“Treknya tuh beneran yang berupa bebatuan gede-gede, tajem-tajem, tanjakannya juga nggak habis-habis” ujar Dalu Kusma saat dihubungi tim Super Adventure melalui sambungan telepon.
Nasi sudah menjadi bubur, mau nggak mau mereka pun harus tetap mengayuh sepeda melewati jalan menanjak dengan bebatuan yang licin akibat diguyur hujan. Mungkin, hujan yang sama-sama baru saja mengguyur Dalu dan teman-temannya.
Tren sepeda bisa dibilang memang sedang naik daun belakangan ini. Nggak heran, jika di jalan raya banyak ditemui pesepeda yang hobi mengayuh sepeda kesayangannya. Namun, bagaimana rasanya mengayuh sepeda puluhan kilometer ke sebuah desa terpencil di lereng Gunung Salak? Simak pengalaman road trip Dalu Kusma road trip di jalur ekstrem lereng Gunung Salak berikut ini, bro!
[readalso url=22262]
Mengayuh Sepeda Hampir 12 Jam
Image source: instagram.com/ri_yad
“Tadinya kita mau nge-camp, tapi akhirnya kita menginap di penginapan semacam guest house gitu. Nah, sampai di situ sekitar jam setengah 6, berangkat jam 6 pagi dari Bogor Kota. Perkiraan kita sih tadinya sampai jam 4-an lah paling lama” ungkap Dalu.
Mereka sama sekali tidak menyangka dengan jalur ekstrem yang ada di hadapannya. Bahkan, sebelumnya mereka sempat diguyur hujan saat melewati jalan yang dikelilingi pohon-pohon besar, bro.
Akhirnya, lanjut Dalu, ia dan temannya neduh di warung gubuk yang sudah nggak terpakai. Mereka mendeuh selama sekitar setengah jam. Sebenarnya, mereka sudah mempersiapkan barang bawaan dan diri mereka untuk menghadapi cuaca Bogor yang identik dengan intensitas hujan yang terbilang tinggi.
Setengah jam berlalu, hujan pun mulai mereda meskipun belum berhenti sepenuhnya, mereka memutuskan untuk memakai jas hujan dan melanjutkan perjalanan. Medan yang dilalui pun semakin licin dan sulit dilewati setelah diguyur hujan deras. Meskipun begitu, mereka tetap semangat mengayuh sepeda untuk sampai di Desa Malasari di kaki Gunung Salak.
Rombongan Pesepeda Pertama
Image source: instagram.com/ri_yad
“Beberapa kali tanjakan-turunan sepeda gue stuck bannya, slip gitu saking licinnya, batunya gede-gede dan emang udah nggak bisa di gowes lagi. Akhirnya, kita dorong sepeda sekitar hampir satu jam, buat nanjak ngedorong sepeda,” ujar Dalu.
Jalan menuju Desa Malasari memang didominasi oleh tanjakan, turunan dan bebatuan. Saat hujan turun pun tantangan menjadi bertambah akibat lumpur di beberapa bagian jalan yang sangat sulit dihindari oleh kendaraan yang melintas, termasuk sepeda.
Wajar saja, kalau desa di lereng Gunung Salak ini masih belum ramai oleh wisatawan. Bahkan, menurut warga sekitar, Dalu dan teman-temannya merupakan rombongan pesepeda pertama yang berhasil mencapai Desa Malasari, bro.
Sempat Cedera di Tengah Perjalanan
Image source: instagram.com/ri_yad
“Gue sempet ada masalah sih, bukan di sepeda, tapi di kaki. Dengkul kanan gua agak bermasalah, terus pas kemaren saat gowes di tanjakan yang miring sekitar 80 derajat mulai terasa linu. Faktor dengkul yang pernah cedera waktu gue aktif turnamen basket,” ungkap Dalu.
Tak ada pilihan lain, ia pun sempat memaksakan untuk terus menggowes sepeda. Sampai pada akhirnya ia pun nggak sanggup lagi menggowes sepedanya lantaran kaki kirinya kram. Sialnya, saat itu ia sedang benar-benar sendiri, lantaran teman-temannya terpisah menjadi dua rombongan, empat temannya yang jauh lebih dulu berada di depan, dan ketiga lainnya tertinggal jauh berada di belakangnya.
Beruntungnya, ia sempat mendapat sinyal dan berhasil menghubungi temannya yang sudah lebih dulu tiba di Desa Malasari menggunakan sepeda motor. “Jadi, ada temen gue yang pakai motor, untuk keperluan dokumentasi dan satu mobil membawa logistik lainnya,” ujar Dalu.
Ia dan sepedanya pun dievakuasi menggunakan motor sekitar 2 km perjalanan menuju Desa Malasari.
Rasa Lelah yang Terbayar Lunas
Image source: instagram.com/ri_yad
Alih-alih road trip ke Desa Wisata Malasari, Dalu Kusma dan kawan-kawannya justru malah menginap di Desa Citalahab, sebuah desa yang masih satu kawasan wisata dengan Desa Malasari. “Gue akhirnya nginep di Desa Citalahab, dari Malasari masih naik lagi, paling sekitar empat sampai lima kilometer, gue juga nggak tau pasti sih,” terangnya.
“Tapi, senang sih pas ngeliat sungai dan ngerasain langsung sejuk airnya, mandi di sungai, liat pemandangan yang hijau-hijau, kaya terbayar aja gitu semuanya,” cerita Dalu yang takjub pada keindahan di Desa Citalahab.
So, itulah pengalaman Dalu Kusma road trip di jalur ekstrem lereng Gunung Salak. Berani mencobanya, bro? Tapi, tetap utamakan keamanan dan keselamatan saat bersepeda, ya!
ARTICLE TERKINI
Author :
Article Date : 21/09/2020
Article Category : Extreme Action
0 Comments
Other Related Article
1
/
10
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :