“The Highest Star”, Cara Indische Party Menyambut Lembaran Baru

Banyak musisi yang mencoba untuk merayakan pergantian tahun dengan karya baru. Hal tersebut juga dilakukan oleh Indische Party yang baru saja merilis EP terbaru. Datang dengan EP berjudul The Highest Star, rangkaian karya teranyar dari Indische Party tersebut merupakan respons dari band indie rock asal Jakarta tersebut dalam menutup tahun 2021 dan menyongsong hal baru di tahun 2022.

EP The Highest Star dari Indische Party dirilis pada 26 Desember silam. Kehadiran EP terbaru tersebut diracik oleh Indische Party sebagai bentuk pengenalan terhadap warna musik atau citra baru yang coba untuk dibawa oleh kolektif rock ini di proyek musik mendatang. Selain itu, Indische Party juga mencoba untuk menginformasikan bahwa mereka akan siap merilis album ketiga di tahun 2022 ini.

Tidak hanya warna musik yang baru, Indische Party juga menghadirkan hal berbeda dalam tubuh mereka melalui rilisnya EP The Highest Star ini. Kali ini, Indische Party memperkenalkan Warman Nasution yang resmi bergabung dan mengisi posisi gitar. Dengan hadirnya Warman Nasution sebagai anggota baru, kini dinamika musik yang coba ditawarkan kolektif musik yang diisi oleh Japs Shadiq (vokal, gitar), Kubil Idris (gitar), Jacobus Dimas (bass), dan Tika Pramesti (drum) ini jadi lebih luas.

Formasi anyar dari Indische Party ini pun memungkinkan bagi band rock asal Jakarta ini untuk bisa melalkukan eksperimen musik yang lebih liar dari biasanya. Proses penulisan lirik dan aransemen lagu pun jadi hal utama yang ingin dibuktikan oleh Indische Party lewat formasi barunya ini.

Proses rekaman EP The Highest Star dilakukan di Studio Teras Belakang. Dalam proses rekaman dan produksinya, Indische Party dibantu oleh Pandu Fuzztoni dan Gigih Suryoprayogo dari The Adams yang berperan sebagai produser. Sedangkan untuk Mixing dan Mastering sendiri, Indische Party mempercayakan Pandji Dharma (Sirati Dharma) untuk disempurnakan di Palm House Studio.

Dalam EP terbaru dari Indische Party ini ada 4 lagu yang dirangkum oleh Indische Party. Salah satunya merupakan single yang sempat dirilis pada bulan Juli lalu, yaitu Duka Akhir Kemarau. Terkait single tersebut, Indische Party mencoba untuk mengolah kesedihan yang pernah dirasakan Tika Pramesti dan Jafar Shadiq ke dalam sebuah lagu.

Momen pandemi yang melanda Tanah Air selama lebih dari satu tahun belakangan ini disebut Indische Party sebagai fragmen yang silang sengkarut dengan tema dari lagu ini, yaitu kesedihan akan kehilangan. Untuk warna musiknya sendiri, nuansa rock masih kental terasa namun kehadiran balutan melodramatis membuat lagu ini memiliki nyawa yang besar. 

Dalam proses pembuatannya, lagu Duka Akhir Kemarau dibantu oleh personel White Shoes & the Couples Company dalam mengisi instrumen cello. Tanya Ditaputri dari Fleur! turut membantu dalam menggarap aransemen cello tersebut. Tika Pramesti yang biasanya bertugas mengisi drum, kini mengambil alih posisi suaminya, Japs, di baris vokalis. Di band lainnya, Fleur! Tika memang bukan saja main drum tapi juga bernyanyi. Namun, Tika kali ini membawakan lagu anyar Indische Party yang bertajuk Duka Akhir Kemarau itu, untuk dipersembahkan buat almarhumah sang ibu.

Dari siaran pers mereka, Indische Party menjelaskan bahwa lagu Duka Akhir Kemarau sebetulnya sudah ditulis sejak 2018, namu Tika ketika itu belum bisa menyelesaikan liriknya. Pada pertengahan 2019, tiga hari sebelum hari pernikahan Tika dan Japs, ibunda Tika meninggal dunia. Mereka pun kemudian menikah di hadapan jenazah sang ibunda.

Selain Duka Akhir Kemarau, terdapat juga lagu The Highest Star, Dalam Tamanku Bersemi Bunga, dan The Only One yang melengkapi EP teranyar dari Indische Party ini. EP The Highest Star juga dirilis dalam format kaset pita. Dalam merealisasikan format album fisik tersebut, Indische Party bekerja sama dengan La Munai Records dan menambah koleksi Kaset Klab, yaitu inisiasi rilisan fisik dalam bentuk kaset pita dari label rekaman tersebut.

Image courtesy of Indische Party