Oleh: Felix Dass
Momen Records Store Day (RSD) yang dirayakan setahun sekali di sekitaran bulan April, jadi salah satu event paling meriah untuk para penggemar rekaman fisik. Selain berburu rekaman-rekaman yang rare dan edisi eksklusif, di scene lokal, ada banyak band yang juga merilis karya mereka. Spesial timingnya disamakan dengan momen RSD ini.
Tapi, apakah ini momen yang pas untuk merilis karya?
Jawaban gampang dari pertanyaan tersebut bisa “Iya” atau “Tidak”. Tergantung dari mana mau memandangnya. Mari kita telaah. Kalau saya sih, disclaimer duluan, nggak percaya bahwa momen RSD ini adalah momen yang pas untuk merilis karya.
Yang pertama kali muncul di permukaan adalah kata kompetisi. Akan ada banyak orang merasa perlu untuk merilis karya di RSD karena itu adalah bentuk keberpihakan yang nyata pada perayaan ini. Minimal, kontribusilah di perayaannya dengan merilis karya. Sah-sah saja kalau dari sudut pandang yang punya karya. Tapi, bakal laku nggak barang yang dirilis ketika dihadapkan dengan kompetisi?
Untuk band baru, sebenarnya ini periode yang tidak menguntungkan. Apalagi kalau publik tidak punya pengalaman yang berjejak dengan karya yang diproduksi. Bukan apa, RSD seringkali jadi momen untuk perilisan ulang karya-karya lama yang dirilis spesial dalam bentuk yang lebih eksklusif, vinyl misalnya.
Perilisan ulang, tentu sudah memberikan garansi masalah kualitas musiknya. Yang dirilis ulang, kemungkinan besar album yang sudah punya penggemarnya masing-masing. Pendengar pun sudah punya gambaran apa yang akan didapatkan.
Sementara untuk band baru, pendengar perlu kepercayaan untuk membeli sebuah karya; bahwa kualitasnya sepadan dengan uang yang dikeluarkan. Masalahnya, ini pangkalnya, uang kadang terbatas. Jadi, pendengar mesti pilah-pilih mau beli rekaman yang mana.
Belum lagi bertemu dengan pasar bekas lokal dan internasional yang menghadirkan kesempatan untuk mendapatkan rekaman-rekaman rare. Persaingan makin kencang tuh, jadinya.
Jadi urusan supply dan demand juga sih; supply banyak, tapi kantong terbatas. Jadi mesti cermat. Belum lagi kalau urusan vinyl, sudah pasti makan volume yang besar, tidak sekecil rilisan cd atau kaset yang secara umum lebih murah.
Apakah karya yang dihasilkan jadi pilihan? Itu kemudian yang perlu dipikirkan.
RSD memang setahun sekali, tapi beli rekaman itu adalah pengalaman sepanjang waktu yang perlu dirayakan nggak cuma di akhir pekan tertentu. Ia berlangsung setahun penuh. Mending santai aja nggak sih? Nggak usah ngoyo ngejar momen RSD? Selamat memutuskan. (*)
ARTICLE TERKINI
5 Comments
Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive
SUROSO R
10/03/2025 at 16:46 PM
AKHMAT KHUDDORI
10/03/2025 at 17:11 PM
DEVI TRI HANDOKO
10/03/2025 at 22:27 PM
DEVI TRI HANDOKO
10/03/2025 at 22:27 PM
Lukman Hakim
13/03/2025 at 09:12 AM