Tahun 2022 mencatat momen seru bagi musik Indonesia. Gimana enggak? Dari awal 2022 saja, fans musik Indonesia mulai kembali diperkenalkan dengan festival musik. Joyland adalah satu dari festival musik besar yang digelar untuk pertama kalinya sejak pandemi dilonggarkan. Meski digelar di Bali, Joyland mampu meraup atensi penonton untuk kembali menikmati musik secara utuh di atas panggung.
Kemudian gak menunggu lama, satu demi satu festival mulai dihelat di banyak tempat di kota-kota besar. Industri musik, dalam hal ini industri pertunjukkan mulai hidup. Banyak band yang mulai kembali bernafas dan menggeliat. Bandara-bandara mulai dipenuhi banyak kru band yang wara-wiri mempersiapkan kebutuhan musisi untuk bagasi. Mobil dan bus rental pun mulai hidup akibat demand yang tinggi dari para promotor/panitia festival sampai musisi untuk mengantar mereka ke venue.
Kru, soundman, dan fotografer mulai dapat calling-an karena imbas dari banyaknya festival. Meski tidak terlalu detail, gue mencatat hampir tiap minggu di tiap bulannya, selalu ada festival yang digelar, dari skala menengah hingga skala besar yang digelar di venue besar dan mengundang nama-nama besar nasional.
Puncaknya di semester terakhir tahun ini, ketika festival sekelas We The Fest dan Soundrenaline mulai berani mengundang beberapa nama band internasional. Nggak pakai nunggu lama, geliat industri musik Indonesia pasca pandemi sudah mulai mendapat respons internasional yang tak pikir dua kali untuk datang ke Indonesia, berbeda dengan apa yang terjadi dua atau tiga tahun lalu.
Imbas festival pun berdampak kepada album-album baru yang rilis sepanjang tahun 2022, dari mini album sampai album penuh, musisi kembali bekerja seperti biasa untuk memenuhi hasrat bermusik mereka tanpa halangan ini itu. Rekaman dibuat, album rilis, tur pun disusun. Bahkan band gue, Bangkutaman, nggak perlu khawatir untuk mengejar tur sampai ke Jepang.
Soal tur ke Jepang, jika ini terjadi di tahun 2021 misalnya, maka gue harus berpikir seribu kali mengingat kekhawatiran gue akan bahaya Covid-19 yang masih terasa mencekam. Namun karena ini terjadi di 2022 apalagi setelah Jepang dan Spanyol mendeklarasikan Covid sebagai flu musiman maka gue nggak perlu menunggu untuk pada akhirnya menjalani lima hari tur di Jepang dengan baik, sukses dan kembali dengan selamat. Band shoegaze asal Cirebon, Sillas, pun mengikuti jejak Bangkutaman dengan suksesnya tur Jepang yang digelar pada Desember 2022 lalu, Superfriends.
Sebelumnya, beberapa band Indonesia sudah duluan manggung ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Buat gue, dan mungkin beberapa band yang dapat kesempatan untuk manggung di luar negri, ini hal yang terbaik pasca pandemi.
Namun, bukan berarti 2022 nggak ada rapor merah, Superfriends. Peristiwa festival Berdendang Bergoyang menjadi catatan hitam dalam sejarah musik di tahun ini. Mismanagement karena semangat ‘aji mumpung’ beberapa orang yang memanfaatkan angin festival yang tengah kencang ini tidak lantas diikuti dengan penanganan yang baik. Buntutnya gak enak; ada beberapa festival yang jadi dibatalkan karena masalah perizinan. Beberapa festival yang digelar pasca peristiwa tersebut harus menelan pil pahit dengan kuota pengunjung yang angkanya tak begitu bagus.
Kita sudah memasuki tahun 2023. Kita berharap di tahun ini, industri musik makin dan semakin berbenah. Dari festival musiknya, dari skenanya, musisinya, dan semua pihak yang berkaitan dengan industri ini secara keseluruhan. Gue juga berharap tahun ini akan kembali tercipta harmoni, dialog, dan tata kelola musik Indonesia yang bagus.
Kendala sudah di depan mata, 2023 adalah tahun pemilu. Mudah-mudahan industri musik bisa bereaksi dan berstrategi akan hal ini. Cara-cara baru dan inovatif dibutuhkan agar industri musik makin dan makin bergairah lagi di tahun depan.
PERSONAL ARTICLE





Please choose one of our links :