Math rock merupakan salah satu genre dari progressive rock. Namun, math rock bisa jadi berbeda karena subgenre musik ini memiliki ciri khas tersendiri seperti ritme yang cukup kompleks dan tidak biasa. Math rock tetap dalam genre rock karena dalam definisinya, musik rock merupakan musik yang memiliki beat keras yang didapatan dari rock n’ roll.
Di balik itu, math rock sebenarnya jenis musik yang tidak terlalu “keras”. Tapi, kadang-kadang bikin banyak pendengarnya bingung karena harus menghitung. Khususnya menghitung tempo atau ketukan tertentu. Benarkah begitu?
Sejarah Math Rock
Math rock pertama kali dipopulerkan oleh Steve Albini, King Crimson, dan Rush pada tahun 1980-an. Demikian dengan komposer musik minimal abad ke-20 seperti Steve Reich. Namun, math rock kembali populer di tahun 1990-an hingga sekarang. Musiknya pun lebih ramah di telinga. Math rock ditandai dengan kompleks, struktur ritmik atipikal (termasuk berhenti dan mulai tidak teratur), counterpoint, tanda waktu ganjil, melodi sudut, dan akord yang diperpanjang, sering disonan. Ini memiliki kemiripan dengan subgenre post-rock.
Seperti musik pada umumnya, musik rock memiliki ketukan 4/4, sementara blues rock memiliki ketukan 12/8. Namun berbeda dengan math rock. Math rock sendiri memiliki ketukan yang berubah-ubah. Bisa dibentuk dalam format ketukan 5/4, 7/8, 9/8, 11/8. Dari ketukan yang terus berubah ini, kita seakan-akan sedang diajak untuk menghitung bersama saat menikmatinya.
Lebih lanjut, umumnya subgenre math rock memiliki sedikit lirik, bahkan ada sebagian yang tidak memiliki lirik sama sekali. Band-band beraliran math rock ini lebih sering hanya alunan musik disepanjang menit yang akan kita dengarkan.
Band-band Math Rock Dunia
Album Red dan Dicipline oleh King Crimson, album Spiderland oleh Slint, umumnya dianggap pengaruh mani pada perkembangan math rock. Grup punk rock Kanada Nomeansno (didirikan pada 1979 dan tidak aktif pada 2016) telah dikutip oleh kritikus musik sebagai "pengaruh rahasia" pada math rock, mendahului banyak perkembangan genre lebih dari satu dekade.
Grup yang lebih avant-garde di era yang sama, Massacre, menampilkan gitaris Fred Frith dan bassis Bill Laswell. Dengan beberapa pengaruh dari energi punk yang cepat, musik berpengaruh Massacre menggunakan karakteristik ritmis yang kompleks. Album Black Flag, My War, yang dirilis tahun 1984 juga menyertakan poliritme yang tidak biasa.
Selain itu, math rock berkembang pesat di Asia, khususnya di Jepang. Grup band Jepang yang paling signifikan mengusung subgenre math rock ini seperti Toe, Tricot, dan Lite. Yona-Kit adalah kolaborasi antara musisi Jepang dan AS. Grup Jepang lainnya yang menggabungkan math rock dalam musik mereka termasuk Ling tosite Sigure, Zazen Boys, dan Mouse on the Keys. sementara skena Japanoise menampilkan band-band seperti Ruins, Zeni Geva, Boredoms dan Aburadako. Skin Graft Records dan Tzadik Records telah merilis album math rock Jepang di Amerika Serikat. Sebuah band penting dari Taiwan adalah Elephant Gym, yang dikenal dengan melodi yang digerakkan oleh bass dan ritme yang tidak teratur.
Skena math rock di Eropa dimulai pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an. Muncul band-band seperti Adebisi Shank (Irlandia), Kobong (Polandia), The Redneck Manifesto (Irlandia), Three Trapped Tigers dan TTNG (Inggris Raya) dan Uzeda (Italia). Kemudian ada nama lain seperti Foals (Inggris) dibentuk pada tahun 2005.
Band dari Washington, D.C., Amerika Serikat, muncul juga band math rock seperti The Dismemberment Plan, Shudder to Think, Hoover, Faraquet, 1.6 Band, Autoclave, kemudian Jawbox, dan Circus Lupus. Polvo dari Chapel Hill, North Carolina sering dianggap sebagai salah satu batu penjuru math rock, meskipun band telah menolak kategorisasi itu.
Di California, grup math rock dari San Diego seperti Upsilon Acrux, Drive Like Jehu, Antioch Arrow, Tristeza, No Knife, Heavy Vegetable, dan Sleeping People. Band math rock California Utara termasuk Tera Melos, Game Theory dan The Loud Family, keduanya dipimpin oleh Scott Miller, yang dikatakan "bermain-main dengan pop seperti seorang matematikawan yang mengotak-atik angka". Asal usul nama Game Theory adalah matematika, menunjukkan suara "hampir seperti matematika" yang disebut sebagai "IQ rock."
Di Indonesia sendiri ada juga beberapa band math rock seperti LeftyFish dari Yogyakarta. Mathcore dan free jazz LeftyFish diselimuti teriakan yang sedikit cute tetapi liar. Ada juga sahutan terompet yang janggal terdengar tetapi memiliki kesan magis tersendiri ketika repertoar mereka menjejali telinga. Dari Bandung ada Hulica. Band ini adalah salah satu band yang mengusung musik kompleks ala math rock yang tidak pernah membuat kecewa para pendengarnya.
Jauh-jauh dari daratan Borneo, Murphy Radio menjadi nama band math rock yang tidak bisa dipinggirkan. Album self-titled-nya mengantarkan formula math rock hingga bisa didengar di kancah yang lebih populis negeri ini, menjadikan banyak orang sadar akan kehadiran musik semacam mereka yang tampaknya sangat “segmented” pada awal kemunculanya. Kemudian unit math rock asal Jakarta, eleventwelfth, yang memiliki tradisi cukup unik. Mereka selalu melepas materi terbarunya di tiap tanggal 11 Desember. Berbeda dengan nama-nama band sebelumnya, mereka memainkan math-rock dengan ringan. Bahkan di beberapa materi awal mereka, formula math-rock mereka hanya terdengar samar-samar.
Band math rock di kancah lokal selajutnya adalah unit asal Bandung juga, Lightspace, yang digembar-gembor sebagai band post-rock tulen ternyata banyak mengambil referensi musik dari ranah math rock semisal toe dan te’. Di balik manuver post-rock yang membanjiri repertoar mereka, muncul pula bagian-bagian math rock.
Image source: Shutterstock
ARTICLE TERKINI
Article Category : Super Buzz
Article Date : 28/01/2022
10 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
MArsin
03/02/2025 at 15:28 PM
AKHMAT KHUDDORI
16/02/2025 at 20:33 PM
Nazrul Arifin
11/03/2025 at 15:23 PM
SARI ASTUTI
21/03/2025 at 17:59 PM
SAKIYONO IYOK
14/05/2025 at 15:30 PM
GUGUS INDRA WICAKSONO
01/06/2025 at 11:58 AM
KARYADI KARYADI
20/06/2025 at 10:02 AM
Ricka Dwi Ayu Ningtyas
02/07/2025 at 20:26 PM
Charlie Hutabarat
21/11/2025 at 07:07 AM
Charlie Hutabarat
21/11/2025 at 07:09 AM