Adrian Adioetomo, perintis kebangkitan skena blues tanah air, kembali beraksi. Aksinya kali ini ditunjukkan lewat sebuah cerita terbaru berupa single bertajuk Volatile Love. Single ini masuk ke dalam album Self-titled yang dirilis pada awal tahun 2021 lalu.
Bersama dengan pelepasan single Volatile Love, Adrian Adioetomo juga melengkapinya dengan rilisan video musik untuk lagu ini. Video musik Volatile Love digarap oleh sutradara Allan Soebakir.
Single Volatile Love berkisah tentang romantisasi keadaan pertaruhan melawan ketidak-pastian emosi ketika mempertahankan seseorang. Romantisasi ini dihadirkan sambil melihat bahwa dahaga cinta yang sedang melalui ledakan demi ledakan emosi seseorang secara random adalah sesuatu yang seksi.
Single ini disusun masih dalam koridor sound yang sama dengan seluruh lagu-lagu dalam albumnya. Uniknya, Adrian Adioetomo menggabungkan permainan gitar slide yang identik dengan musik blues dengan sound fuzz elektrik yang cenderung “hancur.”
Suara-suara inilah yang dipakai untuk melukiskan kesan dalam pertemuan antara dahaga cinta tadi dengan ledakan-ledakan emosi. Adrian Adioetomo juga menambahkan bunyi-bunyi dan nada-nada khas dari musik India sebagai detail yang perlu diantisipasi.
Volatile Love merupakan lagu di urutan keempat dalam 14 lagu yang muncul dalam album keluaran 2021 itu. Lagu ini berdampingan dengan Underneath The Ground, Everything Gone Wrong, dan Burning Blood, Cold Cold Ground, serta lagu-lagu lainnya.
Terkait lagu ini, Adrian Adioetomo mengatakan, “Subyek dalam lagu ini tetap relevan karena juga berkisar tentang perihal abstrak sebuah hubungan, kali ini mengetengahkan tentang perihal mempertahankan seseorang walau harus bertaruh dengan ketidakpastian emosinya.”
Berangkat dari tema itulah video musik itu digarap oleh Allan Soebakir dengan menggunakan interpretasinya sendiri. Visualisasi dalam video musik itu disesuaikan dengan sound secara keseluruhan dari Volatile Love yang khas agar berada di dalam benang merah yang sama.
Album self-titled keluaran tahun 2021 karya Adrian Adioetomo itu adalah tindak lanjut dari album yang dirilis tahun 2016, yaitu EP Apaan. Album self-titled ini masih bisa didapatkan di seluruh jaringan distribusi Demajors.
Album self-titled ini digarap bersama solois bersama beberapa kerabatnya yang turut mengisi sejumlah instrumen sepeti harmonika oleh Fajri Navarry, pedal steel oleh Amrus Ramadhan, bass oleh Bonny Sidharta, dan banjo oleh Samantha Lee Martin sambil membantu vokal.
Saat perilisan albumnya kala itu, Adrian Adioetomo mengatakan, “Secara musikalitas, album ini adalah peron alternatif untuk bereksplorasi, pergi merantau dari ranah delta-blues tradisional. Secara tema, ini merupakan dramatisasi esai-visual-impresi fatal dari masalah kuno percintaan dan kehidupan.”
Pada Februari 2021 lalu, Adrian Adioetomo merilis materi lagu berjudul Burning Blood, Cold Cold Ground. Rilisan lagu dari Delta bluesman Indonesia ini langsung menunjukkan karakternya yang otentik dan turut memberi warna lain dalam industri musik tanah air. Single Burning Blood, Cold Cold Ground ini dihadirkan dalam nuansa dan tema yang gelap.
Lagu Burning Blood, Cold Cold Ground ini adalah bagian dari album Self-titled yang rilis pada tahun yang sama. Lagu ini mungkin terdengar enteng, namun kisah di baliknya cukup dalam karena bicara tentang daya tarik gravitasi kemurkaan dan bagaimana seseorang kemudian bisa tersedot ke dalam kemurkaan itu. Lirik lagu ini menggambarkan kesan tidak peduli terhadap segala hal, termasuk kepada diri sendiri.
Untuk musikalitasnya, single Burning Blood, Cold Cold Ground ini mengusung permainan gitar yang mengandalkan slide khas Delta-blues dan bluegrass. Bedanya dan yang membuat unik adalah, permainan gitar di lagu Burning Blood, Cold Cold Ground itu ditabrakkan dengan aransemen avant-garde serta pilihan sound-nya. Komposisi ini mendorong sound gitar akustik yang bersih dengan sound distorsi elektrik.
Sementara untuk melodi vokalnya, Adrian Adioetomo banyak mengambil referensi dari pekikan Delta Blues—yang kesan polos dari suaranya dapat memberikan kesan kontradiktif demi menyeimbangkan lagu berdurasi hampir lima menit itu.
Burning Blood, Cold Cold Ground merupakan trek pertama di album Self-titled yang mengawali 13 lagu lainnya.
Adrian Adioetomo dikenal sebagai pionir Delta blues di Indonesia. Sambil merintis bangkitnya skena blues tanah air, Adrian Adioetomo turut melibatkan sejumlah musisi seperti Jubing Kristianto dan Kartika Jahja. Adrian juga bermain bersama band Raksasa bersama Franki Indrasmoro atau Pepeng Naif.
Citranya yang dibangun bersama gaya bermusik khas Delta Blues juga memadukan elemen-elemen rock, alternative, dan dark country. Pada 2017 lalu, Adrian Adioetomo diganjar penghargaan Anugerah Musik Indonesia untuk lagunya yang berjudul Tanah Ilusi.
Album Self-titled miliknya seolah-olah ingin memberi simbol bahwa ia adalah seorang penyendiri yang menggapai tanah tak terjamah sambil tetap membawa kedua tradiri, yaitu tradisi blues Amerika dan tradisi dari tanah kelahirannya. Lewat album barunya tahun 2021 itu, Adrian menemukan cara unik untuk tetap berpijak pada kenyataan sembari membiarkan perasaan-perasaan tak terucap terus bergulir.
Image source: Pop Hari Ini
ARTICLE TERKINI
Article Category : Super Buzz
Article Date : 20/06/2022
2 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Hermawan Hermawan
20/06/2025 at 11:01 AM
Muhamad Saifudin
02/09/2025 at 23:18 PM