Ketika mendengar nama Ananda Badudu, yang terlintas di benak pendengarnya besar kemungkinan adalah Banda Neira. Ya, grup musik yang digarap oleh Ananda Badudu bersama rekanya, Rara Sekar.
Duo yang terkenal dengan lagu-lagu syahdu berlirik penuh makna ini memang sudah bubar beberapa tahun lalu, namun baik Ananda dan Rara Sekar masih melanjutkan kariernya masing-masing. Sempat tak di musik, kedua akhirnya kembali ke industri yang membesarkan namanya.
Namun, mereka tak membentuk kembali grup musik atau menghidupkan lagi Banda Neira. Ananda melepas mini album baru bertajuk 'Angkat dan Rayakan' yang dilepas pada 22 Juli 2021 lalu.
“Album ini meski judulnya mini, tapi perannya besar dalam perjalanan aku sebagai musikus. Angkat dan Rayakan mengakhiri masa vakum produksi album. Terakhir membuat album itu lima tahun lalu,” ucap Ananda Badudu dalam keterangan resminya.
“Pada intinya bicara tentang bagaimana kita bangkit dari situasi tidak baik. Menolak pasrah pada nasib, untuk kemudian merayakan kehidupan, kurang lebih kalau boleh dirangkum seperti itu,” lanjutnya.
Mini album yang dikerjakan selama lebih dari tahun ini berisikan enam lagu. Dua lagu di antaranya sudah diperdengarkan lebih dahulu. Di mini album ini pula, Ananda mencoba mengeksplorasi lagi khasanah musiknya.
Jika di lagu-lagu sebelumnya, Ananda Badudu begitu lekat dengan instrumen akustik, kali ini hal tersebut tak mencolok hadir. Khususnya di nomor pertama dengan judul sama seperti mini albumnya. Iringan instrumen virtual tersaji jelas dalam nomor “Angkat dan Rayakan” yang juga diikuti oleh nomor lainnya.
“Aku coba meninggalkan gitar akustik dalam proses penulisan lagu di album ini. Sudah bertahun-tahun bikin lagu awalnya selalu dari gitar akustik, aku penasaran kalau misalnya coba ke instrument lainnya, apakah ide itu akan keluar,” tambahnya.
Keputusan untuk mengubah pendekatan bermusiknya itu menghadirkan konsekuensi buat Ananda Badudu yang harus belajar instrumen baru. Namun, upaya kerasnya itu membuahkan hasil yang tak main-main.
“Di usia saat ini belajar instrumen dari nol, tengah jalan sempat berpikir apa keinginan ini terlalu muluk-muluk? Karena belajar piano ternyata lumayan susah juga,” ungkapnya.
Dari kerja keras tersebut, lahirlah beberapa karya seperti Angkat dan Rayakan, Pada Nasib, Pada Arus dan Kita Berangkat Saja Dulu yang merupakan contoh lagu berawal dari instrumen piano dan instrumen virtual.
Album dengan total durasi 29 menit ini seluruhnya digarap di studio Gadgadasvara oleh Indra Perkasa selaku produser. Ananda juga mengajak Monita Tahalea untuk bernyanyi bersama di dua lagu yakni Apa Mimpimu dan Kita Berangkat Saja Dulu.
Tak cuma Monita yang dalam beberapa kesempatan memang sering terlihat berkolaborasi dengan Ananda Badudu, di mini album ini pun hadir pula pianis Gardika Gigih dalam nomor “Hiruplah Hidup” yang merupakan sebuah pengembangan dari nomor milik Gigih, “Sudah Dua Hari Ini Mendung”.
Jika menarik mundur ke belakang, para penikmat musik Tanah Air kemungkinan besar mengenal Ananda Badudu bersama Rara Sekar berkat karya-karya fenomenal mereka di Banda Neira. Dalam dekade 2010an, Banda Neira ibara magnet buat para penikmat musik folk yang menyuguhkan materi musik penuh makna dalam lirik-liriknya.
Meski Rara Sekar dan Ananda Badudu memulai Banda Neira dengan niatan iseng belaka, duo ini berhasil melepas lagu-lagu yang kemudian dijadikan sebagai pakem di ranah folk tanah air. Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti adalah puncak kesuksesan Banda Neira, sebelum akhirnya sepakat untuk pamit tak lama setelah merilis album tersebut di tahun 2016.
Cukup lama Ananda Badudu hiatus dari dunia musik, hingga akhirnya pada Mei 2020 dia melepas materi musik baru. Sosok yang akrab disapa Nanda itu kembali dengan lagu baru ciptaannya, Hiruplah Hidup, yang sekaligus menandai fasenya sebagai solois.
Di lagu tunggalnya itu, kita tidak akan mendengarkan intro panjang seperti karya-karya Nanda sebelumnya. Justru, pria berusia 32 tahun itu langsung menghajar dengan lantunan lirik sejak detik pertama.
Baca Juga: Rara Sekar Mantapkan Langkah Hara dengan Single Kedua
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Ananda Badudu yang menunjukkan perubahan dalam gaya bermusiknya sudah memperlihatkan itu di single Hiruplah Hidup. Lagu ini merupakan warna baru Nanda. Synthesizer, piano, dan isian instrumen tiup menjadi punggung utamanya. Menurut Nanda, hal itu terilhami komposisi Gardika Gigih, lima tahun lalu, di Soundcloud, berjudul Sudah Dua Hari ini Mendung.
Hiruplah Hidup yang berdurasi 4 menit 54 detik memiliki bagian instrumental yang cukup panjang. Sejak akhir menit ke-2 hingga tamat lagu, audiens dibiarkan dengan komposisi instrumental no lirik. Sesuatu yang biasanya ditempatkan di awal bagian dalam karya Nanda sebelumnya.
“Pas zaman Banda Neira, bikin album pertama pake gitar doang. Nyanyinya juga masih naif. Saat itu, ya apa yang dimiliki, ya itulah. Sekarang udah nggak ingin seperti itu lagi. Sudah lewat fasenya. Merasa fase kemarin sudah cukup, ditutup dengan album Berjalan Lebih Jauh. Lalu fase yang lebih macam macamnya lagi di album Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti,” terang Nanda.
“Setiap fase, ada petualangan sendiri. Di fase ini, gue memilih untuk berpetualang di instrumen dan penulisan lagu," pungkas Ananda Badudu.
Image source: Instagram/Ananda Badudu
ARTICLE TERKINI
Article Category : Super Buzz
Article Date : 10/09/2021
6 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
SAWI TRI
27/01/2025 at 20:35 PM
Muhammad Jodi Indra
10/03/2025 at 09:36 AM
Musdalifa
11/03/2025 at 15:13 PM
YUSIA KRISTANTO
21/04/2025 at 16:57 PM
RAJIN SILALAHI
04/05/2025 at 01:10 AM
Garindratama Harashta
26/05/2025 at 11:46 AM