Superfriends, kalau lo ada penggemar musik-musik psychedelic, lo bisa jadikan Foreseen sebagai referensi baru nih. Apalagi unit psychedelic rock asal Jakarta ini sudah resmi merilis album debut mereka yang bertitel Suspended Reality yang dirilis via Orange Cliff Records.
Album perdana Foreseen ini resmi dirilis pada 27 Januari 2023 lalu. Peluncuran album ini turut membuat lega band yang personelnya terdiri dari Faiz Aditya (vokal/gitar), Faisal Isfan (bass), Didan Faadhilah (drum), Rafi Pandito (gitar), dan Arizha Rombe Datu (vokal/synth) ini. Kenapa?
Yap, penggarapan album debut ini terbilang cukup panjang dan melelahkan. Proses penggarapannya dimulai pada 2018 silam dan rampung digarap pada 2022 lalu. Bahkan, penggarapan album perdana ini sempat diwarnai sejumlah drama.
Kuintet ini harus menghadapi insiden, salah satunya adalah hilangnya data rekaman yang cukup menghambat proses produksi. Belum lagi mereka juga mesti berhadapan dengan pandemi Covid-19 yang dampaknya merangsek ke segala lini, termasuk ke dunia hiburan dan dampak inilah yang ikut mereka rasakan.
Faiz Aditya mengatakan bahwa rekaman album debut Foreseen ini sempat mereka selesaikan pada tahun 2021 lalu. Awalnya, rekaman itu dilakukan di Studio Terasbelakang bersama Pandu Fuzztoni. Proses mixing dan mastering-nya dilakukan oleh Ridho Fachri.
Akibat terjadi berbagai kendala teknis dan kehilangan data rekaman, Foreseen pun memutuskan untuk merekam ulang seluruh album ini di tahun 2022. Proses rekaman ulang semuanya dikerjakan di Strangest Studio bersama Janu Rahadi.
Faiz menambahkan, Foreseen turut menampilkan dua kolaborator dalam album ini. Kedua kolaborator mengisi beberapa bagian lagu, salah satunya adalah Gabriela Fernandez yang ikut bernyanyi pada lagu Melting Mountains. Selain itu, ada juga Endro Trilaksono yang ikut meniup saxophone-nya dengan segenap perasaan di trek Virahabhumi.
“Gue bertemu kedua musisi tersebut di sebuah ajang kreatif pada awal 2019 lalu, dan bagian mereka yang masuk dalam album pun direkam di tahun yang sama. Namun karena mereka berdomisili di kota masing-masing yakni Yogyakarta dan Malang, mereka merekam bagian mereka di kotanya masing-masing dan kemudian mengirimnya secara online file transfer,” jelas Faiz.
Vokalis Foreseen juga berkontribusi dalam penggarapan artwork album debut ini. Meski menderita buta warna parsial, rekan-rekan band dan pihak label, Orange Cliff, tetap mendukungnya dalam menyelesaikan karya visual tersebut.
Adit yang bertugas sebagai penulis lagu utama dalam album ini mengungkapkan bahwa tiap lagu dalam album ini memiliki sudut pandang terhadap banyak hal. Mulai dari keacuhan manusia dalam menjaga bumi, hingga bercerita pula dia tentang sosok Drakula.
“Benang merah tema dan genre yang mendasar adalah psychedelic rock, dengan elemen post-rock, stoner rock, doom metal, dan sentuhan ketukan ganjil ala progressive dan math-rock,” pungkas Adit.
Gate of Thousands adalah salah satu trek yang jadi andalan Foreseen untuk memperkenalkan mereka beserta pembuka album perdananya ini. Ditambah trek berjudul Melting Mountains yang nggak kalah ajaib tapi tetap asyik pas didengar. Kedua trek ini masuk ke dalam album Suspended Reality.
Dalam pernyataan Orange Cliff di sebuah posting-an di akun Instagram-nya pada 27 Januari 2023 lalu, pihak label menulis bahwa Suspended Reality diramalkan telah menyalakan kembali ‘amber’ yang memudar di hati saat mereka menemukan kembali daya tarik mereka untuk musik 'lebih berat darimu' sejak kami memulai label pada tahun 2012.
Album Suspended Reality ini terkadang terasa sangat bernostalgia, tetapi Foreseen menerimanya dengan cara yang cukup bermartabat. Meskipun menyebut musik Foreseen sebagai 'inovatif' mungkin berlebihan, kebenaran suara mereka tidak dapat disangkal lagi.
Superfriends, lo semua bisa dengarkan langsung 10 trek ajaib yang disajikan Foreseen di album Suspended Reality ini. Hati-hati, lo bisa terpukau seketika dengerin trek demi trek di album ini.
Image source: https://www.instagram.com/foreseenfuzz/
PERSONAL ARTICLE





Please choose one of our links :