Unit metalcore asal Oregon, Dying Wish, kembali dengan menyampaikan melodi dan “pembantaian” lewat single baru berjudul Torn From Your Silhouette. Single ini resmi meluncur pada 5 April 2023 lalu. Di single ini, Dying Wish secara total mempertunjukkan kemarahan sekaligus romansa yang pahit.
Unit metal yang dikenal karena mendobrak batasan dengan semangat hardcore liar mereka, telah membawakan lagu ini dengan cepat berkembang menjadi wilayah musik yang lebih “nendang!”
Unit ini pun lebih percaya diri dan jelas. Band asal Oregon ini sendiri memang unggul, baik dalam hal yang baru maupun yang sudah akrab di telinga pendengarnya.
Setelah mendapatkan pijakan melalui single-single awal yang menarik, energi yang besar tanpa kompromi, hingga kecenderungan politik, kuintet ini berjuang menuju panggung dengan serangkaian rekaman yang menonjol. Termasuk album terbaru dari mereka, Fragments Of A Bitter Memory (2021).
Dying Wish yang menyalurkan suara dan kepekaan seperti Counterparts ini membawakan lagu antemik untuk musim gugur ini. Single Torn From Your Silhouette pun telah mempertemukan para musisi ini dengan latar belakang kesengsaraan dan keajaiban yang mutlak.
Torn From Your Silhouette seolah-olah memiliki dua wajah, beberapa bagian indah dan bagian lain seperti binatang buas. Vokalis Emma Boster hadir dengan dorongan emosional, jangkauan yang luas, saat dia menjerit dan menyanyikan rapalan lisik Torn From Your Silhouette.
Sementara Emma Boster dan kawan-kawan menavigasi cinta, pelajaran, kehidupan, melewati badai pengalaman manusia melintasi gangguan yang menohok dan paduan suara yang bersenandung.
Meskipun unit ini tidak asing lagi dalam memecah metal yang 'monoton' dengan momen-momen melodi, lagu ini menandai pergeseran signifikan ke arah yang lebih mudah diakses. Mereka telah menyeimbangkan katarsis dan kekacauan. Secara teknis, refrein dalam lagu ini dipoles dengan kecemerlangan dongeng, seolah-olah penulisan lagu itu dimaksudkan untuk film animasi Disney, Frozen.
Lagu ini terjepit di antara instrumental yang menggelegar dan lolongan hyena. Sonik ini bisa terasa nyaris 'tidak pada tempatnya'. Untuk single baru ini, vokalis Emma Boster berkomentar:
"Torn From Your Silhouette ditulis tentang mengambil risiko menjadi rentan dengan orang lain, hanya untuk mengetahui bahwa mereka memiliki niat tidak jujur dan memanfaatkan kesediaan Anda untuk mencintai."
“Saat menulis lagu ini, gue sakit hati. Gue merasa standar romansa untuk masyarakat menjadi semakin kasual, dan itu terasa nyaman buat gue untuk sementara waktu. Gue telah tumbuh menjadi tempat dalam hidup gue dengan mencari lebih banyak dari hubungan gue dengan orang lain,” ungkapnya.
Ia menambahkan, “Gue siap untuk merobohkan tembok yang telah dipasang untuk melindungi diri sendiri. Lagu ini tentang menerima yang akan menghasilkan apa yang paling saya takuti: penolakan dan rasa sakit.”
“Baris lirik ‘I’d rather feel everything than nothing at all’ sangat penting buat. Gue pun bangga dengan perasaan bahwa setidaknya gue telah memberi kesempatan untuk gagal daripada terus berkontribusi pada siklus berulang mati rasa terhadap keterikatan tingkat permukaan. Terima kasih untuk yang sudah mendengarkan," lanjutnya.
Superfriends, single ini juga dilengkapi dengan video musik yang disutradarai Anthony Altamura. Simak video musik Torn From Your Silhouette dari Dying Wish yang agresif berikut ini:
Superfriends, di penghujung tahun 2022 lalu, Dying Wish muncul dengan sebuah single berjudul Now You’ll Rot. Lagu ini dipilih oleh Dying Wish sebagai penutup tahun 2022 dan disambut baik oleh para penikmat musik cadas. Tampaknya, lagu yang masuk dalam album Fragments Of A Bitter Memory ini masih relevan untuk kalian nikmati tahun ini.
Di balik itu, Dying Wish menjelaskan alasan kuat mereka merasa Now You’ll Rot masih relevan untuk dipromosikan sebagai single. Emma Boster mengungkapkan bahwa lagu Now You’ll Rot ini datang dari kemarahan yang datang dari ketidakadilan di dunia.
Sang vokalis menambahkan bahwa perlakuan tidak adil itu masih bisa ditemui hingga kini. Mulai dari gangguan minor hingga yang sangat membahayakan nyawa orang lain. Oleh karena itu, Dying Wish ingin agar lagu ini menjadi pesan bagi para pelaku ketidakadilan tersebut agar bisa menjadi manusia yang lebih memanusiakan manusia. Jika tidak, maka membusuklah bersama dunia di masa lalu.
Dying Wish menjelaskan bahwa salah satu bahan bakar dalam membuat lagu ini adalah tragedi George Floyd pada 2020 lalu. Sebagai band yang berasal dari Portland, Dying Wish merasa kemarahan yang sama akibat tragedi tersebut dan terus mendukung keadlian yang ada. Dying Wish ingin agar lagunya ini bisa jadi semangat bagi banyak orang yang tertindas untuk kembali mendapatkan kuasa penuh akan hidupnya. Semangat berjuang untuk melawan ketidak adilan yang terjadi atas stigma sosial yang sudah usang. Dying Wish ingin ikut serta untuk merombak dan kembali membangun tatanan sosial yang lebih baik untuk masa depan.
Dying Wish adalah band metalcore asal Portland, Oregon, Amerika Serikat. Band ini dibentuk pada 2018 dengan musik yang dibuat dan ditujukan untuk persatuan tetapi tanpa kompromi. Penghapusan, revolusi, dan pembebasan muncul dalam semangat dan nyanyian, dan itulah inti dari Dying Wish.
Image source: https://www.instagram.com/dyingwishhc/
ARTICLE TERKINI
Article Category : Super Buzz
Article Date : 19/04/2023
1 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Muhamad Saifudin
07/12/2024 at 22:47 PM