Berbicara tentang booming-nya skena emo dan pop punk di akhir tahun 1990-an hingga awal 2000-an berkat MTV, nama The Ataris merupakan salah satu yang kerap kali menghiasi layar kaca dengan single dan video klipnya yang cukup mampu menggugah emosi para pendengarnya. Terbentuk pada tahun 1996, The Ataris telah berhasil menelurkan 5 buah album sepanjang kariernya dan masih aktif mewarnai belantika musik rock di jagad mancanegara.
Pertama kali merilis album berjudul Anywhere But Here di tahun 1997, album perdana The Ataris cukup terbilang nyeleneh karena untuk sebuah album penuh tanpa embel-embel deluxe, album ini diisi oleh 20 lagu. Perhitungan yang cukup banyak untuk nomor di dalam sebuah album pada zaman itu. Selain itu, proses pengerjaan album ini hanya membutuhkan waktu kurang dari seminggu. Meskipun setelah sebelumnya beberapa kali The Ataris sempat merekam demo untuk mempelajari potensi dari karya-karya orisinil yang mereka buat.
Berkat kehadiran album perdananya dan pesta perilisannya di Missing Link Records, nama The Ataris secara perlahan mulai berhasil mendapatkan perhatian para penikmat musik punk rock saat itu. The Ataris juga mengoperasikan bandnya secara DIY, sebuah semangat yang identik dari citra skena punk. The Ataris juga sempat terafilisasi dengan Fat Wreck Records, label rekaman independen milik Fat Mike dari NOFX. Afiliasi tersebut melahirkan sebuah EP untuk The Ataris berjudul Look Forward to Failure yang rilis pada tahun 1998. Berkat afiliasi tersebut juga album kedua The Ataris yang berjudul Blue Skies, Broken Hearts...Next 12 Exits jadi hal yang ditunggu oleh para penggemarnya sekaligus para penikmat musik punk rock dan pop punk dan pada perilisannya berhasil mendapatkan atensi dan respon positif di industri musik saat itu, hingga berhasil masuk sebagai salah satu penampil untuk Vans Warped Tour di tahun 2001. Pada tahun yang sama The Ataris juga merilis album ketiganya, End Is Forever.
Meskipun berhasil mendapatkan respon positif dari para pendengar dan pegiat skena punk rock di Amerika Serikat, The Ataris baru dapat merasakan kesuksesannya secara komersial berkat rilisnya album So Long, Astoria yang dirilis di bawah Columbia Records. Berkat kerja samanya bersama salah satu perusahaan rekaman besar, The Ataris pun seakan mendapatkan kemudahan dalam melakukan proses rekamannya, Didukung dengan kehadiran Lou Giordano sebagai produser, The Ataris berhasil meramu formula yang berbeda dibandingkan dengan rilisan terdahulunya.
Dengan arahan musik yang lebih universal sekaligus pembahasan yang lebih relevan di masyarakat luas, album So Long, Astoria dari The Ataris berhasil menarik perhatian penikmat musik yang lebih luas. Pencapaian tersebut berhasil diraih oleh The Ataris berkat kehadiran dua buah single, In This Diary dan The Saddest Song yang cukup sukses diputar di berbagai media, seperti televisi serta radio. Didasari dengan pendekatan yang lebih personal untuk proses kreatifnya, album keempat dari The Ataris ini bahkan mendapatkan julukan dari penggemarnya sebagai album punk rock yang paling galau atau dianggap dapat menyayat hati para pendengarnya. Meskipun begitu, secara keseluruhan album ini juga dianggap sebagai album dengan nuansa yang paling optimis di antara album-album terdahulunya. Nuansa tersebut hadir melalui komposisi permainan musik yang lebih rock ketimbang musik punk rock atau pop punk lainnya.
Di album So Long, Astoria, The Ataris juga merekam sebuah lagu cover karya Don Henley, berjudul The Boys of Summer. Menariknya, single ini terdengar akibat sebuah ketidak sengajaan. Salah satu stasiun radio di Los Angeles, KROQ yang seharusnya memutarkan My Reply sebagai single kedua dari The Ataris malah memutarkan lagu hasil cover tersebut. Namun, ketidak sengajaan tersebut nyatanya membawa keuntungan bagi The Ataris. Lagu cover yang menjadi single tersebut akhirnya berhasil membawa The Ataris masuk ke dalam tangga lagu Billboard Hot 100 dengan menduduki posisi ke-20 untuk pertama kali dalam sejarah The Ataris. Kesuksesan secara komersial yang didapatkan oleh The Ataris juga menguntungkan penjualan album keempatnya tersebut.
Album keempat dari The Ataris berhasil terjual sebanyak 700.000 keping dan berhasil mendapatkan sertifikasi album gold. The Ataris juga menyumbang sebuah lagu untuk keperluan soundtrack film Spider-Man 2. Sayangnya, setelah mendapatkan kesuksesan secara komersial dan finansial, perbedaan pendapat mulai lahir di dalam tubuh The Ataris. Perbedaan tersebut berujung dengan keluarnya beberapa anggota The Ataris di pertengahan tahun 2004.
Menjadi salah satu album dengan pencapaian terbaik selama perjalanan karier The Ataris, akhirnya pada tahun 2019, band asal Indiana, Amerika Serikat ini merilis sebuah album sisi lain dari album keempatnya tersebut. Secara resmi The Ataris merilis So Long, Astoria Demos. Rilisnya album demo ini cukup menghadirkan nostalgia bagi para penikmat musik The Ataris yang masih setia menemani perjalanan karier mereka.
Album demo ini juga menawarkan warna musik yang berbeda dan lebih menonjolkan pemilihan karakteristik suara yang identik dengan album pertama dan keduanya. The Ataris sendiri mengakui bahwa inspirasi utama lahirnya album So Long, Astoria merupakan dari album keduanya yang berjudul Blue Skies, Broken Hearts...Next 12 Exits. Namun arahan produser dan Columbia Records kala itu memegang peran besar hingga membawa nama The Ataris menjadi lebih besar berkat rilisnya album keempat tersebut. Tahun 2007 jadi tahun terakhir untuk The Ataris merilis album penuhnya hingga saat ini. Album berjudul Welcome the Night juga jadi penanda berakhirnya kerja sama antara The Ataris dan Columbia Records.
ARTICLE TERKINI
1
                Daftar Jenis Bela Diri Jepang yang Populer di Indonesia
            
                                
                2
                5 Bela Diri Terkuat di Dunia yang Terkenal Paling Sulit dan Menyeramkan
            
                                
                3
                Speed atau Power? Lebih Unggul Mana di MMA? Jawabannya Bikin Lo Nggak Nyangka!
            
                                
                4
                Ada Harapan Cerah Buat Juventus Kalau Diasuh Luciano Spalletti
            
                                
                5
                Kekalahan Liverpool Adalah Sebuah Berkah di Balik Musibah, Ini Alasannya
            
                        Article Category : Super Buzz
Article Date : 26/11/2020
0 Comments
Other Related Article
            
                
            1
            /
            10
        
            Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
 
			 
								 
								 
								 
								 
								 
       
     
                         
                         
   
   
   
   
   
   
   
   
   
  
Please choose one of our links :