Author :
Article Date : 18/03/2017
Article Category : Wilderness
"Mari semuanya merapat dan membentuk lingkaran, kita berdoa dulu sebelum memulai pendakian." Kami pun beranjak dari tempat masing-masing dan merapat sesuai aba-aba team leader. Saya nggak banyak kenal orang di rombongan yang saya ikuti. Tanpa persiapan apapun dan mendadak banget saya mengiyakan ajakan seorang teman untuk nanjak Gunung Penanggungan di Mojokerto.
Pukul lima sore kami memulai jalan dari Pos Tamiajeng, kondisi saat itu mendung sedikit gerimis. Saya sudah ketar-ketir semenjak sebelum menanjak, “duh bagaimana kalau hujan deras.” Prediksi saya ternyata tepat, belum juga 30 menit kami jalan kaki dan hujan deras mengguyur kami semua. Sadar mendaki di musim hujan kami semua sudah menyiapkan jas hujan untuk berjaga-jaga. Aroma pepohonan dan tanah menyeruak kuat akibat guyuran hujan, baunya berbeda daripada biasanya. Cahaya makin gelap dan penerangan hanya mengandalkan head lamp serta senter yang dibawa masing-masing orang.
Ilustrasi Perjalanan Di Gunung Dengan Kondisi Hujan. Credit: https://www.livingthedreamrtw.com/
Sudah kepalang tanggung kami semua melanjutkan perjalanan. Entah apa alasan mereka mendaki di waktu musim hujan, lebih absurd lagi saya malah ikutan. Apa hanya mencari sensasi belaka? Kalau memang sensasi yang dicari, kami semua mendapatkan ganjarannya. Hujan deras sepanjang pendakian yang mengakibatkan jalan setapak yang kami lalui menjadi sangat licin. Saking lebatnya debit hujan, jalan setapak pun berubah menjadi sungai kecil dengan air coklat mengalir deras. Kami harus ekstra hati-hati, salah melangkah pasti terpeleset. Apalagi kondisi gelap gulita, head lamp rasanya tidak begitu banyak membantu.
Bisa ditebak adegan selanjutnya adalah jatuh terpeleset dan terjungkal lengkap dengan tas keril di punggung. Untuk memecah kebisuan kami bercanda dan tertawa, tak luput kami pun mengolok-olok kawan kami yang jatuh. Adegan demi adegan yang terlalu sering membuat kami kembali senyap dan mengingatkan satu sama lain untuk lebih hati-hati. Lama-lama seram juga. Butuh waktu tiga jam untuk sampai di Puncak Bayangan yang biasanya cukup dua jam saja. Di Puncak Bayangan kami mendirikan tenda di tengah guyuran hujan. Dengan penerangan minim dan terburu-buru, tenda kami tidak begitu sempurna berdiri. Malam itu kami semua tidur meringkuk di tenda masing-masing menunggu jam tiga subuh untuk melanjukan pendakian ke puncak.
Beruntung ketika pukul tiga subuh hujan sudah reda sehingga tidak ada hambatan menuju ke puncak. Dari Puncak Bayangan butuh sekitar dua jam untuk sampai ke puncak sebenarnya. Banyak yang bilang Gunung Penanggungan adalah imitasi dari Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa. Dan katanya pula meskipun Gunung Penanggungan bukan termasuk gunung yang tinggi (1653 mdpl) tapi medannya lebih berat daripada Gunung Semeru. Saya sampai saat ini belum pernah mendaki ke Gunung Semeru jadi kurang tahu fakta tersebut.
[bacajuga url=61899]
Tidak bisa dipungkiri kalau medan menuju puncak yang sebenarnya lebih berat daripada jalan menuju Puncak Bayangan. Saya ngos-ngosan menghadapi jalur pendakian dengan kemiringan hampir 45 derajat yang didominasi bebatuan. Ngeri ketika ada orang di atas teriak “awas batu jatuh.” Setelah berjuang merangkak-rangkak sampai juga di puncak Gunung Penanggungan dan disambut kabut. Nggak heran nama lain dari Gunung Penanggungan adalah Gunung Pawitra yang berarti kabut.
Ilustrasi Kondisi Pada Saat Di Gunung. Credit: https://www.outsidepursuits.com/
Matahari tidak tampak sempurna karena sembunyi di balik kabut dan awan, tapi warna semburatnya sangat indah. Suhu udara di atas puncak tidak begitu dingin bagi tubuh saya. Ketika cahaya mulai sedikit terang terlihat Gunung Welirang dan Gunung Arjuno begitu gagah. Agak siang sedikit kami segera turun dari puncak dan siap-siap packing untuk turun gunung. Sisa hujan semalam membuat jalur pendakian licin penuh lumpur. Nggak terhitung berapa kali saya jatuh terpeleset, sampai pos di bawah baju saya berlinang lumpur nggak karu-karuan.
Ilustrasi Jalan Yang Berlumpur. Credit:https://www.livingthedreamrtw.com/
Tips buat Bro semua yang ingin mendaki gunung pada musim hujan. Pastikan kondisi kesehatan benar-benar prima, nggak musim hujan pun kita dituntut dalam keadaan sehat wal afiat ketika mendaki. Untuk alas kaki pilihlah sepatu trekking dengan sol sepatu yang daya cengkeramnya kuat untuk menghadapi medan yang licin dan berlumpur. Jas hujan wajib hukumnya, dan pakailah pakaian berbahan dasar wool atau sintetik untuk menjaga kondisi suhu tubuh saat hujan. Saat pendakian selalu waspada dengan kondisi sekeliling seperti daerah rawan longsor serta pohon besar yang sudah tua dan rapuh. Selamat berpetualang!
Teks dan Foto: Alid Abdul
Please choose one of our links :