Sumbawa terkenal dengan panorama alamnya yang ciamik bro. Apakah kalian sudah pernah menyambangi Desa Mantar di Pototano, Sumbawa Barat? Pasti belum banyak yang tahu bahwa selain memiliki panorama alam yang memanjakan mata, Desa Mantar adalah salah satu lokasi olahraga dirgantara di Indonesia khususnya paralayang.
Desa Mantar terletak di bukit dengan ketinggian sekitar 630 meter di atas permukaan laut dengan panorama Selat Alas terpampang jelas di beranda kampungnya. Sejauh mata memandang, terdapat pemandangan laut dan gugusan pulau yang menakjubkan. Bahkan saat cuaca cerah, kita bisa melihat Puncak Anjani Gunung Rinjani di kejauhan. Pulau Kenawa yang cantik itu juga terletak tidak jauh dari Desa Mantar lho, tinggal menyeberang sekitar 10 menit dari Pelabuhan Pototano.

Desa Mantar ini juga sering disebut Desa Serdadu Kumbang dikarenakan pernah menjadi lokasi syuting film layar lebar berjudul sama besutan Ari Sihasale yakni “Serdadu Kumbang.”
Meski dekat dengan laut, Desa Mantar menyuguhkan hawa dingin khas pegunungan. Lautan kabut akan terlihat menyelimuti dataran. Jadi, siapkan pakaian hangat jika berkunjung ke desa ini dan bersiap terpukau dengan pemandangan pagi hari yang pas dinikmati sambil menyeruput kopi.

Akses untuk menuju Desa Mantar adalah jalan tanjakan berkelok-kelok yang hanya bisa dilalui mobil four wheel drive (4WD). Kalian juga bisa menuju ke sana dengan kendaraan roda dua namun hanya dikendarai oleh satu orang saja. Kalau bonceng berdua berat nanjaknya bro.
Mantar mulai dikenal dan dikembangkan menjadi lokasi terbang pada tahun 2015, bahkan kejuaraan nasional dan internasional sudah beberapa kali diadakan di sana. Dan untuk saya pribadi, terbang dengan paralayang di Mantar adalah salah satu petualangan terbang yang paling menyenangkan.
[bacajuga url=61498]
Musim terbaik untuk terbang di Mantar adalah pertengahan tahun. Cuaca sedang cerah-cerahnya saat kami pergi untuk terbang paralayang di Bukit Mantar pada bulan Mei. Hari itu kecepatan angin lebih dari 25 kilometer per jam sehingga kami harus menunggu agar kondisi angin memungkinkan untuk terbang. Beberapa pilot mencoba untuk take off dan terhempas berkali-kali. Duh, kami sempat sedikit was-was dan mengira hari itu kami akan gagal terbang. Syukurlah beberapa jam kemudian, angin mulai sedikit melembut dan lebih aman buat para pilot paralayang lepas landas.
Parasut warna-warni sudah menghiasi langit dan membuat saya tidak sabar untuk segera menyusul teman-teman pilot yang sudah terbang duluan. Saya menggelar parasut, memakai helm, memasang dan mengecek radio, mengenakan harness dan siap untuk terbang. Begitu kaki sudah tidak menjejak ke tanah, senyum lebar tersungging di wajah. Nikmat benar bisa melayang-layang di udara sambil melihat lautan lepas, gugusan pulau dan puncak Rinjani dalam satu bingkai. Tak ayal jika saya menjadikan Mantar sebagai spot favorit paralayang di Indonesia versi pribadi.

Begitu kaki menjejak ke tanah, rasanya masih kurang puas. Saya ingin terbang lagi dan terbang lagi. Senangnya, kita bisa menginap di rumah penduduk Desa Mantar dan melebur dengan kehidupan sehari-hari mereka. Masyarakat Desa Mantar akan sangat ramah menyambut kedatangan kalian dan kehangatannya membuat kalian berasa di rumah sendiri. Jadi bro pengen coba terbang di Mantar nggak?

Teks Dan Foto : Satya Winnie
ARTICLE TERKINI
Article Category : Extreme Action
Article Date : 06/02/2017
0 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
Please choose one of our links :