Makin banyak elemen publik yang melayangkan protes untuk merespons krisis iklim yang kian memburuk. Tentunya, kemasan dari protes itu kian beragam. Ada yang melakukan demonstrasi, ada yang melakukan kampanye di sosial media, ada yang menciptakan satu dokumenter. Dan, yang Softcult lakukan adalah menyanyikan Drain.
Drain merupakan single teranyar dari Softcult, band asal Kanada yang terdiri dari dua perempuan kembar, Mercedes Arn-Horn dan Phoenix Arn-Horn. Softcult merilis Drain di awal November 2022, dan lagu tersebut akan masuk ke EP mereka, see you in the dark, yang akan segera dirilis pada Maret 2023 mendatang.
Nah, lewat Drain, Softcult melayangkan protes keras terhadap korporasi dan orang-orang yang punya kekuatan di atas sana. Menurut Softcult, orang-orang dan perusahaan-perusahaan itu terus menerus mengeruk uang meski mereka tahu bahwa ulah mereka merusak planet ini. Tak hanya itu, Arn-Horn bersaudara juga meyakini bahwa ‘aksi sosial’ orang-orang itu hanyalah performatif belaka, tanpa ada substansi yang nyata.
“Menjijikkan rasanya melihat perusahaan-perusahaan dan orang-orang yang punya kekuatan itu. Prioritas mereka hanyalah mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya. Tak pernah sekalipun mereka memikirkan keberlangsungan lingkungan hidup kita,” ucap Mercedes Arn-Horn, dikutip dari Kerrang.
“Aku semakin jijik melihat aksi-aksi sosial mereka. Itu semua performatif saja, tak ada solusi nyata yang mereka hadirkan. Kita semua dimanipulasi dan dibohongi dengan cara yang luar biasa buruk,” tambahnya.
Kemarahan Softcult bisa dirasakan tak hanya dari lirik yang mereka tuliskan di Drain saja, tetapi juga lewat musik yang mereka ciptakan. Ya, di Drain kalian akan mendengar musik a la punk yang terasa lebih gelap. Yang menarik, vokal yang dilantunkan Mercedes Arn-Horn tak menggebu-gebu, tetapi emosi yang ia ingin sampaikan dapat kita rasakan.
Bicara soal gelap, video musik Drain juga menghadirkan visual seperti itu. Tak ada warna di video musik Drain, hanya hitam-putih saja, Superfriends.
Sudah pasti bahwa Softcult mengemas Drain dengan sedemikian rupa untuk satu alasan: Mengingatkan perusahaaan dan orang-orang yang berkuasa untuk segera berubah. Pasalnya, jika tak ada perubahan nyata yang mereka lakukan, Bumi ini bisa segera musnah dalam waktu yang singkat.
“Ada banyak orang di luar sana yang sebenarnya bisa memecahkan masalah kelaparan di dunia ini hanya dengan menyumbangkan 10% harta yang mereka punya. Ada banyak orang berkuasa yang bisa menciptakan aturan untuk menanggulangi krisis iklim demi mencegah Bumi ini mati lebih cepat dan menyelamatkan generasi yang akan datang, kata Mercedes Arn-Horn.
“Namun, yang mereka lakukan hanyalah menimbun uang mereka sebanyak-banyaknya ketimbang menyisihkan sedikit apa yang mereka punya untuk menyelamatkan dunia ini. Bodoh rasanya berpikir para milyuner itu mau menyelamatkan Bumi ini. Mereka hanya satu persen di dunia ini, tapi keserakahan mereka bisa menghancurkan kita semua,” tukas Mercedes Arn-Horn.
Bagi Softcult, musik adalah medium untuk melontarkan keresahan mereka atas isu-isu yang berdampak besar di masyarakat, mulai dari kekerasan seksual, feminisme, hingga kesehatan mental. Menurut last.fm, Softcult memang terinspirasi dari band-band seperti Bikini Kill dan riot grrrl yang juga menggunakan musik untuk aktivisme.
“Kami menggunakan nama Softcult karena band kami ini memang bertujuan untuk mengomentari isu sosial. Sebuah ‘kultus yang lembut’, yang mungkin bisa diterjemahkan ke pemerintahan, keluarga, dan tentunya band,” ucap Mercedes Arn-Horn kepada last.fm.
“Kita semua tak pernah bertanya jika berada di satu kelompok tertentu. Kita semua berada di sebuah ‘soft cult’ yang mungkin kita tak sadar,” tambahnya.
Satu contoh lagu Softcult yang membahas kekerasan terhadap perempuan adalah Uzumaki. Diambil dari nama manga terkenal Jepang, Naruto, Uzumaki menjadi cara Softcult untuk mengajak pendengar mereka lebih sadar akan banyaknya kasus kekerasan yang terjadi kepada perempuan di dunia.
“35% perempuan di dunia ini pernah mengalami kekerasan. Ini adalah masalah besar yang mungkin tabu bagi orang. Aku sendiri pernah mengalami ini, dan aku menolak untuk diam di tengah permasalahan yang besar ini. Penting bagiku untuk mengingatkan orang-orang bahwa mereka yang melakukan kekerasan seksual harus dihukum dan mereka yang bicara akan hal ini harus didukung,” kata Mercedes Arn-Horn kepada DIY Magazine.
Image source: https://www.instagram.com/p/CeowJheJgzF/?hl=en
ARTICLE TERKINI
Article Category : Super Buzz
Article Date : 30/11/2022
9 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Riani El
13/11/2024 at 09:36 AM
Yohanes Hariono
21/01/2025 at 14:44 PM
SAWI TRI
07/03/2025 at 16:15 PM
Muhamad Saifudin
09/04/2025 at 20:33 PM
YUSIA KRISTANTO
29/04/2025 at 18:15 PM
Yanti a
30/04/2025 at 20:21 PM
FITA RUSMAWATI
29/05/2025 at 09:47 AM
ANDI WITONO
24/06/2025 at 11:40 AM
MA Roz
30/08/2025 at 23:02 PM