Silampukau menambah lagi rilisan lagu dalam dalam diskografi mereka. Lantun Mustahil dirilis oleh Silampukau pada awal bulan Mei yang lalu.
Lantung Mustahil adalah lagu yang diambil dari cerita mengenai kecemasan manusia dalam sebuah pelayaran tentang apa yang akan datang, yang jika ditarik lurus, mirip dengan apa yang dialami oleh semua ketika dunia dihantam badai pandemi beberapa tahun belakangan. Selain itu Lantun Mustahil ini dibawakan sebagai sebuah penyambutan dari Silampukau untuk datangnya angin muson timur ke wilayah Indonesia.
Dalam rilisan persnya, Silampukau menuturkan, "Kelemahan manusia dalam memprediksi masa depan yang menyebabkan musibah senantiasa terasa datang seketika tanpa peringatan, juga kemustahilan situasi yang harus ditanggung tanpa bisa sepenuhnya dikendalikan, adalah tema yang mendasari single baru". Lantun Mustahil ini juga jadi cerita kecil dari Silampukau untuk menyemarakkan kisah-kisah celaka yang masih terus menghantui pekerja lautan hingga saat ini.
Lantun Mustahil ini ditulis langsung oleh kedua personil Silampukau yang juga dibantu oleh Indra Perkasa yang mengisi posisi produser sekaligus sound engineer. Penggarapan lagu ini seluruh prosesnya dilakukan oleh Silampukau sepanjang bulan Maret.
Silampukau adalah band indie folk yang berasal dari Surabaya, Indonesia yang pertama kali terbentuk pada tahun 2009. Silampukau hadir dengan ciri khas musik sendu dengan lirik-lirik kritis. Penampilan duo Kharis Junandharu dan Eki Tresnowening menjadi khas karena hampir semua lagu bergenre folk yang mereka bawakan itu bercerita tentang kota Surabaya. Mulai permasalahan sosial, suasana kota, hingga perempuan penghiburnya. Potret Surabaya pada lagu-lagu Silampukau memang tak sepenuhnya manis. Mereka berusaha menggambarkan wujud Kota Pahlawan secara apa adanya. Hiruk pikuk jalanan, lokalisasi Dolly (Si Pelanggan), kemacetan Jalan Ahmad Yani (Malam Jatuh di Surabaya).
Silampukau sebenarnya mulai terbentuk pada tahun 2008 silam. Bosan dengan format band adalah konsep awal terbentuknya duo musisi ini. Pada tahun 2009, band yang dibentuk Kharis mengalami kebuntuan, dan Eki, yang sebelumnya mengawali karier per-skena-an sebagai manajer band, memutuskan untuk menjajal kemampuan olah vokal lewat suara bariton. Kharis yang sebelumnya pernah menggawangi beberapa band, termasuk band keroncong Miniboyo Concours, memutuskan untuk berencana membuat band folk. Akhirnya bertemulah Kharis dengan Eki Tresnowening, personil band Stunning Bird dan bermain bersama di salah satu orkes keroncong yang dibina Jathul Sunaryo, tokoh keroncong di Kampung Petemon. Pria itu berjasa bagi awal karier Silampukau. Dari momen inilah kemudian Kharis dan Eki memutuskan berkolaborasi dan membentuk Silampukau. Arti Silampukau adalah kepodang, burung kuning keemasan yang indah dengan kicauan merdu.
Di awal kemunculannya di tahun 2008, Silampukau merilis single Berbenah. Selain itu mereka juga merekam album mini secara live bertajuk Sementara Ini yang berisikan empat lagu: Cinta Itu, Hey, Sampai Jumpa, dan Pagi. Single Berbenah dan album Sementara Ini oleh mereka diperbolehkan diunduh gratis melalui internet di halaman Soundcloud. Respons positif dari penyuka musik folk dengan cepat mereka dapatkan.
Setelah itu Silampukau sempat mengalami masa hiatus hingga butuh waktu enam tahun untuk berproses dan menghasilkan lagi dalam dunia musik. Album Dosa, Kota, & Kenangan akhirnya hadir di tahun 2015 dengan sepuluh lagu di dalamnya. Ternyata masa hiatus yang dialami Silampukau memberikan dampak positif dan melengkapi pengetahuan mereka akan musik. Meskipun belum di-launching pada saat itu, tetapi beberapa lagu sudah bocor dan bisa dinikmati di halaman youtube, misalnya lagu Puan Kelana. Video Puan Kelana ini adalah rekaman aksi panggung Silampukau saat tampil di acara Folk Music Festival 2014 dalam Sunday Market di Surabaya Town Square (Sutos).
Silampukau pun merekam album Dosa, Kota, & Kenangan secara gotong-royong. Proses recording memakan waktu sekitar satu bulan, kemudian mastering dan mixing memakan waktu sekitar tiga bulan. Silampukau bergotong-royong dan mengandalkan pertemanan dalam proses album ini. Berbeda dengan mini album terdahulu yang direkam secara live, di album Dosa, Kota, & Kenangan ini direkam secara track. Rekamannya kebanyakan dilakukan di rumah. Kharis dan Eki yang mengisi vokal dan gitar akustik, juga dibantu tiga additional player. Mereka adalah Doni Setiohandono (akordion), Erwin B Saputra (drum), dan Rhesa Filbert (bass). Ketiga additional player ini juga sering membantu penampilan Silampukau di setiap konser bertema full band.
Lagu-lagu di album terbaru bersuara tentang Surabaya. Lagu berjudul Si Pelanggan, misalnya, menceritakan Dolly yang begitu terekam di dalam ingatan masyarakat Surabaya. Ditambah dengan denting piano, liriknya begitu puitis. Lalu ada lagu berjudul Bianglala. Lagu tersebut menceritakan Taman Hiburan Rakyat yang sudah menjadi ikon Kota Surabaya dan masyarakatnya. Selain itu, ada lagu Doa 1 mengenai mimpi mereka bermusik indie di Surabaya yang mengandung lirik satire. Selain Si Pelanggan, album itu memuat tembang Lagu Rantau (Sambat Omah) yang bercerita mengenai pergulatan hidup di kota besar dan ada pula kisah penjualan minuman keras dalam lagu Sang Juragan.
Ide mengenai lagu-lagu itu, diakui duo Silampukau berasal dari obrolan warung kopi. “Di warung kopi, koreng-koreng kehidupan dikelupas dan dipamerkan dengan bangga. ‘Saya pernah begini, saya pernah begitu’, semua dosa dipaparkan dan semua prestasi dipamerkan. Di situ narasi-narasi tentang kota lebih hidup ketimbang lewat mata akademisi atau politikus,” kata Kharis. Karena mengangkat obrolan di warung kopi itulah, Kharis dan Eki mengaku tidak pernah berupaya mengadvokasi dan mewakili suatu kaum di kota.
Image source: Pop Hari Ini
ARTICLE TERKINI
Article Category : Super Buzz
Article Date : 04/06/2022
8 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Maoreen Lokito
20/02/2025 at 08:27 AM
SARI ASTUTI
09/04/2025 at 14:21 PM
Nicolas Filbert Tandun
11/04/2025 at 11:14 AM
O Heni
12/04/2025 at 05:11 AM
Lukman Hakim
28/07/2025 at 20:05 PM
Muhamad Saifudin
19/09/2025 at 21:55 PM
Heri Suprapto
05/11/2025 at 10:18 AM
Agus Samanto
14/11/2025 at 23:37 PM