Author :
Article Date : 30/09/2020
Article Category : In Depth
Nggak sembarangan saat memberikan nama. Tapi ada yang lahir dari legenda maupun cerita rakyat dari leluhur. Yuk simak bro.
[readalso url=22278]
Surabaya
Image source: unsplash.com/@rasyidmaulana
Surabaya memiliki cerita seru di dalamnya. Ibu kota Jawa Timur ini punya kisah menarik terkait asal usul dibalik pemberian nama Surabaya. Menengok jauh ke belakang, berdasarkan sejarahnya nama kota ini sudah muncul sejak awal kerajaan Majapahit yang dikenal dengan Ujung Galuh. Tetapi karena sebuah peristiwa, nama Ujung Galuh diubah menjadi Surabaya yang memiliki arti ‘Selamat dari Bahaya’.
Tapi kalau berdasarkan cerita rakyat, di perairan sebelah utara Jawa Timur, hidup seekor Hiu (Sura) dan Buaya (Baya) yang saling bermusuhan untuk memperebutkan wilayah. Hingga akhirnya dua binatang ini membuat perjanjian untuk tak pernah berkelahi berebut wilayah.
Akan tetapi suatu ketika Sura mengingkari perjanjian dan keduanya pun kembali berkelahi sampai bertumpah darah. Air yang tadinya jernih pun berubah memerah akibat sang hiu terluka parah hingga akhirnya perkelahian dimenangkan oleh Buaya. Cerita ini sangat berkesan sampai rakyat Surabaya menamakan kotanya dari cerita rakyat ini.
Bandung
Image source: ksmtour.com
Kota ‘Bandung’ ini berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang membentuk telaga.
Jika menurut legenda di kota kembang mengatakan nama "Bandung" diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan.
Perahu itu pun kemudian disebut perahu Bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Citarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibu kota lama di Dayeuhkolot.
Raja Ampat
Image source: unsplash.com/@sutirtab
Mendengar asal usul nama Raja Ampat ini mungkin akan terasa aneh. Berdasarkan legenda masyarakat setempat, awal mulanya datang dari seorang wanita yang menemukan tujuh telur. Empat butir di antaranya menetas menjadi empat orang pangeran yang berpisah dan masing-masing menjadi raja dan berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara tiga butir telur lainnya menjadi hantu, seorang wanita, dan sebuah batu.
[readalso url=21958]
Pontianak
Image source: kumparan.com
Menurut ceritanya ibu kota Provinsi Kalimantan Barat ini berasal dari Bahasa Melayu yang ada hubungannya dengan Kuntilanak. Awal mulanya berawal ketika sang pendiri kerajaan Pontianak Syarif Abdurrahman, kerap kali diganggu oleh hantu kuntilanak ketika beliau menyusuri Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia.
Karena merasa nggak nyaman, Syarif Abdurrahman terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu kuntilanak sekaligus menandakan dimana meriam itu jatuh untuk menentukan didirikannya kesultanan.
Peluru meriam itu akhirnya jatuh melewati simpang tiga Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang kini lebih dikenal dengan Beting Kampung Dalam Bugis Pontianak Timur atau kota Pontianak.
Wamena
Image source: unsplash.com/@heruhar008
Sebelum Wamena dipilih sebagai nama kota, kawasan ini bernama Ahumpua. Namun cerita rakyat yang berkembang di wilayah Ahumpua ini merubah kawasannya menjadi Wamena.
Hal ini terjadi ketika beberapa anak gadis penggembala babi yang sedang membawa babi berjalan-jalan. Namun di tengah perjalannya tiba-tiba muncul seorang kulit putih menghampiri. Dari sekian banyak gadis yang mengembala, hanya satu anak tetap bertahan, sementara yang lain lari ketakutan.
Si pendatang pun bertanya ‘Tempat apakah ini?’. Karena tak tahu apa yang harus diperbuat dan dijawab apa, sang gadis pun hanya menjawab dengan ‘Tu wamena…’ yang artinya Ini anak babi.
Suatu ketika tibalah orang-orang berkebangsaan Belanda di tanah Ahumpua. Mereka mulai menetap dan membangun rumah di kawasan tersebut. Nama daerah yang dulunya Ahumpua diganti menjadi Wamena, yang berarti anak babi. Pemberian nama ini akibat kesalahpahaman percakapan antara Ap huluan dengan si gadis.
Please choose one of our links :