Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Thrift Culture: Perlawanan Demi Kelestarian Lingkungan Menggunakan Vintage Fashion

Superfriends, pemilihan kata itu emang penting banget, ya. Pakaian bekas atau loak yang terkesan kotor dan nggak keren bisa jadi populer dan digandrungi banyak anak muda setelah dikemas jadi pakaian “thrift”. Meskipun pada dasarnya sama, Thrift itu bukan sekadar beli baju bekas aja. Thrift merupakan sebuah pilihan yang didasari kesadaran akan kerusakan lingkungan hidup dari aktivitas produksi industri Fast Fashion. Selain itu, budaya Thrift juga punya daya tarik tersendiri yang nggak bisa disaingi industri Fast Fashion, yakni kesan vintage, langk, dan steal deal yang diberikan barang-barang Thrift.

Thrift sendiri merupakan bahasa inggris yang memiliki arti serupa dengan kata “loak”.  Hanya saja, di sini kata loak memiliki konotasi negatif yang berkesan murah, jelek, barang sisa, dan berbagai pandangan derogatori lainnya. Tapi, belakangan ini pakaian loak banyak diminati anak muda dan ramai diperbincangkan, bahkan diperjualbelikan di media sosial dengan sebutah “Thrift” itu. Thrift jadi punya daya tarik tersendiri karena pakaian vintage sekarang lebih memiliki nilai karena langka dan bisa jadi cuma lo yang punya, nggak kayak pakaian yang dijual di mall. Selain itu, karena pakaian Thrift ini bekas, harganya jauh lebih terjangkau juga, Superfriends. Tapi, kalau lo korek lebih dalam lagi, Thrift itu bukan cuma soal harga dan style.

Thrift bisa dikatakan sebagai sebuah ideologi yang merupakan wujud nyata perlawanan terhadap Fast Fashion. Kalau lo mau tau, industri Fast Fashion itu kontribusi limbah dan polusinya gede banget, bro. Belum lagi banyak isu beredar kalau beberapa produsen Fast Fashion itu mempekerjakan pegawai mereka secara kurang etis. Supaya nggak mendukung praktik-praktik tersebut dan segala dampak negatifnya, muncullah budaya Thrift yang menghambat perputaran barang Fast Fashion dan membuat mereka mau nggak mau harus ngurangin produksi biar nggak rugi. Di saat yang bersamaan, Thrift juga jadi wadah bagi kalangan menengah ke bawah untuk bisa belanja pakaian bekas yang layak pakai, dan merasakan nyamannya pakai barang branded meskipun mungkin barang itu udah berusia puluhan tahun.

Keren, kan? Thrift itu pergerakan yang di balik budaya belanja menyimpan banyak nilai-nilai sosial dan ekonomi. Sayangnya, belakangan ini banyak pelaku Thrift yang dirasa kurang etis dalam menjalankan toko mereka. ORang-orang ini berburu barang langka dan branded yang nantinya akan diperbaiki, kemudian dijual dengan harga tinggi kayak barang baru, bro! Jadinya, banyak orang mempertanyakan Thrift, dan akhirnya memilih untuk beli baru. Kondisi kayak gini bertolak belakang banget sama ideologi Thrift yang asli, karena di sini para reseller mengutamakan keuntungan dibanding ideologi Thrift itu sendiri. Belum lagi, kalau pakaian bagus yang layak pakai itu mereka borong untuk jual lagi dengan harga tinggi, mereka baru aja merenggut kesempatan golongan yang membutuhkan pakaian kayak gitu untuk kesehariannya, yang sekarang pakaian itu jadi di luar jangkauan mereka karena harganya terlalu tinggi.

Fenomena Thrift yang lagi tren sekarang ini emang beda banget sama Thrift yang ideal, Superfriends. Di satu sisi, emang penjual Thrift itu butuh keuntungan karena mereka menjalankan bisnis, tapi di sisi lain pembeli dan orang yang membutuhkan banyak yang merasa dirugikan. Menurut lo sendiri gimana, bro?

ARTICLE TERKINI

Tags:

#Lifestyle & Trends

Article Category : News

Article Date : 14/04/2022

Superchallenge
Admin Challenge
Superchallenge
Admin Challenge
Penulis artikel olahraga tarung dan balap yang bawain UFC, MMA, sampai road race dengan cerita penuh adrenalin. Gue menangkap setiap momen intens di arena dan nganterin langsung ke layar lo. Tantangan buat gue adalah soal nyali dan keberanian, bukan cuma hasil akhir. Superfriends yang doyan kompetisi pasti nemuin gairahnya di sini. Artikel gue bikin lo serasa berdiri di tepi ring atau pinggir lintasan.

Source:https://voi.id/en/bernas/20200/for-the-thrift-shops-historical-and-cultural-mission-used-clothes-should-not-be-expensive

1 Comments

Comment
Argan Valentino

Argan Valentino

19/04/2022 at 09:23 AM

Harga barang bekas yang semakin tidak terjangkau karena banyak orang berbondong-bondong ikut tren nge thrift, tentu membuka peluang. Bagi yang keberatan mengikuti tren ini karena tidak lagi terjangkau, alangkah baiknya coba mendukung brand lokal. ;-)
Other Related Article
image article
News

Sesuai Prediksi! Clair Obscur: Expedition 33 Sukses Dominasi Total GOTY 2025! Cek List Lengkap Seluruh Pemenangnya Disini!

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
News

Arai Agaska: Senjata Baru Indonesia di WorldSPB 2026 Yang Siap Guncang Panggung Dunia! Eropa Harus Waspada Nih!

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
News

Hah Film "Murah" Ini Bikin Nama Boxing Semakin Mendunia?! Peran Epic Sylvester Stallone Jadi Kuncinya?

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
News

Petr Yan Sukses Lancarkan Balas Dendam! Kalahkan Merab Dvalishvili di UFC 323 dan Rebut Kembali Sabuk Juara!

Read to Get 5 Points
image arrow
1 /

Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive