Nggak mudah untuk sampai ke puncak Everest. Gunung bersalju itu menyimpan sejumlah misteri. Jika memutuskan hiking ke sana, nyawa jadi taruhannya. Bukan apa-apa, perubahan iklim yang ekstrem di sana menyebabkan sejumlah pendaki gagal sampai ke puncak.
Selain suhu meningkat, ribuan kubik es dan air es juga jadi tidak stabil. Bongkahan es setinggi 50 hingga 100 kaki yang runtuh kadang jadi ancaman buat pada pendaki. Bongkahan es itu bisa tiba-tiba jatuh dan memicu longsor. Bukan tidak mungkin, jalur pendakian bisa terhantam longsoran salju.
Nggak sembarang pendaki yang diizinkan menaklukan Everest. Salah syaratnya lo harus memiliki pengalaman mendaki gunung lain seperti Denali (20.310 kaki) atau Aconcagua (22.841 kaki). Syarat ini untuk mengetahui sekaligus menentukan apakah tubuh si pendaki siap untuk kondisi dingin ekstrem dan mampu menjangkau ketinggian 29.029 kaki atau sekitar 8.848 meter.
[readalso url=21487]
Fenomena Jasad di Everest

Ekspedisi pendakian di Everest memang nggak gampang. Fenomena pulang tanpa nama bukan sekadar cerita. Setidaknya hampir 300 pendaki tutup usia di sana sejak percobaan penaklukan gunung tersebut dimulai, dengan 2/3 dari mayat itu masih terkubur di bawah es.
Es yang mencair menyebabkan mayat-mayat di Everest kemudian bermunculan yang tadinya tersembunyi tertimbun lapisan es. Sejumlah studi memang sudah menunjukkan gletser di Everest, atau di hampir seluruh pegunungan Himalaya mencair dan menipis dengan cepat. Salah satunya studi pada 2015 yang menunjukkan kolam di Khumbu Glacier melebar karena percepatan melelehnya es itu.
Meluasnya Khumbu Glacier juga menyebabkan munculnya mayat-mayat pendaki. Hal tersebut diakui oleh Tshering Pandey Bhote, Vice President Nepal National Mountain Guides Association. Lokasi itu sendiri disebut-sebut sebagai tempat dengan tingkat kemunculan mayat tertinggi.
Sekadar informasi ya bro, evakuasi mayat dari Everest juga membutuhkan biaya tinggi. Sejumlah ahli menyebut biaya untuk menurunkan jasad-jasad itu berada di kisaran US$ 40.000 hingga US$ 80.000. Per tahun kemarin, tercatat sudah lebih dari 4.800 pendaki yang mencicipi gunung Everest.
[readalso url=21466]
Apa Penyebab Ratusan Pendaki Tewas?
Pada Mei 2019 lalu, antusiasme pada pendaki di Everest meningkat. Akibatnya antrean para pendaki mengular di death zona. Hal inilah yang menyebabkan salah satu risiko kematian di Everest bisa bertambah. Akibat itu juga, sebanyak 11 pendaki Everest meninggal karena kekurangan oksigen. Korban kehabisan nafas di zona merah.
Tapi yang jadi pertanyaan, kok bisa para pendaki terjebak dalam antrean? Dalam sebuah penelitian, pada ketinggian tertentu tubuh manusia tidak bisa berfungsi dengan baik karena kurangnya asupan oksigen. Kekurangan oksigen menyebabkan seseorang dapat terkena serangan jantung dan stroke, juga menurunkan konsentrasi. Dalam sebuah pendakian, ketinggian 3.657 mdpl kadar oksigen sudah berkurang sebanyak 40 persen.
Untuk diketahui, sampel darah dari empat pendaki yang sedang mengantre di death zone. Hasilnya, menunjukkan pendaki yang antre memiliki cara bernapas seperti orang sekarat. Ketika otak tidak mendapat cukup oksigen akan memicu High Altitude Cerebral Edema (HACE). HACE ini nantinya yang akan memicu berbagai gangguan kesehatan seperti mual, lelah sulit berpikir hingga berhalusinasi
Kekurangan oksigen juga menyebabkan detak jantung meningkat dengan cepat sampai 140 detak per menit. Inilah yang menyebabkan risiko serangan jantung. Supaya bisa melewati masa-masa sulit ini, pendaki harus melakukan adaptasi lingkungan lebih dulu. Caranya, melakukan pendakian 3 kali di gunung yang memiliki ketinggian lebih dari 5.000 mdpl dalam setahun.
Kebanyakan mayat-mayat yang ditemukan di Everest sulit dikenali. Polisi dan pejabat pemerintah mengakui mereka menghadapi tantangan besar untuk mengidentifikasi pendaki yang tewas untuk dikirim ke negara asal. Mereka bahkan tidak bisa memastikan berapa lama jenazah itu berada di lereng hingga ditemukan.
Jenazah sulit dikenali karena hampir tersisa hanya tulang, tidak ada bagian wajah yang bisa membantu mengidentifikasi mayat. Tidak diketahui berapa banyak mayat yang masih tersembunyi di es atau salju.
Source: https://nationalgeographic.grid.id/read/131881680/menganalisa-penyebab-ratusan-pendaki-tewas-di-death-zone-everest
ARTICLE TERKINI
Article Category : Extreme Action
Article Date : 01/05/2020
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :