Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Menelusuri Jejak Harimau Sumatera yang Terancam Punah
Dua hari di Tambling, saya mengintari hutan di sekitar Tanjung Belimbing. Mengintari Hutan Saung Bajo, padang rumput yang sekaligus untuk landas pacu, padang “alang-alang”, juga ke “Pelepasan Dua”. Namun belum menemukan jejak top predator Tambling.

 

Teks & Foto: Bernard T. Wahyu Wiryanta

 

Sore hari ketika me-review foto di Balai wartawan di lingkungan Ring 1 di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), satu kelompok ranger TWNC baru pulang patroli. Sambil melepas lelah, mereka saya interogasi. Dan hasilnya, mereka menyarankan saya untuk mencoba ke Pos Blambangan jika akan bertemu top predator TWNC, Panthera tigris sumatrae. Pos Blambangan adalah pos terluar, dan paling jauh. Darsono, ketua regu ranger tersebut kemudian menyodorkan gypsum, berbentuk telapak harimau. Mereka biasa mencetak tapak harimau yang ditemukan. Anehnya, jari tapak harimau yang ditemukan Darsono berjumlah lima.

Saya kemudian bergegas ke cottage. Menyiapkan kamera, memenuhi semua batre, dan mengasah pisau rimba. Esok pagi, saya dengan tim Ranger Darsono akan mencoba menjelajah hutan di sekitar Pos Blambangan. Rutenya akan melewati Pos Pelepasan Dua dengan mobil offroad, menyusuri Danau Sei Leman menggunakan boat, dan trekking melewati Padang Golf sampai Pos Blambangan.

Pagi-pagi ternyata mobil belum siap, dan kami berangkat tengah hari. Setengah jam kami berkendara sampai Pos Danau Sei Leman. Di Sei Leman, kami bertemu Tomy Winata, CEO Artha Graha dan pembina Yayasan Artha Graha Peduli yang mengelola Tambling.  Tomy memberikan bekal makan siangnya buat kami. Ditengah hutan kami menikmati bekal pemberian Tomy yang berisi pisang, ubi, singkong, telor, dan kacang tanah rebus, juga bacang.

DSC_1878

Perjalanan selanjutnya kami menyusuri aliran danau selama setengah jam dan sampai di dermaga padang golf. Di padang golf alami, kami menyusuri jalanan mengikuti jejak-jejak kerbau liar dan rusa sambar, kemudian memasuki hutan. Baru trekking selama kurang lebih 40 menit, tiba-tiba seekor beruang madu (Helarctos malayanus) menyeberang jalan dengan cepat, memaksa kami berhenti sejenak.

Sepanjang perjalanan ini, kami dihibur dengan banyak suara burung kicauan, jejak-jejak kaki binatang liar pun banyak bertebaran. Sesekali kami harus memutar melewati pantai untuk menghindari semak belukar yang menutup jalan. Ketika memasuki hutan lagi, kami dihadang oleh tumpukan kotoran gajah sumatera. Menurut Darsono, hutan ini memang merupakan habitat mamalia darat terbesar itu. Tapi menurut Mas’ud Ashari salah satu peneliti dari TWNC yang mendampingi saya, “seharusnya bulan ini daerah jelajahnya tidak disini.” Jadi kalau banyak gajah, biasanya harimau akan menyingkir.

DSC_1089

Di sekitar penemuan kotoran gajah ini, kami menemukan beberapa jejak kerbau liar, rusa, dan tentu saja jejak gajah, namun jejak top predator yang kami cari belum terlihat. Kamipun kembali melanjutkan perjalanan ke Pos Blambangan. Kali ini, saya memilih kembali menyusuri pantai. Sebelum sampai di Pos Blambangan terdapat gundukan pasir yang terbentuk oleh ombak samudera Indonesia. Gundukan pasir ini menahan beberapa air laut yang membentuk semacam kolam, dan banyak ikan bandeng, blanak, dan lobster terjebak disitu. “Ini dia lauk makan malam kami.”

DSC_1155

Kira-kira setelah trekking selama 3 jam dari padang golf sampailah kami di Pos Blambangan. Hari sudah sore dan kami disambut oleh gerombolan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang sedang berpesta buah mangrove. Kami merebus air dan membuat kopi, Darsono mengambil ember dan menyalakan boat. Saya tahu kemana Darsono pergi, mengambil lauk makan malam kami.

[bacajuga url=12011]

Malam ini kami menginap di Pos Blambangan. Bangunan dari kayu ini terletak di pinggiran muara dari kali Blambangan. Sekeliling pos ini-kecuali yang berbatasan dengan air-dipagar rapat, hingga binatang besar tidak bisa masuk. Kecuali gajah dan kerbau liar, dengan kekuatannya tentunya.

Pagi-pagi suara burung kicauan yang banyak beterbangan membangunkan kami. Sisa ikan semalam dengan nasi dan sambal menjadi sarapan pagi kami. Setelah merekam sekitar, dan mendapat beberapa burung dan Macaca, kami berniat untuk mencari jejak lagi ke arah Danau Menjukut. Ditengah-tengah Danau Menjukut ini ada pulau kecil yang diberi nama Pulau Kirin. “Ada jejak salt water crocodile disana.” Mas’ud memberitahu.

DSC_1018

Kami memulai perjalanan dengan menyeberangi muara dengan boat, kemudian menyusuri pantai selama kira-kira 15 menit, dan berbelok memasuki hutan. Ketika melewati hutan ke arah Danau Menjukut, hanya berjarak beberapa ratus meter dari tempat menginap, kami temui 7 cakaran tanah, dari 2 harimau yang berbeda.

Ternyata kami menginap di daerah teritorial Panthera tigris sumatrae tadi malam. Yang mendebarkan, di salah satu cakaran tanah, beberapa batang perdu yang patah masih mengeluarkan getah. “Ini cakaran baru beberapa jam yang lalu.” Kata Mas’ud Ashari. Saya tentu saja kemudian melihat sekitar, siapa tahu si belang ini masih ada di sekitar dan sedang mengintai kami.

Dari ketujuh cakaran tanah ini, 4 cakaran mengarah ke kami, dan 3 cakaran lain sebaliknya. Cakaran yang mengarah ke kami berukuran lebih kecil, dan diduga merupakan cakaran harimau betina. Pada 4 cakaran lain yang lebih besar, juga ada sisa urin dengan baunya yang khas. Mas’ud memberikan daun dengan bekas urin Harimau Sumatera, saya membauinya. Harimau jantan ini sedang menandai daerah kekuasaannya dengan urin, dan jejaknya menuju ke pantai.

DSC_1168

Di pasir pantai, kami kembali menemui banyak jejak lain. Yang pertama, mirip dengan jejak harimau tapi berukuran lebih kecil. “Kucing hutan.” Mas’ud langsung menyebut binatang itu ketika saya mengabadikan jejak yang saya temukan dengan kamera. Tidak jauh dari situ, kemudian ada jejak yang unik, kalau ini saya tahu, jejak biawak.  Tidak jauh dari situ, setelah menyeberangi muara dan sampai di gundukan pasir lain yang mirip padang  pasir kami temui jejak lain lagi. Kali ini adalah jejak rusa sambar dan kerbau hutan.

Ketika beristirahat di dekat rumpun pandan pantai, dengan mengamati jejak yang kami dapat hari ini, saya membayangkan, tadi malam, di padang pasir pantai ini tentu penuh dengan binatang yang meninggalkan jejak itu. Dan tentu saja, pemandanganya mirip di padang afrika. Tercatat ada harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), kucing emas asia (Catopuma temminckii), rusa sambar (Cervus unicolor), kerbau liar (Bubalus bubalis), biawak (Varanus sp), gajah sumatera (Elephas maximus sumatrae), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata).

Ketika sampai di Danau Menjukut, kami tidak bisa menyeberang ke tengah Pulau Kirin. Padahal di Pulau Kirin dilaporkan terlihat jejak dan penampakan buaya air asin (Crocodylus porosus). Sedangkan di pinggiran pantainya, tidak kami dapati predator air itu. Tapi kekecewaan kami tidak mendapati buaya air asin atau jejaknya ini digantikan dengan beterbangannya elang brontok (Nisaetus cirrhatus), dan Egretta sacra.

Kami kemudian kembali ke Pos Blambangan. Setelah makan siang dengan ikan asin dan sambal seadanya, kemudian melanjutkan perjalanan pencarian jejak ini menggunakan perahu ke arah hulu Sungai Blambangan. Di pinggiran sungai, di beberapa pohon mangrove, puluhan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) sedang berpesta pora memetiki buah mangrove yang sudah tua. Beberapa dari mereka berebutan makanan.

Kira-kira 20 menit perjalanan, kemudian kami disuguhi dengan 2 pasang rangkong badak (Buceros rhinoceros) yang terbang diatas kami. Mereka kemudian hinggap disebuah pohon. Darsono yang memegang kendali perahu kemudian mengatur posisi perahu supaya saya dapat memotret rangkong badak tersebut. Menurut Mas’ud, baru kali ini rangkong badak terlihat di kawasan TWNC.

Lebih jauh ke arah hulu, pepohonan di kanan-kiri sungai semakin rapat dan besar. Beberapa pohon tumbang sedikit menghalangi laju perahu kami. Serasa menyusuri sungai Amazon berada di sini. Dan air sungai Blambangan yang bening membuat kami bisa melihat ikan-ikan yang bertebaran di dasar sungai. “Lauk makan malam.” Pikir saya.

Di hulu, kemudian kanan-kiri sungai dipenuhi semak, ternyata pakis dengan banyak pucuk segarnya. Langsung saja saya perintahkan Darsono untuk meminggirkan perahunya, dan kami panen sayuran segar. Sehabis panen pucuk pakis kami kemudian memutar haluan dan pulang menyusuri hilir ke arah pos. Di pertengahan jalan, kami mendapat satu buruan lagi yang bertengger di sebuah dahan pohon, Beruk (Macaca namestrina).

Kami menginap lagi di Pos Blambangan, dan esok harinya kembali menyusuri hutan ke Tanjung Belimbing. Dari Tanjung Belimbing kemudian Mas’ud mengajak saya untuk menemui Mekar, dan Salma. Tentu saja saya juga akan menemui Panti dan Ucok, saya belum menengok anak-anaknya Panti si Trio Macan Bintang, Topan, dan Petir.

Menggunakan motor trail kami kemudian menyusuri jalanan hutan menuju “Rescue Centre”. Sepanjang jalan kami dihibur kicauan burung, juga tingkah beberapa primata yang berlompatan di dahan pohon.

Di Rescue Centre kemudian saya disambut Mekar dengan terkamannya. Sambil menerkam, Mekar mengaum keras memamerkan taring-taringnya. Untungnya ada pagar kawat yang membatasi saya dan Mekar, Mekar menabrak pagar kawat. Marisal, pengasuhnya mengatakan Mekar ingin mengajak bermain. Dengan Mekar-harimau sumatera betina muda-dan dibatasi pagar kawat tentu saja saya mau bermain dengan gadis manja ini. Tapi tidak dengan saudaranya yang lain ketika di habitat aslinya.

DSC_1444

Kandang mekar sangat luas dan dibuat mirip dengan habitat aslinya. Di kandang sebelah ada Panti. Sedangkan di kandang karantina ada Ucok dan Salma yang terkenal itu. Ucok dan Salma adalah sepasang harimau sumatera dewasa. Di kandang lain lagi ada trio macan anaknya Panti. Mereka diberi nama oleh Ibu Kristiani Yudhoyono; Bintang, Topan dan Petir.

Sebelum meninggalkan Rescue Centre saya mencoba mempelajari perilaku mereka. Mengamati jejaknya, juga membaui kotoran dan urin-nya untuk bekal mencari jejak saudaranya yang lain di hutan. Malamnya ketika membuka data hasil jeratan kamera trap bersama Mas’ud, kami mendapati banyak harimau sumatera tertangkap kamera. Beberapa masih ada yang berumur muda. Dan yang menggembirakan dari hasil penghitungan individu yang berbeda ditemukan sekitar 30 harimau yang ada di Tambling. Jadi populasinya sekitar 6 ekor per 100 km2. Ini populasi terpadat di Sumatera.

DSC_1777

ARTICLE TERKINI

Author :

Article Date : 15/01/2016

Article Category : Wilderness

Tags:

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Wilderness

5 Gunung Terbesar di Pulau Jawa yang Mencengangkan, Penuh Misteri!

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Wilderness

4 Misteri Gunung Semeru Paling Terkenal dan Tidak Terpecahkan Hingga Sekarang

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Wilderness

Keindahan Gunung Kawi yang Akrab dengan Pesona Mistis

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Wilderness

Arjuno, Gunung di Tiga Wilayah yang Punya Cerita Menarik

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Wilderness

Fakta-Fakta Menarik Gunung Arjuno, Pendaki Wajib Tahu!

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Wilderness

Serba-serbi Pendakian Gunung Latimojong

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Wilderness

Cara Agar Tidak Tersesat di Blank 75 Gunung Semeru

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Wilderness

3 Fakta Puncak Carstensz Pyramid yang Terletak di Pegunungan Jayawijaya

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Wilderness

4 Jalur Pendakian Gunung Tambora Paling Populer

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Wilderness

Dianggap Mati, Gunung Berapi di Indonesia Ini Mulai Kembali Aktif

Read to Get 5 Points
image arrow
1 /

Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive