Di Provinsi Sichuan, China, ada sebuah desa berusia 200 tahun yang terletak di puncak gunung terpencil, yaitu Desa Atuleer. Selama beberapa generasi, penduduk desa ini cukup terisolir dari dunia luar karena rumah mereka sangat sulit untuk dijangkau.
Satu-satunya akses untuk sampai ke Desa Atuleer adalah tangga maut dengan kemiringan ekstrem yang menggantung di pinggir jurang. Hal ini jelas membahayakan dan menyulitkan siapa saja untuk datang ke desa tersebut.
Aktivitas Desa Atuleer
Image source: China News Photo
Desa Atuleer sendiri pernah menjadi perbincangan banyak warganet dunia pada tahun 2016 lalu. Saat itu, ada beberapa foto yang menunjukkan potret anak-anak sekolah menuruni tebing menggunakan tangga rotan yang memprihatinkan.
Selain kondisinya yang memprihatinkan, tangga maut ini juga sangat panjang. Waktu yang dibutuhkan buat meniti tangga maut ini bukan cuma lima atau sepuluh menit, tapi dua jam!
Untuk mendapatkan uang, warga desa Atuleer harus mengangkut hasil pertanian menuruni tebing, lalu menempuh perjalanan sangat jauh agar bisa menjual hasil pertanian mereka di pasar terdekat.
Beruntung, dalam beberapa tahun terakhir pemerintah setempat sudah mengganti tangga rotan buatan penduduk desa dengan tangga baja. Jadi, sekarang warga desa Atuleer sudah mempunyai akses yang lebih layak dan bagus, apalagi tangga baja ini memiliki pegangan tangan.
Beberapa penduduk sudah pindah
Image source: China News Photo
Selain itu, beberapa penduduk sudah dipindahkan ke kawasan perumahan di wilayah perkotaan agar kehidupan mereka menjadi lebih mudah. Sekitar 84 keluarga telah meninggalkan tangga maut Atuleer Village untuk selamanya pada tahun 2020 lalu.
Mereka kini tinggal di blok apartemen yang luasnya 25 meter persegi sampai 100 meter persegi di dekat pusat kota Kabupaten Zhaojue. Kota ini berjarak sekitar 75 kilometer dari desa Atuleer.
Di tempat tinggal yang baru, mereka juga bisa memanfaatkan fasilitas lainnya seperti dapur modern, gas, listrik, dan air. Yang lebih penting lagi, anak-anak mereka bisa pergi ke sekolah dengan mudah dan jika ada anggota keluarga yang sakit, akses ke rumah sakit lebih gampang.
Meski begitu, nggak semua penduduk desa Alteer setuju untuk pindah ke apartemen baru itu. Ada sekitar 30 keluarga yang memilih menetap di desa yang sudah menjadi objek wisata selama beberapa tahun terakhir.
Dikembangkan untuk keperluan pariwisata
Tahun 2019 kemarin, kurang lebih ada 100.000 orang yang mengunjungi desa tersebut. Karena itu, desa Atuleer berhasil mengumpulkan pendapatan sebesar hampir 1 juta yuan. Pemerintah setempat pun berencana untuk mengembangkan desa tersebut untuk keperluan pariwisata.
Sebelum pandemi Covid-19 melanda, pemerintah China memang sudah berjanji untuk memberantas kemiskinan 1,4 miliar penduduknya. Warga desa Atuleer adalah bagian kecil dari rencana ini.
Mereka bersama dengan 18.000 penduduk miskin atau 4.000 keluarga lebih yang sudah pindah ke perumahaan perkotaan baru, menjadi target pemberantasan kemiskinan Pemerintah China.
Menurut pemerintah China, semua warga desa Atuleer yang sudah pindah ke apartemen, secara teknis bisa dikatakan sudah keluar dari kemiskinan. Sebab mereka sudah mempunyai pendapatan rata-rata per kapita 6.000 yuan di tahun 2019. Jumlah tersebut berada di atas batas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh Pemerintah China, yaitu sebesar 3.747 yuan.
Nah, itulah gambaran tentang Desa Atuleer di China yang terletak di tebing dengan ketinggian 800 meter dan harus melewati tangga maut untuk beraktivitas. Apakah lo tertarik mengunjungi desa Atuleer lalu menjajal tangga maut yang menjadi penopang hidup warga setempat?
ARTICLE TERKINI
Source:https://travel.detik.com/international-destination/d-5020523/kisah-tangga-langit-warga-di-puncak-gunung-yang-pindah-ke-apartemen?single
Please choose one of our links :