Sudah lebih dari 20 tahun Speak Up malang melintang di sirkuit permusikan indie Indonesia. Mereka menjadi salah satu band bergenre melodic punk rock Tanah Air.
Speak Up sudah terbentuk sejak 1997 di Jakarta. Adalah Adisyah (vocal), Ali Nugraha (guitar), Farhan Ramadhan (bass), dan Arief (Drum), sebagai penggagas awalnya Speak Up berdiri.
Kepada Podme pada interview 29 Mei 2020, Speak Up berkisah tentang awal mula mereka berdiri. Diwakili oleh Ali yang kini menjadi vokal sekaligus gitar, ia mengisahkan bahwa di awal terbentuk band ini belum bernama Speak Up.
"Awalnya dulu bukan Speak Up, pertama kali bikin dengan teman-teman satu SMP. Awalnya buat band itu gue jadi drummer, kemudian satu-satu personil keluar dan namanya berubah menjadi Speak Up. Awalnya gue masuk sebagai gitar, vokalis kita terus keluar akhirnya gue mengisi vokal dan gitar," kata Ali.
Formasi baru Speak Up saat ini adalah Ali Nugraha (vocal/guitar), Farhan Ramadhan (bass), Ikhsan Assat (drum), dan ada Aduy (guitar), juga dibantu oleh Ronal sebagai additional drum.
Musik dianggap sebagai bahasa yang universal dan bisa dimengerti oleh semua orang. Musik juga dianggap Speak Up sebagai media untuk menyuarakan isi hati dari musisi yang ingin membagikan apa yang mereka rasakan kepada khalayak. Itulah tekad yang diusung para personel Speak Up sehingga mereka mengusung genre punk rock ini.
Speak Up juga sempat mengalami pasang surut dan sederet konflik sebuah band. Di akhir tahun 90-an Speak Up banyak mengalami konflik dan perubahan formasi, tapi mereka masih tetap berdiri tegak, dengan bendera punk rock sampai saat ini.
Speak Up membuktikan bahwa dengan musik punk rock yang dibawakannya dapat memberikan nuansa baru dan segar bagi para pecinta musik indie di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan album pertama mereka yaitu Believe Us, Trust Us pada tahun 1999.
Ali menyebut album pertama ini menjadi kesempatan dan batu loncatan untuk memperkenalkan Sepak Up lebih luas. "Gue mencoba mempromosikan band gue (Speak Up) ke kumpulan-kumpulan. Dengan album Believe Us, Trust Us itu menjadi sesuatu yang bisa gue bawa buat memperkenalkan Speak Up."
Menurut Ali, karena di awal terbentuknya Speak Up belum terdapat kemudahan informasi melalui media sosial seperti masa kiwari. Sehingga Ali dan para personil Speak Up mempromosikan band mereka melalui obrolan dari satu tongkrongan ke tongkrongan lain.
Kesuksesan itu disusul dengan munculnya album kedua mereka bertajuk Story of Our Life pada 2007. Ada 12 lagu di dalam album kedua Sepak Up di antaranya Interlude, The Greatness of Nature, 10.000 Miles, Semangat Ini, Dilema Kehidupan, Ilia (Part II), Sunset Slaves, Hopes And Purity, Story Of My Life, Somewhere Between Heaven And Hell, You, dan Jangan Pernah.
Lagu Jangan Pernah ini disebut-sebut Speak Up sebagai karya yang menjadi batu loncatan bagi mereka. Sejak mengeluarkan album pertama dan kedua, mereka kerap mengisi gigs-gigs di Jakarta.
Speak Up sempat mengalami masa 'hibernasi' dari sirkuit permusikan indie Indonesia. Lantas pada Maret 2016, Speak Up merilis album ketiga mereka bertajuk Lini Waktu.
Dalam perilisan album ketiga itu, Speak Up menggelar sebuah pertunjukan di 365 Ecobar, Kemang, Jakarta Selatan. Sejumlah single dari album ketiga ini mereka mainkan, mulai Politik Hampa Etika, Ilia (part lll), Indonesia Damai hingga Puisi Bumi.
Peluncuran album ketiga ini terbilang molor sekitar satu tahun karena kesibukan dari masing-masing personilnya. "Peluncuran ini sebagai bentuk penghormatan kami bagi fans yang sudah menunggu lama album ini," ujar Ali kala itu usai memainkan Politik Hampa Etika.

Manggung di Singapura
Karier bermusik Speak Up bahkan meluas hingga ke luar negeri. Pada 2009, mereka mendapat kesempatan manggung di Singapura pada sebuah acara gigs. Ali berkisah bahwa saat itu perjalanan yang mereka lakukan sangat sederhana.
"Sebetulnya tahun 2009 kita pernah main di gigs di Singapura. Kita main di sana cuma diberangkatkan ke sana, waktu itu kita ke sana dengan cara yang sangat indie," kenang Ali.
"Waktu itu juga pas sama album kedua kami yang baru rilis. Jadi kita bawa CD itu dan memberinya ke teman-teman di sana. Kata mereka lagu-lagu kami sering diputar di sana," sambung Aduy.
Ternyata, pengalaman manggung di Singapura 11 tahun lalu itu membawa Speak Up kepada pengalaman lebih besar. Pada 2019, mereka kembali mendapat kesempatan tampil di Singapura.
Speak Up tampil di sebuah acara bernama Baybeats 2019. Baybeats merupakan sebuah festival musik yang diadakan oleh Esplanade. Festival ini terbilang cukup terkenal karena sudah diadakan sejak 2008.
"Sebetulnya kita pun tidak menyangka bisa tampil di sana. Kami juga terbantu teman-teman kami di Singapura untuk membawa Speak Up ke Baybeats. Akhirnya gue dihubungi empat bulan sebelum acara, diminta bermain untuk Agustus. Anak-anak pastinya sangat bersemangat," ujar Aduy.
"Kita itu tampil sama band-band dari Filipina dan Korea Selatan. Tapi Speak Up bukan satu-satunya band dari Indonesia saat itu, ada juga Reality Club dan Ramengvrl."
"Pengalaman di sana secara event organizer mereka sangat disiplin. Mereka sangat on time soal waktu dan jadwal. Kita mendapat sedikit pujian dari EO-nya katanya kami cukup disiplin soal waktu dibandingkan band-band yang lain," kisah Ali soal pengalaman Speak Up bermain di Singapura.
"Dari segi acara memang berbeda, sudah berskala internasional. Secara fasilitas beda sekali, setelah check sound kita diarahkan ke ruang transit di sana ada kamar mandi, tempat make-up dan lain-lain."
ARTICLE TERKINI
Article Category : Super Buzz
Article Date : 09/10/2020
2 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Ericka Adelia
02/03/2025 at 22:14 PM
SRI YAYA ASTUTI
08/04/2025 at 16:29 PM