Head In The Clouds Jakarta akan berlangsung kurang lebih satu bulan lagi. Salah satu headliner yang paling dinanti di festival musik besutan 88rising tersebut adalah NIKI. Tentang NIKI, perempuan berusia 23 tahun itu rasanya tak perlu dikenalkan lebih jauh lagi, mengingat ia adalah salah satu musisi terbaik Indonesia saat ini yang mampu merengkuh popularitas di kancah musik dunia.
Yang ingin kita bicarakan di sini adalah "Moonchild". Ya, full album studio perdana NIKI. "Moonchild" jelas album yang monumental, karena itu juga menjadi album perdana yang NIKI keluarkan setelah masuk ke 88rising.
Omong-omong soal perdana, NIKI sejatinya sempat merilis dua EP sebelum "Moonchild", yaitu "Zephyr" dan "Wanna Take This Downtown?". Dua EP itulah yang bisa dibilang mengenalkan nama NIKI ke dunia. Namun, "Moonchild" yang membawa NIKI ke level yang tinggi, yang ia tempati saat ini.
Mengapa bisa seperti itu? Well, coba tengok ke segelintir prestasi yang NIKI catatkan bersama "Moonchild". Yang pertama, "Moonchild" sukses meraih gelar Best Asian Album of The Year versi NME Magazine pada 2020 lalu. Dalam tangga tersebut, "Moonchild" sanggup mengalahkan album-album dari musisi ternama seperti "Map of The Soul: 7" milik BTS dan "Soft Storm" dari Sunset Rollercoaster.
Dalam artikel seputar tangga lagu tersebut, NME menyatakan bahwa "Moonchild" adalah 'sebuah kompilasi dari lagu-lagu luar biasa'. NME menambahkan bahwa lewat "Moonchild", NIKI sukses memperlihatkan kebolehannya sebagai musisi Pop dengan luar biasa.
Pernyataan NME ini didasari oleh variasi-variasi yang NIKI tampilkan di dalam lagu-lagu yang ada di "Moonchild". Misalnya, ada irama-irama enerjik seperti lagu-lagu di "Lemonade" milik Beyonce yang terdapat di lagu "Wide Open (Foreword)" dan "Tide". Lalu, di lagu "Lose", ada sedikit ballad piano yang kerap Adele tampilkan.
Keserbabisaan itulah yang membuat "Moonchild" begitu populer dan dapat dinikmati oleh semua kalangan. Dan NIKI pribadi sepertinya memang menciptakan "Moonchild" seperti itu, tak terasosiasikan terhadap satu genre tertentu, tak mengacu terhadap satu formula tertentu.
“Jika bicara soal genre, aku pribadi tak tahu bagaimana caranya untuk mendeskripsikan album ini (Moonchild, red.). Album ini tak masuk ke dalam satu jenis musik tertentu, tapi aku malah ingin seperti itu,” tutur NIKI kepada Hypebae.
Soalnya, aku pribadi suka project seperti itu. Project yang mendorongku untuk melewati batas, yang tak terikat pada satu peraturan tertentu. Menurutku, musik itu memang sebuah bentuk ekspresi. Sebuah bentuk ekspresi jika mengacu pada satu formula akan membosankan. Kupikir itulah yang membedakan Moonchild dengan project-project yang aku buat sebelumnya. Aku melepaskan semua aturan dan batasan, aku membiarkan kreativitasku mengambil alih,” tambah perempuan bernama asli Nicole Zefanya itu.
Kompleksitas menjadi unsur yang tak terbantahkan di “Moonchild”. Dari situ, tak mengherankan jika NIKI mencurahkan segala energi dan pikirannya untuk menciptakan “Moonchild”.
“Kamu mungkin tak percaya aku sampai tak tidur untuk menyelesaikan album ini. “Moonchild” adalah project tersulit yang aku pernah jalani sejauh ini. Namun, semuanya jelas terbayarkan. Aku begitu bangga akan album ini dengan segala kekayaan yang ada di dalamnya,” ucap NIKI.
Soal “Moonchild”, NIKI menyatakan bahwa nama album tersebut muncul dari kebiasaannya menulis musik di tengah malam. Menurutnya, suasana malam membuatnya lebih semangat dan terinspirasi.
“Kata ‘moonchild’ muncul di pikiranku ketika aku menghabiskan sekian banyak waktu di malam hari hanya untuk menulis lagu. Lama-lama aku sadar bahwa aku lebih berenergi dan lebih punya inspirasi di malam hari ketimbang siang hari. Dari situ, aku menyebut diriku sebagai ‘anak sang bulan’. Kata itu tertanam di pikiranku dan aku selalu membayangkan itu,” ucap Niki.
Yang menarik, meskipun begitu variatif, “Moonchild” disusun dengan begitu detil dan tersusun oleh NIKI. Itu terlihat dari terbaginya “Moonchild” menjadi tiga bagian yang terinspirasi dari bulan.
Bagian pertama adalah bulan sabit, yang menurut NIKI menunjukkan rasa ingin tahu. Bagian pertama itu terdiri dari lagu “Switchblade”, “Nightcrawlers”, dan “Selene”.
Lalu, ada bagian kedua, gerhana, yang menunjukkan hilangnya harapan. Di bagian kedua itu diisi oleh “Tide”, “Pandemonium”, dan “Lose”.
“Moonchild” ditutup oleh bulan penuh (full moon), yang mengartikan kekuatan dan tumbuhnya harapan. Di bagian ketiga ini ada “Plot Twist”, “If There’s Nothing Left…”, dan “Drive On”.
Dari situ, tak mengherankan jika NIKI meminta orang-orang untuk mendengarkan “Moonchild” secara berurutan, dari track 1 sampai terakhir.
“Tolong dengarkan album ini berurutan dari awal sampai habis, seperti yang aku maksudkan,” tulis NIKI di Instagramnya ketika mengumumkan peluncuran “Moonchild”.
Nah, berikut ini adalah urutan lengkap “Moonchild”, yang terdiri dari 10 lagu, dari awal sampai akhir.
- “Wide Open (Foreword)”
- “Switchblade”
- “Nightcrawlers”
- “Selene”
- “Tide”
- “Pandemonium”
- “Lose”
- “Plot Twist”
- “If There’s Nothing Left…”
- “Drive On”.
Image source: https://www.instagram.com/p/CkLRt9Frzfv/
ARTICLE TERKINI
Article Category : Super Buzz
Article Date : 12/11/2022
8 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Andriyan Yan
16/01/2025 at 10:13 AM
Lukman Hakim
25/03/2025 at 16:38 PM
Muhamad Saifudin
22/04/2025 at 13:30 PM
Awaluddin Mansur
22/04/2025 at 22:35 PM
Sainuddin
24/04/2025 at 21:15 PM
Leli Mustika Krisliani
04/08/2025 at 09:38 AM
A. Kun n
13/08/2025 at 16:43 PM
Muhammad Jodi Indra
16/10/2025 at 09:18 AM