Buat para pendaki Indonesia, Warung Mbok Yem sudah nggak asing lagi. Nama aslinya Wakiyem. Wanita berusia 60 tahun itu satu-satunya pemilik warung yang berada di puncak Gunung Lawu. Bisa jadi, warung pecel Mbok Yem itu jadi warung yang paling tinggi di Tanah Air, atau mungkin di dunia.
Menu makanannya biasa saja, pecel seperti pada umumnya. Yang bikin beda, letaknya itu bro. Kalau disandingkan dengan tinggi gunung di Indonesia, posisi Warung Mbok Yem ini sama seperti puncak Gunung Sindoro, Jawa Tengah. Siapa pernah coba?
[readalso url=21295]
Sudah Ada Sejak Tahun 1980-an
Tak ada hiasan atau ornamen khusus dari Warung Pecel Mbok Yem ini. Boro-boro artistik, kios ini hanya berdinding kayu. Tapi bukan soal kondisi bangunan yang dibahas. Warung Mbok Yem ini legenda bro. Satu hal yang harus jadi pemantik buat hidup lo nih bro, Mbok Yem bertekad untuk mencari nafkah di Gunung Lawu. Meski harus menempuh waktu 6 sampai 7 jam. Belum lagi suhu udara di puncak sampai minus 5 derajat celcius. Salut buat Mbok Yem!
Meski demikian, Mbok Yem nggak sendiri saat berjualan di Gunung Lawu. Dia dibantu kerabat dekatnya. Mbok Yem dan kerabatnya itu berbagi tugas. Partner Mbok Yem yang seluruhnya laki-laki bertugas mengantar barang sampai ke puncak Gunung Lawu. Biasanya tiga kali dalam seminggu.
Mbok Yem Turun Gunung Setahun Sekali
Image source: minumkopi.com
Selama setahun, Mbok Yem hanya sekali dalam setahun turun gunung untuk pulang kampung. Itu juga biasanya waktu momen lebaran aja. Meski buka usaha di tempat yang nggak lumrah, omzet Mbok Yem nggak sembarangan. Dalam sehari warungnya bisa melayani 200 sampai 300 pendaki. Satu porsinya berkisar Rp 10 ribu, itu harga dua tahun yang lalu.
Selama setahun, pengunjung selalu ramai ketika masuk momen hari kemerdekaan RI, 17 Agustus dan bulan Suro. Adanya Warung Mbak Yem sangat menguntungkan buat para pendaki. Perut mereka dijamin nggak akan kosong selama pendakian.
Selain pecel, Mbok Yem juga menyediakan menu lain seperti soto, gorengan, mie instan dan berbagai minuman. Kerja dan usaha yang keras memang tak membohongi hasil akhir. Dari jualannya di puncak Gunung Lawu, Mbok Yem bisa membeli rumah di Magetan, kampung halamannya.
[readalso url=21286]
Sumber Listrik dari Tenaga Matahari
Pertanyaan simpel soal letak warung Mbok Yem yakni sumber listriknya dari mana? Apalagi di warung Mbak Yem ada televisi, kulkas, penanak nasi, dan juga lampu penerangan. Memang PLN sampai ke Puncak Gunung? Jawabannya nggak!
Energi listrik di warung Mbok Yem menggunakan panel surya yang menangkap panas matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik. Panel surya itu ditaruh di atas atap warung. Ada dua benda persegi panjang berwarna hitam dengan corak kotak-kotak.
Benda itu yang mengonversi energi matahari menjadi listrik. Dari situ, televisi dan peralatan elektronik di Warung Mbok Yem berfungsi sebagai mana mestinya. Nggak sedikit juga para pendaki yang mampir memanfaat istrik untuk sekarar mengisi daya baterai ponsel.
Warung Tertinggi di Gunung Lawu Sudah Ada Sejak 1920
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Magetan rupanya memiliki arsip yang baik terkait puncak Gunung Lawu. Warung tertinggi di Puncak Lawu ternyata sudah ada sejak zaman Belanda. Buktinya lewat foto yang disimpan Pemerintah Kabupaten Magetan.
Foto itu masih hitam putih. Diinformasikan itu arsip pada tahun 1920-an yang memperlihatkan pendaki Belanda sedang beristirahat di warung berdinding anyaman bambu. Usut punya usut, foto itu dimiliki pihak Pemkan dari Tropenmuseum, museum antropologis yang berlokasi di Amsterdam, Belanda.
ARTICLE TERKINI
Author :
Article Date : 14/03/2020
Article Category : In Depth
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :