Pulau Flores yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki banyak kampung adat yang sudah berdiri sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Salah satunya adalah, Kampung Adat Todo yang menjadi pusat peradaban Minangkabau dan dijuluki “Minangkebau” oleh orang Flores.
Pada zaman dulu, kampung ini merupakan pusat kerajaan Manggarai dan hal ini tercantum dalam buku-buku sejarah Manggarai. Karena itu, sampai sekarang nggak ada yang membantah hal ini.
Nggak hanya itu, berbagai dokumentasi sejarah yang lain juga membuktikan bahwa raja-raja pertama Manggarai Raya dan Manggarai hidup dan tinggal di kampung yang terletak di kawasan Lembah Todo ini.
Selain sejarah dan hubungannya dengan kerajaan Manggarai, Kampung Adat Todo juga terbilang unik karena ada susunan batu yang mirip jalan setapak di sekeliling halaman kampung ini. Nah, masih ada dua hal unik lain di Kampung Adat Todo yang mesti lo tahu, yaitu Rumah Adat dan Gendang Kulit Manusia.
Bentuk dari Niang Todo
Image source: instagram.com/hondawinjourney
Niang Todo merupakan sebutan untuk rumah adat kampung Todo. Niang Todo ini merupakan rumah panggung yang bentuknya bundar dengan atap kerucut yang terbuat dari jerai. Bangunan ini pernah menjadi istana raja Todo pada jaman dulu.
Dilihat dari arsitekturnya, Niang Todo ini hampir sama dengan rumah adat Manggarai. Bedanya, atap rumah adat Manggarai menggunakan ijuk dan rangkanya terbuat dari kayu serta bambu.
Rumah yang terdiri atas 1 bangunan induk serta 4 bangunan yang lebih kecil ini menjadi rumah adat paling tua yang ada di Kabupaten Manggarai. Selain itu, ada 2 rumah adat lain di sisi timur dan barat bangunan induk, yakni Niang Rato dan Niang Lodok di timur. Di sisi baratnya ada Niang Wa dan Niang Teruk
Lalu untuk bagian depan bangunan induk ada Waruga atau tempat yang digunakan masyarakat untuk bermusyawarah.
Pusaka khas
Image source: instagram.com/galihkoplak
Di samping bangunan serta kebudayaannya, Kampung Adat Todo juga memiliki pusaka khas yang unik, yaitu gendang yang katanya berasal dari kulit manusia. Menurut penanggung jawab pariwisata Kampung Todo, gendang tersebut terbuat dari kulit wanita cantik dan sakti yang sempat diperebutkan oleh tiga kerajaan.
Tiga kerajaan tersebut adalah Todo, Bima, dan juga Goa. Semuanya saling bertikai untuk memperebutkan wilayah Manggarai serta seorang putri yang cantik nan sakti. Putri tersebut merupakan keturunan India dan Bima yang kabur karena adanya bentrokan antara adat India dan Bima.
Pada saat itu, adat India masih belum mengizinkan anak perempuan untuk hidup; sedangkan adat Bima memperbolehkan anak perempuan tetap hidup sebagaimana laki-laki.
Nah, persaingan ketiga kerajaan ini sangat tidak sehat sehingga para raja pun mengirim perwakilannya untuk bertemu dan merumuskan aturan persaingan yang sehat di Manggarai. Dalam pertemuan tersebut muncul sebuah solusi yakni siapa saja yang bisa menangkap dan menikahi sang putri maka dialah yang berhak jadi Raja Manggarai.
Raja Todo yang saat itu tahu bahwa sang putri sedang berada di dekatnya langsung pergi mencarinya di malam hari. Setelah menemukan putri cantik tersebut, dengan niat menyudahi konflik, Raja Todo kemudian membunuhnya dan memproklamirkan diri sebagai penguasa Manggarai.
Setelah itu, kabar mengenai kematian wanita cantik dan sakti di tangan Raja Todo mulai menyebar luas. Kemudian ketiga kerajaan yang sedang berkonflik sepakat untuk berdamai dan menghentikan peperangan. Pada akhirnya daratan Manggarai menjadi wilayah kekuasaan Raja Todo.
ARTICLE TERKINI
Source:https://pariwisataindonesia.id/headlines/keunikan-desa-adat-todo-dari-niang-todo-sampai-gendang-kulit-manusia/2/
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :