Kolaborasi Ciamik Joy Manifesto dan Khozy Rizal di Musik Video Outlier

Setelah merilis debut single berjudul “Outlier” pada 26 Januari 2024 lalu, Joy Manifesto yang dibentuk oleh Fadli Rizki (Vokal), Akmal Rizky (Bass, Vokal), Egi (Gitar), dan Ozom (Drum) ini merilis video klip “Outlier” di channel YouTube Joy Manifesto.

Video klip “Outlier” ini berkolaborasi dengan filmmaker asal Makassar, Khozy Rizal. Ia mulai membuat film pada tahun 2021 dengan film pendek Makassar is a City For Football Fans yang berkesempatan untuk diputar di Sundance, BFI Flare serta beberapa festival film lainnya.

Pada tahun 2023, ia membuat film pendek berjudul Basri and Salma in a never-ending Comedy yang mendapatkan kesempatan world premiere di Festival Film Cannes ke-76 dan menjadi film pendek Indonesia pertama yang bersaing memperebutkan Palme d’Or untuk kategori film pendek.

Diawali dengan pertemanan Joy Manifesto dengan Khozy Rizal, terjadilah percakapan yang akhirnya membuat Khozy Rizal dan Joy Manifesto bersepakat untuk memproduksi video klip yang semuanya diambil oleh Khozy Rizal di New York, Amerika Serikat, dengan model bernama Namirah Ziniah.

“Ketika aku berada di New York, aku mendapat telepon dari Joy Manifesto untuk mengumpulkan beberapa cuplikan suasana kota New York untuk video musik mereka, aku bertanya apakah aku bisa mendengarkan lagunya dan kemudian ketika aku mendengarkannya, aku benar-benar tertarik dengan lagu itu karena melodinya sangat membangkitkan semangat dan penuh harapan tapi setelah aku mendengarkan liriknya dengan cermat, aku semakin jatuh cinta dengan lagu itu dan lagu itu benar-benar bergema di hatiku karena kadang-kadang aku sendiri merasa seperti orang asing (Outlier). Fragmen gambar mulai terlihat di kepalaku saat aku semakin sering mendengarkan lagunya. Begitu aku mendapatkan ceritanya, aku bertanya kepada mereka apakah aku boleh membuat videonya dan mereka menjawab iya," ujar Khozy dalam keterangan tertulis resmi Joy Manifesto.

Khozy juga menambahkan bahwa dalam video klip ini ia ingin mengabadikan kehidupan seorang wanita dan bagaimana proses penerimaan diri sebagai 'outlier' membuat segala sesuatu yang dulunya memicu kegembiraan dalam hidupnya lenyap karena identitasnya dan/atau pilihan yang dia buat dalam hidupnya, tetapi kemudian, dia harus move on.

"Jadi, konsepnya aku mencoba menggambarkan dirinya sebelum menjadi 'outlier' dan kondisinya saat ini yang menjadi 'outlier'. Caraku membedakan kedua momen tersebut adalah dengan menggabungkan bidikan yang ku ambil dengan kamera digital dan kamera analog super 8," ujar Khozy.