung dan relief yang rusak dari abad ke-25 SM hingga abad ke-1 M dengan benda-benda sejenis yang masih utuh. Pameran ini berupaya mengungkap fungsi-fungsi politis dan keagamaan artefak Mesir kuno dan budaya ikonoklasme yang mengakar, yang jadi bidang mutilasi patung-patung bersejarah.
Menurut Bleiberg, Mesir merupakan salah satu peradaban yang berusia panjang. Ia mengalami berbagai ketidakstabilan di dalam negeri akibat suksesi. Sementara itu, bangsa Mesir juga kerap menghadapi invasi, dan beragam periode pergolakan lainnya. Semuanya meninggalkan bekas luka pada budaya mereka.
Bleiberg juga mengatakan bahwa konsistensi pola di mana kerusakan ditemukan pada patung menunjukkan bahwa itu memiliki tujuan. Hal itu merujuk pada motivasi politik, agama, pribadi, dan kriminal untuk tindakan vandalisme. Hidung merupakan sasaran termudah dari patung tiga dimensi. Dan nggak perlu upaya keras untuk menghancurkan hidung patung.
[readalso url=21817]
Patung Dianggap Menjadi Hunian Para Dewa
Image source: Reuters/Peter Nicholls
Patung yang menjadi sasaran, karena orang-orang Mesir kuno, menganggap patung dapat menyimpan esensi dewa. Dalam arti, patung-patung itu bisa menjadi hunian para dewa. Sementara, manusia yang dipatungkan agar jiwanya tetap berada dalam patung tersebut. Kampanye vandalisme ini dimaksudkan untuk “menonaktifkan kekuatan gambar”, seperti yang dikatakan Bleiberg.
Makam dan kuil adalah tempat penyimpanan bagi sebagian besar patung dan relief yang memiliki tujuan ritual. Di sebuah makam, rakyat Mesir biasa melayani orang yang meninggal dunia, dengan memberi hadiah berupa makanan. Di kuil, representasi dewa ditampilkan menerima persembahan dari raja atau elit lain, agar dewa-dewa tetap melaksanakan tugasnya.
Jadi, raja-raja di Bumi menyediakan persembahan bagi dewa, dan sebagai imbalannya, dewa mengurus Mesir. Bleiberg juga menjelaskan, patung dan relief adalah “titik pertemuan antara yang gaib dan yang ada di dunia ini”. Mereka yang dari alam gaib, dapat hidup kembali ketika ritual dilakukan melalui patung dan relief. Dan tindakan ikonoklasme dapat mengganggu kekuatan itu.
Bleiberg menjelaskan, bagian tubuh yang rusak nggak lagi dapat melakukan tugasnya, tanpa hidung, arwah patung itu pun berhenti bernafas, sehingga perusak secara efektif “membunuh”nya. Memukul telinga dari patung dewa juga akan membuatnya nggak dapat mendengar doa. Sementara bagian tangan kiri juga kerap dipenggal, karena bangsa Mesir Kuno meyakini, para dewa menerima persembahan menggunakan tangan kiri. Sementara tangan kanan dewa, untuk membawa simbol-simbol tertentu.
Nah, kerusakan pada hidung dari patung-patung tersebut ternyata dilakukan berdasarkan kepercayaan masyarakat Mesir itu sendiri, bro. Tertarik mengunjungi Mesir dan melihat berbagai peninggalan bersejarahnya, bro?
Source: travel.tempo.co
ARTICLE TERKINI
Author :
Article Date : 08/07/2020
Article Category : In Depth
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :