Sejarah Gredoan
Gredoan merupakan tradisi masyarakat Osing di Dusun Banyuputih, Desa Macanputih untuk mencari jodoh. Tradisi ini dilaksanakan oleh suku Osing Banyuwangi sejak tahun 1960.
Konon, ada beberapa orang yang mengatakan gredoan sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Tradisi unik ini dilaksanakan setiap setahun sekali berbarengan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W.
Bukan tanpa alasan, sebab masyarakat suku Osing, Desa Macan menganggap bulan kelahiran Nabi Muhammad merupakan bulan yang baik untuk menemukan jodoh.
[readalso url=21288]
Tata cara Gredoan

Image source: antarafoto.com
Dalam tradisi gredoan, laki-laki yang sudah cukup umur untuk menikah akan mencari calonnya sendiri. Para lelaki ini biasanya akan memasukkan lidi dari janur kelapa atau 'dodok sodho' ke lubang anyaman bambu atau biasa dikenal dengan gedhek milik gadis idaman yang menjadi pilihannya.
Jika sang gadis setuju maka ia akan mematahkan lidi tersebut dan sang pria mulai berbicara dilengkapi dengan rayuan gombal sebagai pemanis. Dari rayuan itulah tradisi mencari jodoh ini dinamakan gredoan karena berasal dari kata gridu yang berarti menggoda menurut suku Osing.
Dalam proses berkenalan dan merayu mereka belum bertemu tatap muka langsung tapi dibatasi dengan dinding bambu. Sang gadis berada di dalam rumah dan sang pria di luar.
Setelah berhasil menaklukkan hati sang gadis dengan rayuan mereka maka sang pria akan menemui keluarga sang gadis dan mengutarakan maksud hatinya untuk meminang sang gadis.
Perkembangan Gredoan
Si Lelaki biasanya sudah mengincar Sang Gadis untuk dijadikan pasangan hidup yang bermuara pada munggah kawin (pernikahan). Konsep dari gredoan yang seperti ini sebenarnya adalah konsep yang diimpi-impikan oleh mayoritas kaum hawa. Gredoan merupakan kepastian yang ditunggu-tunggu dan idaman wanita seluruh dunia.
Saat ini, tradisi gredoan telah berkembang mengikuti arus mobilisasi. Pertemuan yang dilakukan secara langsung, tetapi tetap didampingi oleh orang tua.
Penggunaan ponsel menjadi aspek yang tidak bisa dihindari. Muda-mudi suku osing masa kini biasanya bertukar pesan lewat ponselnya, ngga beda jauh kaya yang di kota ya, bro. Namun mau modern atau klasik, gredoan telah banyak membantu masyarakat Banyuwangi dan sekitarnya dalam menggapai pernikahan.
[readalso url=21284]
Fungsi Tradisi Gredoan
Tradisi Gredoan memiliki beberapa fungsi luhur yang erat dan saling berkesinambungan. Fungsi pertamanya yaitu sebagai salah satu peringatan untuk merayakan hari Maulid Nabi Muhammad Saw.
Fungsi kedua dari tradisi ini adalah untuk mempererat tali silaturahmi, bukan hanya suku osing tetapi juga masyarakat desa lainnya yang hadir dalam perayaan tersebut. Setiap warga akan berkumpul dan bertemu satu dengan lainnya. Meski hanya setahun sekali, acara ini sangat ramai dan efektif untuk mempererat tali persatuan antar warga.
Wah bagaimana nih bro? Seru banget kan tradisi gredoan? Buat lo yang ada jadwal traveling ke Banyuwangi, atur waktu yang pas untuk menyaksikan tradisi ini ya bro !
ARTICLE TERKINI
Article Category : Extreme Action
Article Date : 13/03/2020
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :