5 Komunitas Musik Terbesar di Indonesia

Seperti yang kita tahu, komunitas adalah sebuah kelompok dari kumpulan orang-orang yang memiliki “kegemaran” atau “kesamaan”. Komunitas musik adalah kumpulan orang-orang yang menyukai aliran musik yang sama. Ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan ketika bergabung dengan suatu komunitas, salah satunya adalah menghasilkan sebuah karya atau bahkan bisa berjumpa dengan musisi yang disukai dengan genre musik yang sama.

Pastinya menyenangkan ketika nongkrong atau berkumpul bersama komunitas dengan genre musik yang sama. Sayangnya, komunitas seperti ini di Indonesia sering dipandang oleh masyarakat umum karena dinilai membuang waktu, akan tetapi jika kita bisa melihat lebih luas.

Komunitas seperti ini bisa memberikan harapan bagi anak-anak yang menyukai musik untuk berkarya, karena mereka dikelilingi ada orang-orang yang mendukung kegiatan tersebut. Perlu diketahui di Indonesia, ada lima komunitas musik terbesar dan pastinya memberikan dampak bagi anggotanya. Apa sajakah komunitas tersebut? Berikut penjelasannya:

Komunitas Musik Potlot

Potlot merupakan salah satu dari komunitas yang terbesar di Indonesia, banyak musisi hebat yang lahir dari komunitas Potlot. Seperti Slank, Anang Hermansyah, The Flowers, Kidnap Katrina, Imanez, Andy Liany, Plastik dan juga Oppie Andaresta. Awalnya, komunitas ini bermula dari Karyana yang dipanggil Bob oleh anak-anak sekitar yang mendirikan kios kecil di pinggiran gang Potlot III.

Sejak Bimbim atau Bimo Setiawan Almachzumi masuk ke sekolah SMA Perguruan Cikini, saat itulah Bimo membentuk Cikini Stone Complex dengan kawan satu sekolahnya dan mereka sering memainkan lagu dari Rolling Stones. Setelah itu, Cikini Stone Complex pun berevolusi menjadi Slank, salah satu band rock terbesar di Indonesia. Dengan kesuksesan yang dimiliki oleh Slank, muncul pula banyak musisi hebat Indonesia, yang berawal dari gang kecil tersebut.

Komunitas Musik Metal Ujungberung Bandung

Kota Bandung juga salah satu kota saksi perkembangan musik underground Indonesia, tepatnya di ujung timur Bandung. Sebelum berkembang ke seluruh penjuru Indonesia, jenis musik yang satu ini berkembang pesat hingga akhir dekade 80-an. Dengan genre musik yang bengis dengan memuja riff-riff distorsi keras.

Ujungberung merupakan suatu komunitas musik terbesar di Indonesia yang tidak ragu menghentakkan kuping kita semua. Man Jasad merupakan salah satu bagian dari Ujungberung Rebels, salah satu seniman yang membawa Death Metal ke seluruh penjuru Tanah air Indonesia. Dari komunitas ini pula muncul berbagai  macam band death metal yang terkenal dan berpengaruh di Indonesia, beberapa diantaranya Forgotten, Beside, Funeral serta Burgerkill. Ujungberung Rebels merupakan sebuah komunitas yang awalnya hanya berkumpul saja, dikarenakan memiliki kegemaran jenis musik yang sama. Dan, akhirnya menghasilkan karya dari jenis musik yang sama.

Komunitas Musik di IKJ era 90-an sampai 2000-an

Komunitas musik terbesar di Indonesia selanjutnya adalah di IKJ era 90-an hingga 2000-an, walau kampus biasanya digunakan untuk belajar dan mengajar, namun juga tempat yang asik untuk berkumpul dan nongkrong dengan teman-teman yang memiliki aliran musik yang sama. Institut Kesenian Jakarta sejak lama dikenal sebagai kampus yang terkenal dan menghasilkan para seniman nasional serta juga berpengaruh pula pada perkembangan seni nasional.

Ada berbagai macam band ternama yang lahir dan dari komunitas kampus ini, hal ini berawal dari kelompok-kelompok atau kumpulan musik yang hebar dari pertemanan ketika kuliah di IKJ ini. Beberapa band ternama yang terkenal dan lahir dari komunitas musik ini adalah Clubeighties, Goodnight Electric, The Sastro, The Upstairs, Naif serta White Shoes and the Couples Company sampai The Adams. Di IKJ sudah menjadi budaya setiap angkatan harus memiliki sebuah band, untuk mewakili semangat dan sisi kreatif yang mereka miliki.

Komunitas Jazz Jogja (Ngayogjazz)

Selain Bandung dan Jakarta Jogjakarta juga punya komunitas musik yang tidak kalah besar dari kota lainnya yaitu Ngayogjazz. Sebuah komunitas yang beranggotakan orang-orang yang menyukai musik Jazz. Komunitas ini sudah ada sejak tahun 2007 dan selalu melibatkan musisi-musisi muda terjun didalamnya. Alasannya berfokus pada musisi muda, agar bisa menjadi ruang ekspresi yang luas dan beragam dan bisa menjadi wadah yang positif untuk musisi muda berbakat tersebut dalam mengembangakan musiknya.

Adanya workshop yang dibuat menjadi salah satu fasilitas yang diberikan sebagai ajang untuk berbagi dan bertukar pengalaman dari musisi senior kepada generasi-generasi dibawahnya, agar bisa menghasilkan karya yang membanggakan. Pada komunitas ini, bukan hanya musisi lokal yang bergabung didalamnya, namun musisi jazz internasional pun pernah tampil diperhelatannya seperti Jen Shyu, Mezcal Jazz Unit, Toninho Horta, dan lainnya pernah berpartisipasi di Ngayogjazz.

Baca Juga: FRETWRAPS: Sebuah Jalan Pintas Bagi Gitaris?

Pegangsaan

Perkembangan musik di tanah air sudah dimulai sejak lama. Musik menjadi alat pemersatu bagi beberapa orang, khususnya bagi anak-anak muda berbakat. Di tahun 70-an ada komunitas musik terkenal yang bertempat di Jalan Pegangsaan Barat dan menghasilkan musisi-musisi muda hebar yang berpengaruh. Mereka adalah kumpulan rock Gipsy yang terdiri dari berbagai maestro seperti Roni Harahap, Keenan Nasution, Christian Rahadi, Oding Nasution serta Abadi Soesman.

Guruh Gipsy merupakan sebuah aliran musik yang digencarkan oleh seniman Guruh Soekarno Putra dengan Gipsy. Grup ini sering dianggap sebagai pelopor rock progresif di tanah air ini. Bukan hanya grup tersebut, beberapa nama lainya pun berkonstribusi dalam memperkenalkan genre ini, mereka adalah Berlian Hutauruk, Yockie Suryoprayogo, Debby Nasution, Chrisye, Eros Djarot serta band dari God Bless. Kumpulan seniman tersebut sering berkumpul atau sekedar nongkrong di komunitas pegangsaan ini dengan beradu proses kreatif dan menghasilkan para masterpiece yang bahkan masih diterima di dunia musik Indonesia.