Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Menembus Hutan Prau demi Secercah Gymnaphora

Saya sudah memasukkan handle untuk mengaktifkan sistem 4 WD ke posisi 2L, dan keempat roda Toyota FJ-40 yang kami kendarai berputar seiring raungan mesin 4500 cc di balik kap depan. Tapi usaha kami sia-sia. Mobil kami tidak beranjak, dan kami tetap berada di punggungan gunung yang hanya muat satu mobil kami saja, kanan dan kiri kami jurang.

Teks & Foto: Bernard T. Wahyu Wiryanta

Saya mematikan mesin dan teman lain mengganjal roda. Kami berada di jalan menanjak yang hampir 90o, di tengah hutan hujan tropis di kawasan Gunung Prau di Jawa Tengah. Sebelumnya ketika mencoba mundur, ban kami bergeser. Jika terperosok ke kanan kami akan terguling ke jurang, ke kiri juga sama. Jadi, teman seperjalan mencoba survei jalan di depan kami, sementara tunggangan kami mendinginkan mesinnya.

Jalan di depan kami, untuk sampai pos terakhir lewat kota Bawang ternyata longsor dan kami tidak bisa lewat. Sementara itu, kami juga sudah tidak bisa mundur lagi. Ban kami terlalu licin, juga karena tekanan anginnya terlalu tinggi. Kami Cuma berempat, dan hanya memakai satu mobil tanpa winch. Namun 2 orang penduduk kemudian datang membantu kami. Mobil kami hidupkan, mundur perlahan dan teman-teman dibantu penduduk yang lewat menjaga mobil supaya tetap pada jalurnya. Ketika mobil hampir melewati batas jalan di bibir jurang maka mereka mendorongnya ke tengah. Setengah jam berjuang, kami terbebas dan lolos dari kemungkinan terguling. Kami berputar arah dan menuruni Gunung Prau.

Bernard T. Wahyu Wiryanta

Meninggalkan hutan, kami masih sempat beberapa kali berhenti untuk melihat hidupan liar yang ada di Gunung Prau. Beberapa anggrek bermekaran, dan burung kicauan menghibur kami. Bau humus hutan basah khas hutan hujan tropis sangat menyegarkan. Kami kemudian mencari jalanan lain yang agak jauh memutar, melewati hutan dan sejenak dihibur dengan hamparan kebun teh di desa Kembang Langit. Jalanan aspal yang rusak disana-sini dan tanjakan curam kali ini berhasil dilibas oleh keempat ban offroad yang terpasang di Hardtop kami. Lebih dari 3 jam kemudian kami sampai di jalan aspal yang menghubungkan Dieng-Banjarnegara. Kami langsung menuju desa Patak Banteng di lereng Gunung Prau.

Di Patak Banteng, kami meminta izin kepada Kepala Desa untuk naik ke Puncak Prau. Kami kemudian menginap di salah satu rumah warga yang berprofesi sebagai petani kentang. Suguhan pertama yang kami terima adalah anglo (tungku tanah) yang berisi arang membara untuk menghangatkan badan. Selanjutnya teh tubruk panas, dan nasi yang masih mengepul dengan sayur kentang dan cabai hijau. Selebihnya, kami semua terlelap dalam sleeping bag, menunggu pagi.

Pagi hari, dalam suhu dingin kami meninggalkan Hardtop kami dan memulai perjalanan ke puncak Prau. Lowe Pro Nature Trekker AW II yang berisi 3 kamera DSLR pro yang berat dan berbagai macam lensa ini menghambat perjalanan. Dan kami mendapati sunrise ketika masih dalam perjalanan. Di puncak, kami mengabadikan landscape bukit teletubies, juga jajaran gunung-gunung lain di Jawa Tengah yang terlihat dari puncak Prau di ketinggian 2590 m dpl. Kami mencari keberadaan Nepenthes gymnamphora di sekitar puncak. Hasilnya nihil. Maka setelah sarapan, menjelang tengah hari kami turun dan berencana menjelajah hutan di sisi sebaliknya. Kami memutari gunung melewati lembah diantara Gunung Prau dan Gunung Sindoro, dan naik dari dusun terakhir di dusun Kenjuran. Di dusun terakhir, di rumah terakhir, kami dijamu nasi jagung di dapur warga sebelum naik.

[bacajuga url=17404]

Hujan turun ketika kami mulai menyusuri jalanan di salah satu punggungan Gunung Prau. Di batas hutan kami mendirikan tenda dan memasak. Hujan masih saja turun sampai pagi hari ketika waktunya sunrise.

WHY_0008

Pagi hari kami melanjutkan perjalanan naik ke hutan diiringi oleh kicauan burung, kokokan ayam hutan hijau (Galus varius), dan di atas elang jawa (Nisaetus bartelsi) terbang berputar mengincar mangsa. Di jurang dibawah kami kemudian terdengar suara auman kucing besar sedang berkelahi. Gunung Prau merupakan habitat macan kumbang dan macan tutul (Panthera pardus melas) dan menurut laporan warga masih terlihat juga harimau jawa (Panthera tigris sumatrae). Jadi kami segera mengambil kamera dan kampak genggam untuk membantu menuruni tebing. Dibawah, kami hanya mendapati semak yang rusak bekas perkelahian kucing besar ini. Kami kembali naik dan melanjutkan perjalanan.

WHY_0098

Hujan masih saja turun, berselang dengan kabut yang menghambat perjalanan kami. Medan yang kami lalui semakin menanjak dan jalanan dipenuhi oleh pakis resam (Glichenia linearis). Kaki kami terbenam dalam semak pakis resam ini sampai sebatas lutut. Tempat yang kami lalui, gelap terlindung oleh rapatnya kanopi hutan hujan tropis Gunung Prau. Di beberapa pohon besar, puluhan anggrek Eria sp. sedang mekar. Di sepanjang jalan tadi kami juga menemui beberapa kotoran hewan dari jenis kucing besar.

Masih dalam hujan kami melanjutkan perjalanan, dan tas gendong kami semakin berat karena basah. Sore hari, hujan reda, kabut menghilang ketika kami berada diketinggian kurang lebih 2000 m dpl. Kami menyibak resam dan mendapati Nepenthes gynmnamphora. Dalam kondisi minim cahaya kami memotret Nepenthes ini dengan lensa makro dan bukaan lebar. Hanya sepuluh menit kami memotret, ketika selesai memotret, kabut turun kembali, dan hujan gerimis. Hujan tambah lebat bercampur badai. Perlahan kami meneruskan perjalanan sampai menemukan tempat strategis untuk membuka tenda.

Pagi hari ketika cuaca cerah kami berpencar mencari habitat N gymnamphora. Akhirnya kami menemukan lokasi di pinggiran jurang yang penuh dengan N gymnamphora, lokasinya hampir tegak lurus dan jurangnya sangat dalam. Kami mengidentifikasi dan mengabadikan gambarnya dengan foto dan video dengan cara merebahkan pakis resam untuk injakan kami. Jika akar-akar pakis resam ini tercerabut maka kami akan ikut terjatuh ke jurang dibawah kami.

Setelah beberapa jam berjuang, kami mendapatkan N gymnamphora dalam berbagai fase dan jenis. Ada kantong bawah, kantong tengah, dan kantong atas. Selanjutnya kami menutup rapat lokasi ini supaya aman dan melanjutkan perjalanan ke puncak. Sampai di batas hutan, ditempat terbuka,matahari bersinar hangat, dan kami panen buah ucen-ucen (Rubus fraxinifolius) yang menyegarkan.

DSC_0142

Hari ini kami turun dari Gunung Prau setelah mendapat “buruan” kami. Selanjutnya kami meneruskan perjalanan ke arah Semarang melewati Ambarawa, Bandungan, Sumowono, Limbangan dan akan melewati perkebunan teh Rumpun Medini. Kami akan mencoba sampai ke desa terakhir, desa pemetik teh di lereng Gunung Ungaran, Promasan. Di Gunung Ungaran ini, kami mendapat kabar masih banyak tersisa beberapa spesies anggrek dan Nepenthes. Juga habitat beberapa spesies kucing besar.

Selepas Limbangan dan memasuki jalanan perkebunan teh, jalanan mulai rusak dan menanjak. Kami melapor ke pos jaga terlebih dahulu. Di buku tamu, di baris atas kami saya lihat ada tamu juga yang melapor, serombongan tentara yang akan latihan perang di atas.

Hari mulai gelap, kabut turun dan suhu dingin, saya mulai menyalakan lampu kabut untuk membantu penerangan. Semakin keatas, jalanan semakin curam dan belokan-belokannya sangat tajam. Kadangkala tanjakan curam disertai belokan tajam sekaligus membuat kami harus berbelok beberapa kali. Sistem four whell drive di Hardtop pun aktif, jika tidak kami belum tentu sampai disini.

WHY_0134

Lebih dari 3 jam kami berjuang menaklukkan jalanan menuju lereng terakhir Gunung Ungaran ini. Setelah dari hamparan kebun teh, kami kemudian memasuki hutan lebat. Kabut tebal masih menyelimuti kami, dan menghalangi pandangan. Kemudian mobil kami menyibak tirai kabut, dihadapan kami di sebuah lembah, tampak beberapa rumah dengan kerlip lampu. Dibaliknya tampak bayangan tinggi menjulang. Desa terakhir, Desa Promasan dan Puncak Gunung Ungaran.

Segera saja saya memacu mobil dan tidak berapa lama kami sampai di kampung yang berisi tidak lebih dari 20 rumah ini. Hari sudah larut malam, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan. Saya enggan membangunkan warga, jadi mobil kami terus melaju ke pinggiran kampung dan berhenti di pos penimbangan teh. Kami membongkar logistik, memasak, dan segera saja masuk dalam kantong tidur yang hangat. Besok pagi, kami akan mengunjungi goa jepang, naik ke puncak, dan mengintari hutan sekitar mencari sisa Nepenthes disini. Jika beruntung kami juga akan menikmati atraksi para pemetik teh di pagi hari.

Bernard T. Wahyu Wiryanta

Sebelum terlelap saya sekali lagi memandang puncak Gunung Ungaran, langit cerah bertabur bintang. Salah satu lampu rumah warga menyala, tidak berapa lama dari bagian belakang dapur keluar asap, dan bau ikan asin yang digoreng sampai di hidung kami.

ARTICLE TERKINI

Tags:

Article Category : Wilderness

Article Date : 10/02/2016

Superadventure
Superadventure
Admin Adventure
Penulis artikel petualangan outdoor dan ekstrem yang bawain kisah mendaki tebing, arung jeram, sampai menjelajah jalur off-road. Buat gue, petualangan itu lebih dari sekadar jalan-jalan, ini soal uji mental dan fisik. Tiap cerita gue kemas biar Superfriends kebawa sensasinya. Gue pengen lo yang baca ngerasa termotivasi buat keluar dari zona nyaman. Kalau lo suka tantangan alam, artikel di sini bakal bikin lo pengen langsung berangkat.

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Wilderness

5 Gunung Terbesar di Pulau Jawa yang Mencengangkan, Penuh Misteri!

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Wilderness

4 Misteri Gunung Semeru Paling Terkenal dan Tidak Terpecahkan Hingga Sekarang

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Wilderness

Keindahan Gunung Kawi yang Akrab dengan Pesona Mistis

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Wilderness

Arjuno, Gunung di Tiga Wilayah yang Punya Cerita Menarik

Read to Get 5 Points
image arrow
1 /

Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive